2nd - Eyes To Eyes [Part 2]

44 2 0
                                    

      Sesampainya Ayu di rumah, dia melihat ayahnya duduk di depan teras berbicara dengan tamu. Ayu merasa tak enak untuk mengganggu ayahnya, jadi dia hanya salim tangan ayahnya dan langsung masuk ke rumah.

"Sudah pulang, yu? Gak langsung dinas?" mama Ayu datang sambil membawa makanan si kecil.

Ayu langsung salim tangan mamanya "Gak ma. Besok baru mulai, soalnya bentar lagi juga jam aplusan"

"Oh gitu, yaudah mandi gih. Habis itu bantu mama suapin adik kamu. Jangan sentuh adik kamu dulu. Kamu habis dari Rumah Sakit."

"Siap ibunda ratu. Adinda Ayu mohon undur diri untuk mandi terlebih dahulu."

Ayu bergegas mandi dan menggantungkan pakaiannya di luar supaya terkena cahaya matahari supaya virus-virus atau bakteri-bakteri yang ada di baju mati kata mamanya. Ayu selalu nurut kalau sudah di perintahkan abah dan mamanya. Melawan orangtuanya seperti ada dosa besar yang telah dia lakukan. Ayu langsung mengambil makanan dan duduk di ruang makan.

"Raihan Alfariq, makan yuk" teriak Ayu.

Suara langkah kaki pun terdengar dari kamar berlari ke arahnya. Dengan wajah sumringah dan tawa lucu ala anak kecil berumur 5 tahun membuat anak laki-laki itu terlihat imut. Adik bungsu yang sangat disayangi oleh 1 keluarga dan makhluk paling imut di rumah itu selain ponakannya.

"Kak Ayu" teriak Raihan sambil memeluk Ayu dengan erat. Ayu langsung mengelus kepala Raihan dengan lembut.

"Duduk sini. Kita makan dulu, mama buatkan kamu soto ayam"

"Yeay" Raihan bertepuk tangan dengan riang.

Melihat keimutan Raihan setiap harinya membuatnya senang bahwa Raihan lahir dengan selamat. Bagaimana tidak, di usia ibunya yang memasuki 45 tahun dan tiba-tiba dia mendengar bahwa ibunya hamil lagi membuat Ayu, kakak dan abangnya menjadi takut. Hanya saja, hamil di usia 45 tahun merupakan kehamilan yang beresiko bagi ibu maupun bayi yang dikandung. Oleh karena itu, Dina sebagai kakak tertua dan telah bekerja sebagai bidan pada saat itu sering memeriksa dan menasehati ibunya. Ayu yang pada saat itu baru saja memasuki perguruan tinggi hanya bisa bantu menjaga dan meringankan pekerjaan ibunya. Abangnya Muhammad Ilham Pratama, sedang tidak ada dirumah karena melanjutkan kuliah diluar kota.

Tapi disitulah Ayu mulai belajar, Ayu yang awalnya ogah-ogahan untuk menjadi bidan begitu mendengar kehamilan ibunya. Ayu semakin giat belajar dan ingin menjadi bidan yang dapat menolong masyarakat ramai. Tentunya tidak mudah, tapi selama kita berusaha maka tidak ada yang sia-sia. Umur Raihan hanya beda 1 tahun dengan keponakannya.

"Yu, sekalian suapkan Arfan. Pusing palak mama."

"Raihan, mana bang Arfan"

"Dikamar kak Dina, main hp tadi" dengan mulut yang masih penuh dengan makanan Raihan menjawab pertanyaan kakaknya. Ayu segera mengelap mulut Raihan dengan lembut.

"Oo Arfan Rahsya Faizan. Makan, kamu tante bilang mama ya. Biar mama kamu marah"

"Bentar tante. Sedikit lagi menang" Sahut Arfan.

Ayu melirik jam dibelakangnya, jam tersebut menunjukkan tepat jam 13.00 WIB menandakan bahwa sebentar lagi Kak Dina pulang. Ayu mengambil makanan untuk Arfan dan meletakkannya diatas meja. Kembali duduk dan menyuapi Raihan yang sudah siap untuk suapan yang selanjutnya. Diam-diam Ayu memantau pintu depan dan menanti kakaknya pulang.

"Arfan, ini sudah jam 13.00. Mama kamu bentar lagi pulang. Sampai mama tahu kamu belum makan, tante angkat tangan" Ayu kembali berteriak, tapi orang yang dipanggil hendak muncul-muncul juga. Dia menyerah dan lanjut fokus ke Raihan serta makanannya. Tak lama kemudian orang yang paling ditunggu-tunggu pun pulang dari kerja.

Doctor And Me [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang