1 Dilamar!

19.9K 812 38
                                    

Bismillah

Shabrina terperangah melihat pria yang duduk di ruang tamu itu. Pria yang biasanya datang menjemput kedua anaknya yang bersekolah di Paud-TK Cahaya Hati tempat Shabrina mengajar. Pria yang biasanya hanya diam saja ketika Shabrina menyapa. Mau apa dia ke rumah pamannya?

Shabrina masih berdiri di ambang pintu setelah mengucap salam. Semua orang yang sedang duduk di ruang tamu menatapnya dan tersenyum.

"Nah ini dia orangnya sudah datang, wes ditunggu loh, Brin,"

Bulik nya berdiri menghampiri Shabrina yang masih bengong. "Ayo, nduk, duduk dulu." Bulik mengajak Shabrina duduk sambil merangkul bahunya.

"Eh ... i-i-iya, Bulik."

"Ini loh, Brin, ada tamu buat kamu. Sudah kenal to dengan Pak Firnas?" Suara Paklik membuat Shabrina menengadahkan kepalanya yang tadinya menunduk. Ingatan Shabrina melayang kembali pada pertemuannya dengan orang yang dipanggil Pak Firnas ini.

"Assalamualaikum, Bapak menjemput Amr dan Hisham ya?" Shabrina tersenyum ramah. Ekor matanya menangkap Amr dan Hisham yang sedang asyik bermain plosotan.

"Walaikumsalam,"balas lelaki itu, datar dan terdengar ketus.

"Sebentar saya panggilkan dulu ya, Pak,"

Lelaki itu diam, tak menjawab sepatah kata pun. Sementara Shabrina sudah melangkah hendak memanggil Amr dan Hisham.

"Amr dan Hisham sudah dijemput ya."

Dua bocah lelaki yang umurnya hanya beda satu tahun itu langsung berderap ke arah Shabrina. Tangan kecil berdebu itu memeluk kaki Shabrina membuat gamisnya ikut terkena debu. Tetapi Shabrina hanya terkekeh riang. Dia sudah biasa dengan kelakuan anak-anak seusia Amr dan Hisham.

"Jangan lupa muroja'ahnya ya."

"Iyaa, Bu, pulang yaa Assalamualaikum ..."

Dua bocah itu berebut salim dan melambaikan tangan pada Shabrina. Sedangkan Pak Firnas, ayah dua bocah itu tetap diam. Tersenyum saja tidak, apalagi pamit.

Duh ayahnya jutek banget. Nggak serasi banget sama Amr dan Hisham yang ceria. Lagi PMS kali ya.

Shabrina menahan senyum sambil membatin.

"Hayoo mikirin apa kok senyum-senyum sendiri?"

Salma, rekan sesama guru menepuk bahunya dari belakang.

"Eh ndak Sal, tu ayahnya Amr sama Hisham bikin bete. Disapa diem aja, ditanyain engga jawab. Seringnya malah cuma langsung liat ke Amr sama Hisham kalo ditanya mau jemput siapa. Aku kira dia semacam PMS."

"PMS gimana? Kaya perempuan gitu?"

"Pria Mahal Senyum hahahahaha."

Shabrina terbahak, membuat Salma ikut terbahak.

"Eh kalo ga salah Amr dan Hisham itu ndak punya Ibu Brin."

"Oh gitu ya, kasian ya."

"Kasian bapaknya apa anaknya?"

Shabrina dan Salma terbahak lagi.

"Brin, Brina ..."

Shabrina tergagap.

"Eh ... i-i-iya, Bulik maaf Brina ngelamun." Shabrina menutup wajahnya yang memerah, malu karena ketauan melamun.

"Jadi gini Brin, kamu kan sudah kenal siapa Pak Firnas. Katanya dua anaknya sekolah di TK tempat ngajarmu ya?"

"Iya, Paklik."

Menikahi Firnas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang