04 : Jaket yang kembali

48 16 13
                                    


"Gue bukan orang tua, nggak perlu di gandeng."

"Iya, lo bukan orang tua. Tapi orang ganteng harus digandeng takutnya diculik."
'Andin,2020'

Hari ini adalah hari kedua persiapan pensi persahabatan, dan bisa dilihat sepulang sekolah banyak murid yang masih sibuk berkutat di depan kelas menunggu personel mereka.

Seperti ketua kelas Andin dan kelas sebelah yang sibuk meneriaki anak buahnya untuk segera menuju aula, Andin melangkah malas sambil mengunyah keripik kentang dimulutnya. Sampai sedetik kemudian dia hampir tersedak karena tubuhnya seperti ditarik kebelakang.

Andin pun terbatuk kecil, lalu mendapati Gara yang ternyata menarik tas belakangnya. "Gila! Kalo gue keselek lo mau tanggung jawab? Kalo ini keripik nyangkut disini!" Andin menunjuk tenggorokannya, lalu telunjuknya mengacung pada tersangka yang tengah memandangnya tanpa dosa. "Lo mau gimana?"

"Gue tabok."

"What? Lo bilang apa?" Kenapa sih ngomong sama orang satu ini harus pakai urat.

"Periksa gih, kuping lo bermasalah kali."

Gara pun kembali menarik tas Andin sehingga membuat cewek mungil itu terseret dan terpaksa berjalan sedikit menyamping.

"Heh! Segara, goblok ya lo kalau gue jatuh gimana?" Andin bersusah payah mengikuti langkah lebar raksasa macam Segara.

"Jatuh ya ke bawah lah." Ucap Gara santai lalu melepas tangannya dari tas Andin saat keduanya berada di koridor yang sepi orang. Sengaja Gara menyeret Andin kesini, karena ditempat tadi terlalu banyak orang lalu lalang. Membuat Gara harus mengeraskan suaranya kalau bicara. Dan Gara nggak suka itu.

"Apa?" Tanya Andin.

Gara menaikkan satu alisnya. Lalu menghembuskan nafas kesal. "Jaket!"

Andin membuka mulutnya, lalu menutupnya dengan kedua tangannya. Khas orang kaget, yang dibuat-buat tentunya.

"Jangan bilang lo lupa lagi?!" Nada bicara yang sudah tidak bisa dibilang santai keluar dari mulut Gara.

"Yah, ngegas"

"Jadi?"

Andin hanya tersenyum, menyenangkan juga menggoda seorang Segara.

"Jadi apa?"

"Lo lupa?"

"Nggak sih."

"Terus, mana jaket gue?"

"Kemarin, gue jual di shop*e"

"Apa?!" Gara kembali menaikkan nada bicaranya.

"Iya, abis jaket lo bagus sih, keliatan mahal gitu. Nah skincare gue juga udah abis. Ya udah gue jual aja lumayan bisa buat gue beli skincare."

Andin tersenyum dengan mata mengedip-ngedip. Dia nggak sadar kalau nyatanya kuping cowok di depannya itu udah mengeluarkan asap.

Dan dalam sekali hentakkan Gara mencengkram kedua bahu Andin. Lalu merendahkan kepala dan juga suaranya untuk berbicara pada Andin.

"Denger ya, siapapun nama lo. Kalau sampai satu kali dua puluh empat jam tu jaket nggak balik ke gua. Lo-" Gara memutus kata-katanya dan tersenyum miring membuat Andin bergidik ngeri.

"Lo, bakal-"

"Jaketnya gue bawa." Ucap Andin cepat, kupingnya enggan mendengar lanjutan dari kalimat yang akan disuarakan Gara.

"Gue cuma bercanda, sorry."

Gara hanya diam, matanya masih menatap Andin dengan tatapan yang nggak bisa dibilang selow.

THE CONNECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang