Raina Amatasya, dipanggil Rena. Kebiasaannya memandang langit dan bermain hujan. Seperti saat ini, ia sedang memandang langit malam di teras rumahnya.
" Mau sampe kapan Lo mandang langit trus gitu " ujar Vano yang tiba tiba muncul dari dalam rumah.
Kevano Azhari, sahabat Rena sejak ia duduk di bangku SD.
" Apaan sih lo sewot amat jadi manusia. Pulang sana gih Lo kayak gak punya rumah tau gak kesini mulu ampe bosen gue liat muka panci Lo " teriak Rena sambil memukul bahu Vano.
" Sembarangan Lo ngomong. Lagian lu kayak orang stres gitu liat langit sambil senyum senyum sendiri "
" Seenak jidat Lo ngantain gue stres. Bintangnya indah gue suka mangkanya gue senyum senyum "
" Lo lagi mikirin dia ya? "
Hening. Rena tidak menjawab pertanyaan Vano. Ia terkejut dengan pertanyaan Vano yang tiba tiba. Matanya menatap kosong ke langit.
" Woy! lu budek ya gue tanya nih " teriak Vano tepat di telinga Rena
" Astaghfirullah kaget gue. Kepo amat sih lo daki kuda " timpal Rena
Vano menghembuskan nafas gusar
" Ren "
" Paan "
" Mau sampe kapan lu nunggu dia "
Rena terdiam lagi. Tidak mengeluarkan suara apa pun. Ada seseorang yang singgah di pikirannya saat ini, bahkan setiap saat. Seseorang yang telah mengubah hidupnya. Seseorang amat ia rindukan.
" Ren "
" Lo tau kan jawaban gue " kini Rena berbicara sambil menatap langit dan bintang bintang.
" Dia itu udah gak peduli lagi sama Lo udahlah Lo berhenti ngelakuin hal bodoh kayak gitu "
" Bahkan sampai bintang kehilangan cahayanya, gue tetep nungguin dia, Van "
Inilah hidupnya. Biarlah ia memilih jalan hidupnya sendiri. Pilu seperti hujan dan indah seperti langit.
___________________________________________________
Bismillah ini awal aku gais :)
Mohon bantuannya ya :>
Happy Reading ~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Wait You
Teen Fiction" Tolong berhenti melakukan hal bodoh dengan menunggu saya " " Bahkan sampai bintang kehilangan cahayanya, saya tetap nunggu kamu " Menunggu, satu kata yang membosankan untuk dilakukan. Tapi tidak bagi Raina Amatasya, gadis penyuka hujan, langit dan...