Prolog

290 124 42
                                    

Raina Amatasya, dipanggil Rena. Kebiasaannya memandang langit dan bermain hujan. Seperti saat ini, ia sedang memandang langit malam di teras rumahnya.

" Mau sampe kapan Lo mandang langit trus gitu " ujar Vano yang tiba tiba muncul dari dalam rumah.

Kevano Azhari, sahabat Rena sejak ia duduk di bangku SD.

" Apaan sih lo sewot amat jadi manusia. Pulang sana gih Lo kayak gak punya rumah tau gak kesini mulu ampe bosen gue liat muka panci Lo " teriak Rena sambil memukul bahu Vano.

" Sembarangan Lo ngomong. Lagian lu kayak orang stres gitu liat langit sambil senyum senyum sendiri "

" Seenak jidat Lo ngantain gue stres. Bintangnya indah gue suka mangkanya gue senyum senyum "

" Lo lagi mikirin dia ya? "

Hening. Rena tidak menjawab pertanyaan Vano. Ia terkejut dengan pertanyaan Vano yang tiba tiba. Matanya menatap kosong ke langit.

" Woy! lu budek ya gue tanya nih " teriak Vano tepat di telinga Rena

" Astaghfirullah kaget gue. Kepo amat sih lo daki kuda " timpal Rena

Vano menghembuskan nafas gusar

" Ren "

" Paan "

" Mau sampe kapan lu nunggu dia "

Rena terdiam lagi. Tidak mengeluarkan suara apa pun. Ada seseorang yang singgah di pikirannya saat ini, bahkan setiap saat. Seseorang yang telah mengubah hidupnya. Seseorang amat ia rindukan.

" Ren "

" Lo tau kan jawaban gue " kini Rena berbicara sambil menatap langit dan bintang bintang.

" Dia itu udah gak peduli lagi sama Lo udahlah Lo berhenti ngelakuin hal bodoh kayak gitu "

" Bahkan sampai bintang kehilangan cahayanya, gue tetep nungguin dia, Van "

Inilah hidupnya. Biarlah ia memilih jalan hidupnya sendiri. Pilu seperti hujan dan indah seperti langit.

___________________________________________________

Bismillah ini awal aku gais :)
Mohon bantuannya ya :>
Happy Reading ~

The Way I Wait You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang