29

160 30 15
                                    

Sudah satu bulan berlalu sejak lamaran yang dibatalkan antara Nara dan Seongwoo. Selama satu bulan penuh, Seongwoo mencoba meyakinkan Nara jika bayi yang berada dalam kandungan Eunbi bukanlah anaknya. Namun Nara tetap acuh pada semua alasan Seongwoo.

Untuk apa menjelaskan hal yang sudah jelas? Pikir Nara.

Selama satu bulan, Nara menjadi lebih pendiam. Dia bahkan tak banyak mengomel seperti biasanya dan tidak keluar dari kamarnya sama sekali. Minhyun dan Seonho sesekali mengajaknya untuk berbicara, namun Nara diam seribu bahasa. Seolah ia kehilangan jiwa sebenarnya.

Keadaan Nara pun membuat kedua orangtuanya khawatir dan memutuskan untuk pindah ke Korea kembali, setelah lama merantau di Thailand.

Mereka takut Nara akan melakukan hal yang aneh-aneh, persis seperti saat ia kehilangan Minjae, saudara kembarnya. Dunianya hancur dan Nara hampir kehilangan nyawanya saat itu.

"Nar, ke taman yuk. Main basket," ajak Minhyun.

Namun Nara tak menjawabnya. Gadis itu sibuk mencoret-coret buku diari yang kini sudah tak berbentuk lagi.

"Tanding sama Seonho, yuk," ajak Seonho.

Lagi-lagi Nara tak menjawab ajakan mereka. Dia hanya diam, kemudian menangis, marah. Begitu seterusnya.

"Kak, kakak gak gila, kan? Kalau kakak gila, nanti Seonho malu. Mau ditaro dimana nih muka? Masa pake kacamata APD," ujar Seonho.

Nara yang kesal langsung melemparkan pulpennya menuju pintu kamar miliknya, membuat Seonho dan Minhyun yang berada di balik pintu terperanjat kaget.

"Lo sih gak usah ngatain! Marah kan dia!" Minhyun langsung memarahi Seonho yang memang sulit untuk mengendalikan mulutnya.

Seonho cemberut. Ia kemudian berlalu dari pintu kamar Nara dan turun ke bawah sambil membawa bola basket miliknya.

"Nar, ini gue. Lo keluar, ya. Kita semua kangen lo, Nar," ujar Minhyun.

Nara masih bergeming. Gadis itu kini sedang menatap ke arah luar jendela kamarnya. Nara melihat Seongwoo baru saja meninggalkan halaman rumahnya dengan memacu mobilnya kencang.

Nara tahu bahwa setiap hari Seongwoo selalu menunggu dibukakan pintu di depan rumahnya untuk bertemu dengannya. Namun sang Papa selalu mengusirnya dengan emosi yang membuncah. Belum ada yang bisa menerima kenyataan tentang Seongwoo yang menghamili Eunbi.

Semuanya terjadi begitu cepat dan mengejutkan.

"Tuhan emang gak mau kita berakhir bersama, Kak. Gak ada yang berhasil, bahkan setelah sejauh ini," gumam Nara pelan.

🌟🌟🌟

Seongwoo tidak pernah kembali ke rumahnya sejak peristiwa satu bulan yang lalu. Ia terlalu malu untuk bertemu dengan keluarganya, terutama bundanya.

Seperti hari ini, setelah selesai dari rumah Nara, Seongwoo langsung menuju rumah Daniel yang masih berada di satu komplek yang sama dengan Nara. Setiap hari, Seongwoo menghabiskan waktu di rumah Daniel dan mabuk-mabukan sampai lupa diri.

"Gimana? Udah ketemu?" tanya Daniel.

Seongwoo menggelengkan kepalanya. Ia kemudian mengambil beberapa kaleng bir dan satu botol soju. Pria itu terlihat hancur dan kehilangan jiwanya.

"Gue gak ngerti deh kenapa si Eunbi bisa hamil dan bilang itu anak lo? Mungkin gak kalo dia psikopat yang terobsesi sama lo?!" Tanya Daniel kesal.

Semenjak Seongwoo menceritakan tentang kejadian lamaran itu kepadanya, Daniel selalu memikirkan apa sebenarnya yang diinginkan oleh gadis bernama Kwon Eunbi. Pasalnya gadis itu selalu saja merusak segala macam rencana Seongwoo dan membuat Nara kesal.

A Piece of Love (Ong Seongwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang