31

169 27 12
                                    

Sudah tiga hari kerjaan Nara hanya menatap layar ponselnya. Berharap siapa pun dapat memberikannya kabar  tentang Seongwoo, karena Minhyun dan Seonho memilih untuk bungkam. Berkata jika Seongwoo baik-baik saja.

Namun, firasat Nara sungguh berbeda. Ia merasa sesuatu telah terjadi pada Seongwoo.

Selama tiga hari juga Nara mengunci dirinya kembali di kamar, tak pernah keluar meski hanya untuk makan sesekali.

Ia marah karena tidak tahu keadaan Seongwoo. Ia marah karena papanya. Juga, ia marah karena apa yang telah dilakukan Seongwoo kepadanya tepat saat hari lamarannya.

Tapi entah kenapa, Nara masih saja mempedulikannya.

"Kak Nara..."

Nara menatap ke arah pintu kamarnya saat seseorang memanggil namanya dan mengetuk pintu kamarnya pelan. Seperti biasa, itu Seonho.

"Kak...  bukain dulu bentar," kata Seonho.

Nara bergeming. Ia tak ingin menjawabnya apalagi membukakan pintu untuknya.

"Nara... ini gue. Bukain pintunya bentar, gue mau ngomong sama lo," kata suara yang sangat Nara kenal.

Nara hanya menatapnya datar. Lalu memfokuskan dirinya pada layar ponsel pintar miliknya.

"Ini tentang Bang Seongwoo, lo gak mau tahu?" tanya Daniel, si pemilik suara.

Nara langsung terperangah. Ia kemudian beranjak dari tempatnya dan membuka pintu kamarnya.

Daniel tersenyum kepada Nara. Sudah lama ia tak melihat wajah Nara. Gadis itu terlihat sakit dan hancur dengan wajah pucatnya dan bibir kering berwarna peach-nya.

"Akhirnya lo mau keluar juga," kata Daniel.

"Lo mau ngomong apa?' " tanya Nara to the point.

"Lo mau gue ajak keluar? Kita ngobrolnya di taman," kata Daniel. "Gue rasa lo butuh udara segar. Gak bosen di rumah terus?" tanyanya.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Nara langsung menutup pintu kamarnya dan berlalu melalui Daniel. Daniel tersenyum. Ia menepuk pundak Seonho pelan, sebelum akhirnya mengikuti Nara keluar.

"Padahal dia udah nyakitin kakak, kenapa kakak masih peduli aja," gumam Seonho lirih seraya menatap punggung Nara yang semakin hilang dari jangkauannya.

🌟🌟🌟

Nara kini sudah duduk di sebuah bangku panjang yang berada di komplek rumahnya. Sementara itu Daniel sedang membelikan sesuatu di minimarket untuk Nara.

Nara menengadahkan kepalanya ke atas dan menatap lamgit berwarna biru. Sudah lama sekali ia tidak pernah melihat langit dan mencium aroma taman yang selalu menjadi favorit untuknya.

"Nih," Daniel tiba-tiba datang membawa sekaleng soda kesukaan Nara.

Sambil terengah-engah karena telah berlari, pria Kang itu langsung duduk di samping Nara sambil meneguk minuman miliknya dalam sekali teguk.

Setelah selesai, Daniel langsung menatap ke arah Nara. Bagaimana cara menjelaskannya? Nara terlihat tidak baik-baik saja. Semuanya tersirat pada sepasang atensinya yang terlihat sendu.

"Indah, kan? Udah berapa lama lo gak keluar rumah kayak gini? Kalo tau lo srring ngurung diri di kamar, gue bisa samperin lo setiap hari padahal," ujar Daniel.

Namun Nara bergeming. Gadis itu seolah tak mendengar Daniel berbicara dan hanya menatap kosong.

"Nar, lo tuh jangan gini. Gue ngeri liat lo ka-"

A Piece of Love (Ong Seongwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang