21

369 69 1
                                    

Setelah beberapa hari kepergian Nara, Seongwoo gak pernah dapat kabar lagi dari Nara setelah waktu itu. Nara seolah-olah menghilang gitu aja. Dan lagi bukan cuman Seongwoo yang panik dan gak bisa hubungin Nara, tapi semuanya.

Seongwoo gak pernah bisa fokus kerja. Setiap hari kerjaannya cuman mondar-mandir gak jelas. Yang ada dipikirannya cuman Nara dan Nara. Tingkah lakunya benar-benar bikin semua orang ditempat kerjanya muak.

"Lo bisa berhenti mondar-mandir? Kepala gue pusing!" Tukas Eunbi yang merasa terganggu dengan tingkahnya Seongwoo.

"Tau nih! Udah kayak yang banyak pikiran aja. Biasanya otak lo gak pernah dipake juga." Tukas Seungjae.

"Berisik kalian!" Tukas Seongwoo kemudian dia melanjutkan acara mondar-mandirnya lagi.

"Woo, please... kalo lo gak fokus kerja kayak gini, mending lo pulang." Tukas Yunhyeong kesal. "Gue udah liatin lo beberapa hari ini. Lo gak dalam kondisi baik untuk kerja." Ujarnya.

Seongwoo kemudian berhenti, menghampiri Yunhyeong dan memegangi tangannya. "Jadi, lo udah ijinin gue buat berkelana lagi? Gue gak bakalan fokus kerja, kalau lo belum ijinin gue buat cuti lagi." Ujarnya.

Yunhyeong langsung menatap Seongwoo sinis. "Nggak! Lo gak lihat kerjaan kita numpuk semenjak si Nara pergi?! Lo jangan nambahin beban kita dong." Tukas Yunhyeong.

"Yo, please.... gue janji setelah gue ketemu Nara, gue bakal langsung pulang dan kerja keras untuk selesaikan semua kerjaan gue." Kata Seongwoo.

Yunhyeong mendesah pelan. "Apa cinta bikin lo semenderita ini dan seputus asa ini, Woo?" Tanya Yunhyeong.

Seongwoo hanya terdiam. Lalu dia kembali ke tempat duduknya dan mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Bukannya udah jelas Nara menyerah sama lo? Lo juga harusnya nyerah." Tukas Eunbi.

Seongwoo menatap Eunbi sinis. "Apasih lo gak usah ikut campur. Tau apa lo soal perasaan Nara? Apa lo ada  didalam hatinya?" Tanya Seongwoo ketus.

"Santuy dong. Gue cuman kasih tau, biar lo sadar!" Tukas Eunbi.

"Makasih! Gue udah sadar! Nara bukan orang yang cepat menyerah kayak yang lo bilang." Tukas Seongwoo.

"Tapi, kak.. Kak Eunbi bisa aja bener. Nara bisa aja menyerah. Nara udah lewatin hari-hari dengan sabar sama lo dari dulu. Dari kalian masih sekolah." Ujar Gayoung.

Seongwoo menatap Gayoung sinis. "Lo gak bisa apa kasih gue kata-kata mutiara biar gue bersemangat gitu? Kenapa lo malah bikin gue down kayak dia sih?!" Tukas Seongwoo kesal.

Gayoung diam dan mendesah pelan. Dia kesal dengan sikap Seongwoo yang selalu seperti itu. Dia hanya percaya apa yang ingin dia percayai dan tidak ingin mendapatkan saran dari orang lain.

"Terserah, ya! Yang penting gue udah kasih tau lo!" Tukas Gayoung. " Kalau suatu saat lo terluka karena pendirian lo itu, gue mau ketawain lo. Mereka saksinya." Tukas Gayoung.

"Bodo amat! Gue gak denger!" Seongwoo langsung menutup telinganya erat-erat.






Semoga lo gak pernah nyerah sama gue, Nara. Tunggu gue sebentar lagi, gue pasti bakal nyari lo dan kita bisa hidup bersama-sama. -Seongwoo.

🌟🌟🌟

Nara tersentak bangun dari tidurnya. Ia kemudian bangun dan mengatur nafasnya perlahan sambil melakukan peregangan.

Setelah selesai, ia langsung bangun dari tempat tidurnya mengambil ponselnya yang berada diatas meja rias dikamarnya. Ponsel itu sudah dimatikan sejak beberapa hari yang lalu dan mungkin akan terus dimatikan untuk beberapa hari kedepan, sampai Nara menemukan jawaban untuk semua keraguan di dalan hatinya.

A Piece of Love (Ong Seongwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang