18

24.8K 1.2K 91
                                    

Haechan terbangun dengan rasa sakit di perutnya dan keringat dingin yang membasahi tubuh telanjangnya. Ia tidak hanya merasakan rasa pegal di sekujur tubuhnya tapi rasa tidak nyaman dengan suhu tubuhnya dan ruangan yang sangat kontras. Perasaan membuncah yang ia rasakan semalam dan pagi ini ketika ia masih bisa menemukan lengan Mark yang melingkari perutnya jelas tidak menghentikan rasa sakit di tubuhnya.

Dengan perlahan Haechan bangun dari tidurnya tanpa membangunkan Mark. Merasakan sakit di kepala yang langsung menyerangnya ketika ia menjejakan kakinya di lantai. Rencana untuk mengambil pakaiannya gagal ketika ia merasakan rasa mual. Dengan sedikit tertatih Haechan melangkah ke kamar mandi sambil menutup mulutnya. Menahan rasa mual yang sudah naik dari perutnya.

Haechan langsung menjatuhkan dirinya di depan closet duduk dan langsung memuntahkan isi perutnya yang ternyata tidak terlalu banyak. Tubuh telanjangnya sedikit berjengit saat merasakan lantai kamar mandi yang dingin. Ia baru ingat kalau tidak memakan apapun lagi sejak sarapan di tempat Jeno kemarin pagi. Itulah alasan kenapa ia hanya terus memuntahkan air setelah ia mengeluarkan semua isi perutnya tadi.

Haechan menutup closet itu sebelum menekan flush dan mengistirahatkan kepalanya di atasnya. Mencoba meredakan mual dan sakit kepala yang masih menghantamnya. Mengusap air mata yang sejak tadi keluar ketika ia memuntahkan isi perutnya. Haechan kesal pada dirinya sendiri yang berubah cengeng ketika merasakan sakit pada tubuhnya.

"Kamu baik-baik saja?" Haechan tidak membuka matanya ketika merasakan usapan lembut pada pipi gembilnya. Membuat air mata Haechan turun semakin deras dari matanya yang terpejam. Menyadari ada satu bagian dominan dalam dirinya yang membuatnya ingin bergelung manja pada Mark ketika tubuhnya merasakan sakit seperti ini. Tapi masih begitu takut kalau sikap lembut Mark semalam hanyalah mimpi untuknya.

"Kemarilah" satu kalimat itu dan tubuh mungil Haechan yang berpindah dari dinginnya lantai ke hangatnya tubuh Mark membuat Haechan sadar kalau sikap lembut Mark semalam bukanlah mimpi belaka. Tanpa bisa ditahannya lagi, Haechan melingkarkan lengannya di leher Mark dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Mark, menangis di sana.

"I'm here, babe. I'm here" Haechan bisa meraskan kecupan Mark di puncak kepalanya. Rasa pusing yang sangat, dan suhu tubuhnya yang begitu panas membuat kedua mata Haechan terasa berat untuk membuka.

Mark menidurkan tubuh panas Haechan di atas ranjangnya. Menaikkan suhu pendingin ruangan sebelum beranjak keluar untuk mengambil handuk.

Ketika kembali Mark menemukan tubuh Haechan yang meringkuk dengan lengan kecilnya yang mencoba menutupi kedua mata cantik itu. Mark tidak memasangkan kaus pada tubuhnya karena berbeda dengan Haechan, ia merasa tubuhnya berkeringat karena cuaca panas.

Ketika Mark naik ke atas ranjang untuk mengelap tubuh Haechan, ia bisa mendengar racauan tidak jelas yang keluar dari bibir tebal Haechan. Dengan gerakan cepat Mark membersihkan tubuh Haechan yang banjir keringat serta sisa cairan yang mulai mengering di perut, paha dalam dan lubang analnya. Beberapa kali Mark menghentikan gerakannya untuk memberi kecupan samar pada titik tertentu, seperti pada puting Haechan yang merah, perut rata Haechan, rahang, dan bibir tebal yang kadang masih meracau itu.

"I need to put these on first, big baby" Mark menghela tubuh Haechan ketika sudah membersihkannya. Dengan telaten memakaikan piyama satin hitam miliknya pada tubuh Haechan. Harus merasa puas dengan ukurannya yang ternyata hampir 2x lipat dari tubuh Haechan karena pria manis itu tidak meninggalkan satupun bajunya.

Mark menyelimuti tubuh Haechan yang masih sangat panas di kulitnya sebelum mengecup dahi tan yang terekspos itu. Menanggalkan semua bajunya untuk mandi setelah memesan yachae-juk melalui ponselnya.

Unconditionally Yours (MarkHyuck)Where stories live. Discover now