Haechan bangun dengan rasa pegal pada seluruh tubuhnya terutama pada bokongnya. Mendapati sisi ranjang di sebelahnya kosong dan dingin. Melirik jam di nakas dan mendapati dirinya hampir terlonjak panik jika saja ia tidak mengingat kalau hari ini ia tidak memiliki kelas.
Haechan menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Tidak tahu keinginan mana yang lebih besar kini. Apakah menyerngit karena mendapati kissmark yang memenuhi perut, paha dalam, dada dan dirinya yakin lehernya juga menjadi sasaran Mark semalam. Atau tersenyum karena tidak mendapati sedikipun jejak sperma pada tubuhnya kini.
Tapi ini adalah Haechan yang mencintai Mark dengan seluruh hatinya, apa yang bisa kita harapkan? Justru senyum lah yang tercetak di bibir kecilnya membayangkan Mark yang membersihkan tubuhnya semalam setelah Haechan jatuh terlelap. Setelah semua sesi mereka dan setelah baik Mark dan Haechan yang memuntahkan cairan mereka berkali-kali. Haechan bahkan tidak begitu yakin pukul berapa mereka tertidur semalam.
Pria manis itu memutuskan turun dari ranjang ketika merasakan perutnya yang berteriak minta di isi. Melangkah tertatih ke arah toilet untuk menyikat gigi dan mencuci mukanya. Tidak lagi terkejut mendapati tebakannya benar kalau lehernya kini terlihat cukup mengerikan dari banyaknya tanda yang Mark tinggalkan. Mencatatkan list membeli foundation di dalam kepalanya, Haechan kembali melangkah keluar untuk mengambil baju untuk menutupi ketelanjangannya.
Tidak begitu peduli ketika menarik kaus oversized hitam milik Mark dan celana pendek selututnya untuk ia kenakan.
Semenjak Mark menyuruhnya pindah ke kamar miliknya yang juga memindahkan isi lemari dan isi meja rias milik Haechan. Mark tidak lagi peduli jika ia menemukan Haechan yang tanpa sengaja mengambil pakaiannya dan mengenakannya. Yang malah membuat Haechan mendapatkan pujian mengenai betapa bagusnya pakaian Mark yang sangat cocok menempel pada tubuh kecil Haechan. Yang tentu saja disertai oleh kedua tangan dan bibir Mark yang tidak bisa meninggalkan tubuh kecil Haechan di sela pujian itu.
Pria manis itu melarikan langkahnya menuju dapur. Tahu kalau Mark sedang menyiapkan sarapan. Terlebih ketika ia bisa mencium harum omelet dari arah dapur.
Jelas sempat melupakan kenyataan kalau Renjun berada di sana bersama mereka. Langkahnya mendadak berhenti ketika kedua matanya menangkap Renjun yang tengah menata meja makan menghadap ke arah pintu dapur.
Perputaran di dalam kepala Haechan bergerak cukup lambat pagi itu. Sehingga Haechan telat memutuskan untuk berbalik tanpa diketahui dua orang yang kini berada di dapur itu. Mata rubah Renjun yang pertama kali mendapati pergerakan Haechan dari sudut matanya.
"Haechan?" Tubuh kecil itu berubah menjadi kaku dengan berbagai macam rutukan yang berputar di dalam kepala cantiknya. Terlintas juga rasa bersalah yang semalam ia coba tekan. Menyeruak ketika mata rubah itu menatapnya dengan senyum pada bibir kecilnya.
Sedangkan mata bambi itu melirik ke arah Hyung nya yang masih membelakangi mereka berkutat dengan apapun yang sedang ia masak. Haechan menelan ludahnya, tahu kalau tidak bisa lari lagi. Kali ini ia memutar isi kepalanya dengan cepat. Mencoba mencari ide yang paling masuk akal sebagai alasan keabsenannya pagi ini di kamar yang seharusnya ia dan Renjun tempati.
Ia memang sudah berjanji pada Mark semalam untuk tidak kembali mengulangi tingkah bodohnya lagi. Tapi ia tidak bisa begitu saja mengatakan kalau ia menghabiskan malam di kamar Mark, kamar mereka. Setidaknya ia tidak ingin mengungkapkannya sejelas itu.
"Apa yang kamu lakukan di sana? Kemarilah." Haechan menggaruk tengkuknya kikuk ketika menyadari dirinya yang terhenti di tempatnya sedari tadi. Melangkah dengan sedikit berat ke arah dapur. Ia bisa mencium aroma omelet dari arah Mark.
Entah dorongan apa yang membuat Haechan merasa harus menjelaskan keabsensnnya semalam. Dengan ide yang akhirnya muncul di dalam kepalanya, pria manis itu membuka mulutnya untuk menarik atensi Renjun yang sedang mengambil karton susu dari lemari pendingin.
YOU ARE READING
Unconditionally Yours (MarkHyuck)
RomansaMark Lee - 29 Tahun Selalu menyenangkan melihat wajah itu didera rasa sakit disertai air mata di tiap sudut matanya. Meninggalkan rasa bangga dan puas yang begitu hebat. Salahkan kebencianku padanya. Seo Haechan - 19 Tahun Tentu saja selalu terasa m...