Sudah tak terhitung berapa banyak baju yang tergeletak diatas kasurnya. Hampir satu jam ia di depan cermin, dan tidak ada satupun pakaian yang cocok untuknya.
Galen tersenyum lebar. Mengingat kalimat yang tadi Nata kirim untuk membalas pesannya. Terlihat menggelikan memang, tapi saat membacanya ia justru merasa ribuan kupu-kupu berterbangan diperutnya-begitu menggelitik.
Galen tau kalau Nata hanya bermaksud untuk menggodanya dengan mengirim kalimat tadi. Tapi Galen tidak peduli! Untuk saat ini ia ingin egois sedikit—menyingkirkan segala hal tentang persahabatan.
Mungkin bukan sedikit egois, tapi sangat egois. Namun disisi lain Galen juga merasa, bahwa saat ini sudah ada sesuatu yang bahkan belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Suka. Ya, Galen akui. Kini dia jatuh dalam pesona sahabatnya. Ia menyukai Nata—gadis yang mengisi harinya selama dua tahun belakangan ini.
Setelah merasa cukup dengan penampilannya. Ia menyambar kunci motor, dompet, dan ponselnya diatas nakas. Galen menuruni anak tangga seraya bersenandung kecil. Ini akan menjadi malam yang panjang!
Ia menghampiri Bundanya yang tengah bersantai di ruang keluarga. "Bun, Galen keluar dulu ya," pamitnya seraya menyalimi tangan sang Bunda.
Bunda menoleh. Menatap lekat penampilan anaknya yang terkesan rapi. "Mau kemana? Sama siapa?"
Galen meringis mendengar pertanyaan beruntun dari Bundanya. "Ke festival sama Nata."
"Jangan pulang terlalu malam!"
Galen tersenyum lebar, "siap, Bun!"
☸☸
Nata terduduk diteras rumahnya—menunggu Galen yang belum juga sampai. Ia mengayunkan kakinya sambil membayangkan bagaimana suasana festival kali ini.
Terakhir ia berkunjung tujuh tahun lalu-disaat semuanya masih sempurna. Tidak. Ia tidak boleh mengeluh. Toh percuma, sebanyak apapun Nata mengeluh tidak akan membuat keadaan kembali seperti dulu.
Ia bukan doraemon yang memiliki mesin waktu-sehingga bisa memutarnya kapanpun dia mau. Ia hanya gadis biasa, yang merindukan masa lalu.
Tin tin.
Suara klakson menyentak gadis itu. Dengan cepat ia menghampiri orang yang sedari tadi ia tunggu. Tampak Galen dengan hoodie hitam yang membalut tubuhnya, dan tak lupa sneakers putih melengkapi penampilannya malam ini.
Nata berdecak kagum. "Rapi banget masnya, kita cuma ke festival biasa. Bukan kencan romantis!"
Galen melepas helmnya, dan bertopang dagu. Menatap lekat gadis di depannya. "Cantik banget mbaknya, kita cuma ke festival biasa. Bukan kondangan di hotel mewah!" balasnya, meniru kalimat yang dilontarkan untuknya tadi.
Nata meninju pelan lengan cowok berkacamata itu, "rese lo!"
"Ngambek, bu?"
"Berisik! Udah ayo, berangkat."
Nata menaiki motor besar Galen secara tiba-tiba, bahkan hampir membuat motor itu jatuh. Untung dengan sigap cowok berkacamata itu menahannya.
Galen mendelik sebal pada gadis itu-yang justru menampilkan cengiran tak berdosanya. "Lo berat!"
Nata mengacak asal rambut Galen. "Gue gak berat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Au Revoir
Teen Fiction❝Mungkin tokoh dalam kenangan akan pergi. Tetapi kenangan tidak akan pernah pergi sejauh apapun tokohnya melangkah, bukan?❞ __________ Aku merindukannya, sangat. Tetapi dengan mengingat segala hal tentangnya, kurasa itu bukan pilihan yang tepat. Mem...