12 - Usaha Galen

95 18 151
                                    

"Bun," panggil anak laki-laki yang tengah sibuk mengikat dasinya.

Bunda menoleh. Kemudian Bunda melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul lima pagi. Tumben sekali putra sulungnya bangun sepagi ini.

"Kok udah rapi, Bang? Ada jam tambahan?" tanya Bunda yang tengah asik menyiapkan sarapan.

Galen menggeleng. "Bantuin bikin nasi goreng keju dong, Bun," pintanya.

"Buat Abang?"

"Nata." Galen memeluk Bundanya dari belakang. "Bantuin ya, Bun?"

"Iya, kamu juga mau bawa?" Bunda beranjak dari tempatnya membuat pelukan Galen terlepas.

Galen mengangguk singkat. "Abang bantu apa?"

Bunda menyodorkan sebuah pisau, "kupas bawang aja."

Dengan sigap, Galen mengupas bawang yang telah disediakan Bundanya. Ia melakukannya dengan hati-hati dan penuh perasaan. Membayangkan Nata akan menyukai nasi goreng buatannya, membuat hati Galen menghangat.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Galen hanya diam bertopang dagu seraya memerhatikan Bundanya yang kini tengah meracik bumbu nasi goreng. Aroma wangi masakan Bunda mulai menguar ke udara.

"Bunda masak apa? Wangi banget!!" sahut seseorang yang mampu mengejutkan Galen.

Cowok berkacamata itu mendengus saat melihat siapa pelakunya. Dia adalah Rara—adiknya.

"Nasi goreng buat aku?" seru Rara sambil berdiri di samping Bundanya.

"Gak! Itu punya Abang!" Galen menarik pelan telinga adiknya untuk menjauh.

"Abang, lepasin! Nanti telinga Rara copot gimana?" rajuk gadis itu.

"Pasang lagi," jawab Galen dengan nada kelewat santai.

"Jahat!" Rara mengernyit heran. "Nasi goreng buat siapa?"

"Nata."

"Abang, mau bujuk Kak Nata, ya?" tebak Rara dengan suara pelan agar tak terdengar Bundanya. Galen tersenyum menanggapi adiknya.

"Ayo, sarapan! Nanti Abang anter." Galen merangkul pundak Rara yang dibalas pekikan senang gadis itu.

"Asyik!"

☸☸

Bel istirahat baru saja berbunyi lima menit yang lalu. Membuat para murid langsung melangkahkan kaki mereka ke arah kantin. Tetapi ada beberapa dari mereka yang menetap di kelas, dan memakan bekal masing-masing. Atau hanya duduk diam sambil membaca buku.

"Lo yakin?" tanya Zura sekali lagi untuk menyakinkan niat cowok di sampingnya.

Galen mendengus. Tadi pagi ia sudah memberitahu niatnya pada Zura, kalau dirinya ingin memberi bekal makan siang untuk Nata. Dan gadis kuncir kuda itu hanya merespon dengan pertanyaan yang sama. Seperti tadi.

"Kalo ditolak gimana?" Zura melirik ke belakang—melihat Nata yang tengah asik bercengkrama dengan Boni.

"Gak bakal tau, kalo belum dicoba!" Galen bangkit dari kursinya seraya membawa kotak makan bergambar panda di sebelah tangannya.

Galen menghembuskan napas pelan. Dengan pasti, ia melangkahkan kakinya ke arah Nata.

Boni yang terlebih dahulu menyadari kedatangan Galen, pun menyambutnya. "Eh, ada apa, Len?"

Au RevoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang