09 - Pernyataan Yang Sebenarnya

81 30 122
                                    

"Hari ini Bu Mila gak masuk, katanya lagi ada keperluan mendadak!"

Suara lantang Devan—ketua kelas 12 IPA 1—berhasil membuat para murid yang berada di kelas menghentikan kegiatannya, dan memusatkan perhatian mereka ke arah cowok yang tengah berdiri di depan papan tulis.

Suasana yang tadinya ramai menjadi lebih ramai lagi setelah mendengar informasi yang dibawa sang ketua kelas. Bu Mila, salah satu guru fisika di SMA Angkasa yang terkenal dengan ketegasannya dalam mengajar.

Tak heran, jika guru tersebut ditunjuk menjadi salah satu Guru Bk yang mengatasi permasalahan anak-anak nakal. Dan sebuah kemalangan bagi mereka, yang kelasnya diajar oleh guru cantik berwajah sangar itu.

"Tapi Bu Mila kasih tugas, dan hari ini langsung dikumpulin!" ujar Devan yang sekali lagi berhasil membungkam teman-teman sekelasnya.

"Gak mau rugi banget jadi guru!" gerutu Boni—cowok berambut ikal yang duduk di barisan paling belakang.

"Kalo gak gitu, lo gak bakalan pinter kunyuk!" timpal Bona—cowok dengan rambut yang tak kalah ikalnya dari Boni.

Semuanya dibuat tergelak akibat tingkah konyol si kembar Bona dan Boni. Sepertinya mereka hanya kembar di bagian wajah saja, sikap dan sifat mereka sangat berbanding terbalik.

Boni si biang rusuh. Dan Bona, anak teladan yang namanya selalu terpampang di deretan sepuluh besar juara kelas.

"Tugasnya apa, Dev?" Zura mengangkat sebelah tangannya meminta perhatian.

"Buku paket halaman 120, yang udah selesai langsung kasih ke gue!" titah cowok itu sebelum beranjak dari tempatnya.

"SIAP, PAK BOS!" ujar seluruh murid 12 IPA 1 secara serempak.

Kelas yang tadinya ramai seperti pasar, kini sepi bagaikan kuburan. Semuanya telah disibukkan dengan buku mereka masing-masing. Sesuai dengan perintah sang ketua kelas.

Seperti halnya dengan Zura, gadis itu tengah sibuk membagi tugas kepada kedua temannya. "Galen kerjain nomor satu sampe lima. Nata kerjain nomor enam sampe 10. Dan gue tinggal nyalin, deh!" seru gadis itu.

Galen mengetuk kening gadis itu dengan pensil di tangannya. "Terus nomor 11 sampe 15, bagian siapa?" tanyanya.

Zura memajukan bibirnya. "Iya deh, gue kerjain bagian itu."

"Emang harusnya gitu!" tukas Galen.

☸☸

Tak terasa sudah 30 menit mereka sibuk dengan tugas masing-masing. Nata merenggangkan otot tangannya yang terasa kaku. Ia meraih botol minum berwarna baby blue dari dalam tasnya, dan segera meminumnya.

Galen yang melihat aktivitas sahabatnya memutuskan untuk bertanya. "Udah selesai, Nat?"

Nata meletakkan kembali botol minumnya ke dalam tas, dan menoleh ke arah Galen yang duduk tepat di belakangnya. "Belum, masih ada satu soal lagi."

Galen mengangguk. "Ya udah, lanjutin, gih!"

"Len, lo tau soal ini gak?" tanya Nata seraya menunjuk ke arah bukunya.

"Coba bacain pertanyaannya," jawab Galen tanpa mengalihkan pandangannya.

"Sebutkan salah satu ketentuan dalam bidang sains yang kamu ketahui." Nata menautkan kedua alisnya. "Apa hubungannya coba sama pelajaran fisika?"

"Jelas ada hubungannya!" kata Galen.

Nata menatap cowok itu dengan pandangan bertanya. "Lo tau jawabannya?"

Au RevoirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang