"Jadi pacar gue."
Tanpa sadar sudut bibir Nata terangkat—membentuk sebuah bulan sabit. Kalimat yang dilontarkan Galen terus berputar di kepalanya, bagaikan gangsing yang kehilangan kendalinya.
Perlahan, Nata memejamkan matanya. Menikmati angin malam yang menyapu lembut permukaan wajahnya. Bahkan, sampai menerbangkan beberapa anak rambut.
Disaat yang sama, hujan turun membasahi bumi. Disertai angin malam yang berhembus kencang. Nata tetap memejamkan matanya—tanpa peduli air hujan yang sudah memasuki jendela kamarnya tanpa permisi.
Hawa dingin menyeruak masuk ke tubuh mungilnya. Tetapi ia tetap membiarkan air hujan mengenai tubuhnya. Seolah-olah air hujan dapat menembus ke dalam hatinya.
Aroma petrichor mulai menyeruak ke dalam indra penciuman gadis itu. Aroma saat tanah berpadu dengan tetesan air hujan. Aroma yang begitu menenangkan, dan Nata menyukainya.
"Jadi pacar gue."
Lagi-lagi kalimat itu kembali terngiang di kepalanya. Dan, tanpa sadar Nata kembali tersenyum mengingatnya. Entah apa yang terjadi pada dirinya, mengapa ia merasa seperti orang yang sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya?
"Gue kenapa, sih?" tanya Nata pada dirinya sendiri.
Nata membuka matanya perlahan. Kemudian menutup jendela kamar, dan membersihkan dirinya agar tidak demam esok hari.
Selesai melakukan ritualnya, Nata melirik segelas susu coklat di atas nakas. Sepertinya Bi Jum baru saja mengantarkannya, terlihat dari embun yang menetes dari sisi gelas tersebut. Nata langsung meminum susu coklatnya. Diluar sedang hujan deras, dan ia malah meminum susu dingin. Hebat sekali!
Nata begitu menikmati rasa manis dari susu coklat yang ia minum. Ia mengingat beberapa kejadian yang sudah dilewatkan bersama Galen. Begitu indah untuk dilupakan.
Sudut matanya menangkap sebuah objek yang tidak begitu asing. Ia meletakkan gelas susu yang tersisa setengah, dan meraih objek yang lebih menarik perhatiannya.
Nata tidak lupa. Ini adalah surat yang terselip di celah pintu waktu itu. Surat itu dikirimkan oleh seseorang yang sejak dulu sudah ia nantikan kepulangannya.
Kemudian ia meraih foto yang diletakkan di dalam sebuah figura. Foto dirinya dan cowok berkacamata saat mengunjungi Festival waktu itu. Mereka tersenyum lebar ke arah kamera.
Nata menatap nanar kedua tangannya. Keduanya menggenggam dua objek yang berbeda. Bukankah sedari awal ini yang ia harapkan? Kehadiran tokoh yang sedari dulu ia nantikan kepulangannya.
Tetapi, mengapa sekarang rasanya berbeda? Sebagian dari dirinya merasa bahagia, tapi sebagian lainnya... entahlah. Nata pun tidak bisa menjelaskannya.
Ting!
Suara notifikasi ponsel menyadarkan gadis itu. Nata mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Keningnya mengernyit membaca sebuah nama yang tertera.
GalenSydha
Tumben sekali cowok berkacamata itu mengiriminya pesan. Padahal besok, tidak ada tugas sekolah yang akan dikumpulkan. Tanpa menunggu lama, Nata membuka pesan tersebut. Sedetik kemudian, ia tertawa pelan melihat rentetan kalimat disana.
GalenSydha
Kok gue kangen sama lo ya|
Lo masukin apa ke spaghetti-nya?|RaySyadinata
|Racun dong :)Sepertinya kebiasaan dalam diri Nata muncul kembali—menggoda Galen. Ia tersentak saat ponsel di genggamannya berdering. Rupanya, cowok berkacamata itu menghubunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Au Revoir
Teen Fiction❝Mungkin tokoh dalam kenangan akan pergi. Tetapi kenangan tidak akan pernah pergi sejauh apapun tokohnya melangkah, bukan?❞ __________ Aku merindukannya, sangat. Tetapi dengan mengingat segala hal tentangnya, kurasa itu bukan pilihan yang tepat. Mem...