Galen memangku gitarnya dengan pandangan kosong ke arah langit. Merenungkan segala kekacauan yang ia perbuat hari ini. Berawal dari ungkapan sayangnya yang justru membuat persahabatannya terancam hancur.
Tangannya bergerak memetik sinar gitar listrik miliknya. Ia memetik asal sinar gitar listriknya, tanpa peduli dengan nada yang dihasilkan.
Ingin rasanya Galen menghubungi Nata. Tetapi mengingat kalimat yang di ucapkan gadis itu tadi siang, membuat nyalinya menciut seketika. Ia tak sanggup jika harus mendengar lagi ucapan pedas dari Nata.
Galen menengok ke belakang begitu merasakan usapan lembut di puncak kepalanya. Ia mendapati sosok wanita dengan peringkat nomor satu dihatinya, wanita itu adalah Bundanya.
Bunda mendudukkan diri di samping putranya. "Abang, kenapa?"
Galen memejamkan matanya. Berusaha menikmati usapan lembut sang Bunda yang selalu menjadi kebiasaan favoritnya. "Nata marah sama Abang," adunya.
"Kenapa?" tanya Bunda.
"Abang bilang, kalo Abang sayang sama Nata. Terus Nata nyuruh Abang buat jauhin dia." Galen menundukkan kepalanya dalam. "Perasaan Abang salah ya, Bun?"
"Perasaan itu gak ada yang salah, Bang. Mungkin cuma waktu atau orangnya aja yang gak tepat, jadi perasaannya yang disalahin," tutur Bunda dengan nada lembut—kebiasaannya jika sedang menasehati anaknya.
"Terus kenapa Nata bilang gitu?" tanya Galen tak mengerti.
"Abang coba tanya ke dia. Bunda yakin, Nata pasti punya alasan kenapa dia bilang begitu."
"Tapi—"
Bunda menyela ucapan putra sulungnya. "Abang harus berusaha! Emang Abang mau kalo persahabatannya hancur gitu aja?"
Galen sontak menggeleng. "Nggak mau!"
"Kalo begitu, Abang tanya baik-baik sama Nata."
"Siap, Bun!" Galen memeluk bundanya dari samping. "Bundanya Galen emang yang terbaik!"
☸☸
Galen menatap keadaan kelasnya yang begitu ramai. Hari ini kelasnya mendapat jam kosong yang tentu saja disambut dengan lapang dada oleh para murid. Ia mengalihkan pandangannya ke arah belakang. Menatap satu-satunya perempuan yang duduk diantara laki-laki.
Hingga tak sengaja, pandangan mereka bertemu. Namun dengan cepat, gadis itu memutus kontak mata mereka. Galen merogoh ponselnya dari dalam saku.
GalenSydha
Nat, ada waktu?|
read.Galen kembali menatap gadis yang duduk di barisan belakang. Dilihatnya gadis itu sedang memainkan ponsel, tetapi pesan yang ia kirim belum mendapat balasan apapun. Galen tak putus asa, ia kembali mengetik pesan untuk sahabatnya.
GalenSydha
Ada sesuatu yang mau gue tanyain|
Nat, gue mohon jangan gini|
Kasih gue waktu lima menit, please|
Nat?|You have been blocked by RaySyadinata🐼
Galen menatap ponselnya tak percaya. Berulang kali ia mengetuk ponsel berlogo apel digigit itu ke mejanya, tapi tetap saja pemberitahuan yang muncul di layar ponselnya tak kunjung hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Au Revoir
Teen Fiction❝Mungkin tokoh dalam kenangan akan pergi. Tetapi kenangan tidak akan pernah pergi sejauh apapun tokohnya melangkah, bukan?❞ __________ Aku merindukannya, sangat. Tetapi dengan mengingat segala hal tentangnya, kurasa itu bukan pilihan yang tepat. Mem...