BAGIAN 3📌

332 207 231
                                    


_________________~•~________________

Tawaku pun akan singgah
saat melihatmu tertawa
karena ulahku.

____________~•~___________

____________~•~___________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°°°°

Mereka duduk di sana menunggu matahari mengalah untuk bulan dan bintang bersinar, walaupun itu masih cukup lama karena masih siang.

Rivan melihat ke depan sedangkan Mesa melihat ke samping, dia melihat Rivan. Dia kasian dengan dirinya karena nasib percintaannya tak berjalan mulus.

"Vano udah lamar Garlien," kata Mesa jujur dan Rivan memejamkan matanya untuk menetralisir luapan amarahnya. Tapi tetap saja air matanya menetes tanpa izin.

Dia kadang kesal dengan dirinya, kenapa ia sangat sering menangis. Seolah tangisannya adalah kiriman dari orang lain, Rivan pernah menangis tanpa sebab. Dan itu membuatnya malu.

Ia merasa harga dirinya sebagai laki-laki turun seperempat persen saat dia menangis. Masa cowok cengeng, tapi Rivan nggak bisa ngontrol air mata. Skip, nggak usah bahas air mata.

Sebenarnya Rivan juga tau kemarin Garlien dan Vano sedang berduaan di tepi pantai, Rivan kira Vano hanya akan menembak Garlien ternyata melamarnya. Dia sudah ketinggalan sangat-sangat jauh.

"Kalo mau mewek dipersilakan," kata Mesa lagi dan Rivan yang mendengar ucapan Mesa segera menghapus air matanya.

Mesa yang melihat itu langsung mencibirnya. "Sok kuat lo, padahal gue denger lo mewek kenceng banget tadi," cibir Mesa.

Rivan spontan langsung melihat Mesa, membuat Mesa sedikit terkejut lalu mengangkat satu alisnya tanda bertanya.

"Lo denger?!" tanya Rivan cemas.

"Seperti yang tadi gue bilang," jawab Mesa santai kemudian mengalihkan pandangannya menjadi ke depan.

Rivan menggigit bibir bawahnya, ia cemas, ralat sangat cemas. Dia tak pernah mengumbar kecengengannya itu-kecuali dengan keluarganya. Dan sekarang musuh bebuyutannya tau.

Apa yang akan diperbuat Mesa? Bagaimana jika dia membeberkannya ke seluruh warga sekolah? Memikirkannya saja membuat Rivan ketar-ketir.

"Jangan bilang siapa-siapa ya. Gue mohon, ntar gue traktir es krim sebanyak yang lo mau," tawar Rivan dengan was-was.

"Lo pikir gue anak kecil."

"Temen masa kecil gue suka banget es krim, dulu gue pernah nanya suka es krim atau coklat dan dia bilang-"

Rivanza RomesaWhere stories live. Discover now