14. Semakin Berbeda

360 16 6
                                    

Hari ini Rafa bangun jam lima pagi. Ia melangsungkan sholat Subuh dan langsung mandi.

Mengingat janjinya akan mengantar jemput Charika mulai hari ini sampai dua hari kedepan.

Sampai saat ini Rafa masih menyangka bahwa Acha yang ia kenal adalah Acha yang dulu.

Walaupun begitu banyak perbedaan. Kadang terasa seperti bersama orang yang berbeda saat bersama Acha yang sekarang. Namun Rafa menepis pikiran itu. Tidak mungkin itu berbeda. Acha adalah Acha gadis si angka nol hanya saja sifat dan penampilannya saja yang berubah sudah menjadi lebih baik begitu pikir Rafa.

Namun kenyataannya memang berbeda. Acha yang dikenalnya ialah Icha bukan Acha. Jelas sangat berbeda Acha yang memiliki sifat lembut pintar dan besar dilingkungan yang baik di didik dengan baik.

Sedangkan Icha hidup dilingkungan tampa tau siapa keluarganya. semenjak kecil tinggal di panti asuhan sampai berumur enam belas tahun ia memilih pindah dari panti dan menyewa sebuah kost. Pendidikan yang sekedarnya bekerja keras untuk kehidupan sehari-hari. Walaupun semenjak sikembar itu bertemu Icha tak pernah meminta ataupun menerima sepeserpun uang Acha kakak kembarnya. Ia memilih bekerja paruh waktu untuk biaya sekolahnya.

Sikembar yang berbeda latar belakang. Berbeda sifat.

"Oke, saatnya berangkat" Rafa memakai sepatu miliknya, tak lupa ia bawa tas kecil miliknya untuk menaruh benda kecil pemberian Charika karena menurutnya itu ialah hadian perpisahan yang berharga walaupun cukup membingungkan.

Jam enam lewat empat puluh menit. Sesuai janji Rafa kepada Charika Rafa sudah on time. Dan sekarang Rafa sudah sampai didepan gerbang rumah milik Charika.

Rafa memarkirkan motornya begitu satpam membukakan gerbang. Rafa menunggu beberapa saat untuk Charika.

Charika sudah bersiap beberapa menit lalu. Menunggu Rafa tak sabaran sambil mondar mandir diruang tamu lantai satu.

Mendengar suara motor. Charika langsung keluar setelah izin kepada bibi. Bibi tertawa kecil melihat tingkah Acha seakan gugup bertemu Rafa.

"kak Rafa. Maaf ya Acha lama hehe" kata Acha berbasa basi padahal ia langsung keluar saat mendengar motor Rafa dan Rafa tak menunggu lebih dari lima menit.

"gak kok Cha. Gue juga baru dateng " Rafa tersenyum manis sekali. Bibirnya yang merah alami seakan dipakaikan lipstik. Rafa cukup terpesona menatap Acha yang semakin hari terlihat imut.

Acha hampir tak berkutik melihat Rafa. Dari sudut manapun Rafa tetap tampan. Apalagi memakai kemeja kotak-kotak berwarna hitam dan rambutnya yang sedikit acak-acakan karena helm malah membuatnya semakin terlihat natural.

"Non! " bi Fatimah bergegas berjalan menuju Rafa dan Acha berdiri.

Mendengan bi Fatimah memanggil keduanya menoleh bersaman tersadar dari lamunan mereka.

"Non buku non ketinggalan dimeja. Sepertinya buku catatan non" bibi menyondorkan sebuah buku bertuliskan CHARIKA PRATAMA ZAKIA dibagian sampul.

"Ini buku lo? " Rafa bertanya keheranan sambil menatap bagian nama.

"Bukannya nama Acha CHARIKA PURNAMA ya?  Kok malah jadi Pratama gue sering liat dikertas ulangannya dulu, tapi anehnya pas gue ngasih surat panggilan waktu itu namanya jadi Pratama lagi sebenarnya nama lo gimana sih Cha? " -Rafa

"kak kok gitu amat liatin buku Acha?" Acha mulai memasukkan buku biru miliknya kedalam tas sekolahnya.

"oh gapapa gue" Rafa tersadar dari lamunannya.

"eh ini bibi lo Cha?" Rafa mengalihkan pembicaraan.

"oh iya den Rafa ya? saya Fatimah pembantu rumah tangga dirumahnya non Acha"

Ketosku Sayang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang