20. it's okay

37 1 0
                                    

Sebuah pintu terbuka
Tapi aku takut jika pintu itu memiliki ruang lepas.

***
Pagi sekali Icha sudah siap ke sekolah,  seperti biasanya umi akan menyiapkan sarapan dan mereka akan sarapan bersama. Umi terlalu baik sampai Icha selalu menaruh rasa tidak enak kalau terus-terusan tinggal disini.

Sampai disekolah tidak ada yang terjadi, padahal Icha sudah bersiap kalau kejadian kemarin akan berlanjut. Tapi hari ini Kyra dan Freya tidak berulah. Mungkin tidak berani lagi atau malu karena Icha telah menyelamatkannya dari Lisa.

Dengan konsentrasi penuh Icha mencoba memahami soal matematika yang diberikan guru. Tapi mengapa begitu sulit rasanya terpecahkan. Otaknya masih sama seperti tahun lalu, tidak mungkin angka nol akan mewarnai buku-bukunya lagi. Tapi seberapa keraspun ia berpikir tetap tidak bisa menggapai garis tuntas.

Saat pembagian kertas uji coba, sesuai dugaan dari sepuluh soal hanya benar dua. Lumayan daripada nol.

"Kenapa masih ada yang mendapat nilai 2? padahal ini sudah dipelajari dikelas sepuluh , kalian benar-benar beda dengan kelas sebelah, sudah kita akhiri pertemuan kali ini" lelaki paruh baya itu mengemasi bukunya dengan cukup kesal. Lalu berjalan tanpa suara dengan wajah masam keluar kelas.

Sepeninggal guru itu, seisi kelas ribut membicarakan siapa yang mendapat nilai dua sampai membuat guru yang bernama Ferdi itu mengamuk dan kembali membandingkan kelas itu dengan kelas sebelah.

Icha berdiri mengemasi bukunya dan berjalan menuju taman.

"Cha"

Icha mendongak saat mendengar ia dipanggil.

"Freya, Kyra" kata Icha menyebutkan nama itu dengan tatapan heran.

Freya dan Kyra duduk dikedua sisi Icha. Icha mengernyit heran. "Kenapa lo berdua?"

"Kita maaf ke lo, karena udah ngerjain lo kemarin" Freya membuka bicara.

"Iya Cha, gue benar-benar minta maaf ke lo" lanjut Kyra sedikit ragu.

Icha tertawa cekikan "gue nggak merasa terzolimi"

"Lo maafin kita kan? Gue bakal lakuin apa aja biar lo maafin kita" kata Freya membujuk.

Icha tersenyum, baginya ini pertama ada orang yang meminta maaf seperti itu setelah menyakitinya. Tapi dari awal memang Icha tidak menyimpan dendam sedikitpun.

"Iya, gue maafin" kata Icha.

Freya dan Kyra memeluk Icha erat. Icha tidak menyangka akhirnya seperti ini.

"Gue tau lo tadi yang dapat nilai dua" kata Kiya mengurai pelukannya.

"Gue juga, pas dibagiin gue sama Kyra langsung ngintip" lanjut Freya.

Icha mengeluarkan kertas yang tertulis angka dua yang sangat besar. Lalu menatap Kyra dan Freya bergantian.

"Biasanya bapak itu bakal nyontohin kakak kelas pas lagi ceramahin kelas kita" kata Freya.

"Maksudnya?" Tanya Icha.

"Iya, misal nih ulangan matematika banyak yang rendah, terus dibilang gini nih, heyy kalian kelas ini, kenapa dari kalian nggak ada yang nilainya selalu tinggi, nggak sama kayak senior kalian Rafa Alfino Razaq itu, tiap mata pelajaran dia selalu tinggi!, untunglah kak Rafa itu ganteng kan jadi kita nggak benci-benci amat ke dia" Freya mengulangi kata-kata pak Ferdi sesuai dengan logatnya yang  naik turun.

"Bukan cuma itu yang paling kesal pas kelas kita itu di bandingin sama kelas sebalah karena mereka lebih pintar dan ada yang selalu tinggi nilainya, lo tau kan Lisa yang kemarin, dia yang dikelas sebalah" Kyra

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketosku Sayang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang