17. Ngikutin gue ya?

149 9 3
                                    

Sengajakah Tuhan mempertemukan kita kembali, apakah untuk bersama atau hanya kebetulan semata.

***

Setelah selesai dengan latihan pemulihannya, Icha memutuskan untuk kembali keruang inap.

"Dok saya mau kembali ke ruang inap" pinta Icha.

"Iya, mau saya bantu dorong?" Tawar Keynan.

"Nggak dok, saya sudah bisa sendiri" tolak Icha.

Ia memutar roda itu dengan kedua tangannya, sekarang sudah mulai terasa enteng untuk mengayuh kursi roda sendiri.

Sambil menyusuri lorong, Icha memandang keluar jendela. Ia menghela nafas panjang kemudian tersenyum. Icha terus mengayuh kursi rodanya sambil tersenyum. Ia cukup senang sudah mulai bisa membiasakan dirinya bergerak kembali. Kemudian setelah berada di sudut lorong tepatnya pertigaan menuju kamarnya, Icha berhenti, melihat ada yang berdiri didepan pintu ruang inapnya.

"Siapa ya?" Gumam Icha ia masih berhenti, ia enggan mendekati sang pria yang terlihat sedang membaca nama yang tertera.

Icha merasa tidak asing, wajahnya hanya terlihat dari samping dan jarak yang cukup jauh tidak menampakkan wajah pria itu dengan jelas, namun dari postur tubuhnya Icha merasa ia mengenalinya.

"Farel? Ah mana mungkin dia kan nggak setinggi itu" pikir Icha membandingkan pria tersebut dengan lelaki bernama Farel yang pernah melihatnya sewaktu ia koma. Melihat pria itu membuka pintu Icha bergegas mengayuh kursi rodanya kembali, untuk memastikan siapa lelaki tersebut namun tangannya terasa keram untuk mengayuh dengan cepat.

Alhasil pria itu berlalu saat Icha mulai mendekat pria itu sudah masuk keruangan sebelah ruangannya. Namun Icha melihat jelas wajahnya saat berbalik kebelakang.

Deg

"Rafa" Gumam Icha.

***

Sinar matahari pagi yang masuk dari sela-sela jendela ruangan membuat Icha terbangun, ia mulai membuka matanya perlahan. Belum sempat ia duduk terdengar ketukan pintu dari luar kemudian langsung terbuka. Icha mulai duduk memastikan siapa yang datang.

Ternyata.

"Mi?" kaget Icha.

"Icha, nak kamu benar-benar udah sadar umi bersyukur banget" Tanya wanita tersebut datang bersama Farel.

Iya, ia adalah wanita yang sudah ia anggap sebagai orang tua, ia pun memanggil dengan sebutan umi, wanita itu bernama Hayati pemilik panti asuhan yang merawatnya sedari kecil.

"Kayak yang umi liat dong hehe" cengir Icha.

"Umi minta maaf sama kamu, nggak pernah umi liat kesini, Farel nggak mau ngasih tau umi" tutur umi, sengaja Farel tidak memberi tahu umi kalau Icha koma, walaupun umi Hayati bersikeras menanyai, ia hanya memberitahu bahwa Icha tidak bisa diganggu, umi pun putus asa menanyainya, umi sudah cukup tua takutnya ia akan sangat terkejut menyaksikan keadaan Icha.

Farel dan Icha sama-sama tinggal dipanti asuhan umi.

"Mi, nih hari ini aku mau pindah ruangan, makanya maunya umi yang bantu aku, jadi aku ngirim surat minta umi datang kesini" jelas Icha penuh semangat.

"Oke hari ini kita pindah" jawab Hayati dengan senyum diwajahnya.

***
Rafa terbangun, sejak ia datang mengunjungi ibunya, ia sibuk diruangan tersebut, seperti membereskan dan menata ruangan inap ibunya, menyuapi ibunya makan dan menuntun berjalan ke toilet.

"Ah, udah pagi" ia menggeliat, punggungnya terasa tertusuk-tusuk mungkin karena tidur sambil duduk.

Ia meregangkan ototnya sambari berjalan menuju jendela, kemudian membukanya perlahan, agar tidak membuat ibunya terkejut dengan suara jendela.

Ketosku Sayang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang