Hari ke-3 (2)

18 8 4
                                    

Kenapa Tante tau gue ini Vio??. Apakah dengan penyamaran gue memakai jenggot dan kumis palsu yang tebal, tidak berpengaruh oleh mata Tante yang jeli itu???

"Maaf Bu... Saya Ali. Ini ada paket Bunga..." Sembari memberikan Buket Bunga itu.

"Oh iya. Maaf ya Mas, kirain Mas orang yang Ibu kenal." Ibu pun menerimanya.

"Gapap Bu, yaudah Saya pamit dulu ya Bu. Masih banyak Paket yang harus saya antarkan" Ucap nya sembari sedikit membungkukan badan.

"Bentar-bentar Mas..." Mama menahan Vio sebelum ia membalikan badan.

"Iya Bu??"

"Buket Bunga ini dari siapa ya?? 2 hari yang lalu pun begitu, paket Bunga tapi entah dari siapa. Apakah Mas driver Toko Bunga ini??" Tanya Mama.

Vio tampak kebingungan,

Apakah gue harus mengakuinya??. Jika gue mengakui saat ini langsung di depan Tante, pasti Tante sangat kecewa.

"Maaf Ibu, saya buka driver Toko Bunga itu. Disini saya hanya menggantikan Kakak Saya yang sedang sakit. Jadi saya tidak tahu dari siapa-siapa nya Bu..." Ucapnya bohong dengan sangat sopan.

"Ooh gitu ya. Yaudah makasih yaa, nanti Ibu cari tau sendiri aja"

Brakk

Mama langsung menutup pintu.

Ah! Cari tau?!!! Gue harus gimana ini?!!! Gue bingung. Apa gue harus kasih tau Nona tentang masalah ini?!!

Dalam benak nya yang masih berdiri tegak di depan pintu.

Ia pun membalikan badannya lalu berjalan dengan cepat.

"Nih ada Bunga lagi" Ucap Mama yang menyimpan Bunga nya di meja makan.
Ellen lalu meminum air yang sudah disiapkannya.

"Eh loh?! Masih ngirim juga?" Ujar Ellen sembari berdiri dan memandang Bunga itu.

"Kamu tau siapa pengirimnya??" Mama pun duduk berhadapan dengan Ellen.

"Ellen tau. Tapi Ellen ga yakin Ma. Tapi.... ah Mama juga pasti tau" Jawab Ellen cemas.

Mama mengingat-ngingat siapakah orang itu?? Yang Mama heran, sudah lama sekali Ellen tidak membuka hatinya pada siapa pun sampai saat ini.

"Apa tanya langsung aja ke pegawai Toko Bunga nya??" Tanya Mama khawatir, sembari mengambil HP di saku bajunya.

"Jangan Ma, biar Ellen cari tau sendiri" Ucap nya lalu bergegas ke kamar.

Ellen pun terduduk dan bersandar di sandaran kasur sembari merenung.

Ia sesekali ingin menangis tetapi ia masih menahannya.

Teringat lagi sosok itu.

Sosok lelaki romantis,
Lelaki penyayang ,
Dan juga baik hati yang tiada tara.

Ellen akhirnya tak kuasa menahan tangis, Ia terisak-isak ketika pikirannya dikelilingi oleh wajah lelaki itu.

***

Vio mondar-mandir di dalam kamarnya sembari sesekali melihat HP.

"Gue telfon Nona ga ya?? Astaghfirullah!!!" Cemas nya.

Vio sudah tak tahan lagi, akhirnya ia menelpon Nona dengan perasaan cemas.
"Hallo Non" Ucapnya tanpa mengucapkan salam.

"Wa'alaikumussalam" Ujar Nona yang sedang makan malam bersama pacarnya di restoran mahal.

"Assalamu'alaikum. Non gue mau ngomong serius sama lo" Ucapnya dengan terburu-buru.

"Jangan sekarang yaah, gue lagi..."

Vio memotong pembicaraan Nona dengan berkata, "Non... Please dengerin gue dulu" sembari nada memohon "Ini obrolan yang sangat-sangat penting! Kita harus ketemuan sekarang juga!" Ujarnya.

"Vio Beb, bentar ya..." Suara pelan Nona.

"Dengerin gue ya! Gue lagi makan malam sama Harris. Lo jangan ganggu, besok aja lu ceritanya!" Ujar Nona yang meninggikan suaranya serta mematikan telponnya.

"Argh!! Non! Non! Nonaaa!!!" Kesal Vio yang membantingkan HP nya ke kasur, dan langsung merebahkan badannya di kasur pula.

Bunga di hari ke-8 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang