Vio kini sudah berada di rumah Ellen.
Ia sudah pasrah apabila keluarga Ellen, termasuk Ellen sangat kecewa padanya.Tok..Tok..Tok
"Assalamu'alaikum..." Ucap Vio pasrah.
"Wa'alaikumussalam" Jelas, itu suara Ellen.
Kini tampaknya, kecemasan Vio semakin menjadi. Semua pikiran buruk menimpanya.
Ellen pun membuka pintu. "Eeeh, Mas Pakeet. Ga bosen ngirim Bunga ke sini?? Hahaha" Sindir Ellen.
Ah! Ko? Kenapa dia ga tanya siapa gue sebenernya??? Apa... Mungkin hanya Tante yang tahu masalah ini?!
"Aaah, Mba mah bisa aja hehehehe..." Ujar Vio yang terlihat mengkhawatirkan.
Ellen lalu mengajak Vio untuk duduk di kursi teras depan.
"Sini Mas, duduk dulu...." Ajak Ellen sembari jalan ke kursi.
Sembari duduk, Vio terus berpikir kemana-mana.
Rasa khawatir, rasa kecemasan, rasa takut, itu semua bercampur dalam benaknya Vio.
Mungkin, Ellen ingin memancing agar Vio mengakuinya?? Pikir Vio."Ooh iya Mba. Maaf Mba, kenapa Mba menyuruh saya duduk ya??" Tanya Vio dalam kecemasannya.
"Eem gini ya Mas yaa. Apakah Mas beneran gak tahu siapa pengirim Bunga itu???" Tanya Ellen tanpa melihat ke arah Vio.
Vio tampak bingung sekali, secara tiba-tiba Ellen membicarakan ini. Jika Vio berbohong kepada Ellen, Vio tak tega sama sekali. Tapiii....
"Saya hanya pengirim Bunga Mba, saya mana tau siapa nama pengirim itu. Saya hanya ditugaskan untuk mengirim bunga saja. Gak lebih." Jelas Vio.
"Oooh begitu ya Mas." Terlihat raut wajah Ellen kecewa. Lalu ia beranjak dari kursinya dan mengambil Bunga itu dari meja bulat sebelahnya.
"Bunga ini Saya ambil ya Mas... Makasih ya Mas udah mau anterin Bunga ini"
"Iyaa Mba sama-sama"
***
Agar Bunga-Bunga itu tetap segar dan cantik. Seperti biasa Ellen menaruhnya di Vas Bunga. Ia membuka lemari, mengambil Vas bening, untuk Bunga yang baru itu.
Ia memotong tangkai Bunga itu sekitar 1 cm setiap harinya. Agar Bunga tak menyerap air terlalu banyak, serta bisa bertahan selama 3-7 hari.
Lalu diisikannya air pada Vas itu, dan ditaruhnya dengan rasi cinta dan kasih sayang.
Ellen pun memandangi Bunga-Bunga itu dengan rasa cinta yang sangat dalam.
Lalu ia duduk di meja makan, pikirannya selalu mengarah pada Vio.
Entah mengapa, kini kepala Ellen diisi oleh wajah Vio terus. Ia terus memikirkannya dengan perasaan berharap.
Yap! Dia berharap, tetapi berharapnya pada Allah, agar Vio kembali dengannya. Tapi, semua itu kehendak Allah.
Ia hanya bisa berpasrah kepadanya. Serta selalu berdoa agar jodohnya kelak, bisa membimbing dia masuk ke dalam surganya Allah bersamaan.Semua harapan itu mulai sirna. Sebab, bukan Vio yang setiap hari memberinya Bunga.
Ellen tau, Vio tak pernah berbohong kepadanya."Siapa ya yang mengirim Bunga-Bunga itu?? Selama 2 tahun iniii, aku ga pernah deket sama lelaki manapun. Atau mungkin i---"
"Assalamu'alaikum... Ell???" Suara Mama yang sedang berada di teras depan. Sementara Papah, ia sedang memakirkan mobilnya.
Ellen pun menghampiri Mama dan membuka pintu.
"Wa'alaikumussalam..." Sembari mencium tangan Mamanya. "Ko tumben udah pulang lagi??"
"Tadi Bu Mira nya ga dateng, jadi deh pulang lagi." Ucapnya lirih.
"Aduuh kasian bangeeet" Kata Ellen seraya memeluk Mama nya dari pinggir.
"Assalamu'alaikum" Salam Papah.
"Wa'alaikumussalam Paah" Ellen mencium tangan Papahnya.
Setelah mereka masuk, Papa dan Mama duduk di meja makan.
Sementara Ellen, ia mengambilkan air minum untuk kedua orangtuanya.
Papah yang menyenderkan punggungnya di kursi, dikagetkan oleh Bunga mawar yang baru.
"Loh Ell?? Bunga baru lagi??"Ellen pun melirik Bunga itu sembari membawa nampan. Yang berisikan 2 buah gelas air minum.
Mama pun dikagetkan oleh perkataan Papa. Mama melihatnya ke lemari dan benar, itu Bunga Mawar yang baru. Mama tampaknya keheranan. "Ko Ellen dapet Bunga Mawar itu tiap hari ya, Pah??" Tanya nya.
"Tanya aja ke orangnya Ma, Papah pusing" Sembari melangkahkan kakinya menuju toilet.
Memang, akhir-akhir ini Papah Ellen disibukkan dengan berceramah di kampus-kampus.
"Ellen suka Bunganya" Sambung Ellen sembari menaruh gelas yang berisikan air minum di hadapan Mama.
"Kamu yakin?? Ga akan cari tau siapa orang misterius yang mengirim Bunga-Bunga itu???" Tanya Mama yang mengkhawatirkan putrinya.
"Ellen yakin ko Ma" Sembari berjalan ke lemari, tempat dimana di taruhnya Bunga-Bunga itu.
"Gak lama juga nanti orangnya akan dateng kesini" Ujar nya yang menyentuh ke-4 Bunga itu.
Mama hanya terdiam, melihat putrinya yang sangat-sangat jatuh cinta kepada ke-4 Bunga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga di hari ke-8 [TAMAT]
General FictionMemang, kita bisa memilih bahkan bisa menentukan siapa jodoh kita. Tapi, Apakah kamu tak ingat siapa yang menyatukan Adam dan Hawa?? Urusan jodoh sudah ada yang mengatur. Kita hanya bisa ber-ikhtiar dan berusaha. Seperti hal nya kisah ini, Tuhan bi...