Hari ke-8 (5)

10 2 0
                                    

Ellen membuka matanya perlahan, dan Ellen terperanjat begitu membuka matanya. Ellen memandangi seluruh sudut ruang tamu dengan terpukau. Ia tak menyangka, Vio akan bersikap romantis lebih dari biasanya.

Semua barang-barang seperti meja, sofa di pindahkan ke kamar Vio.
Jadi, tampak hanya balon-balon saja yang mengisi ruang tamu.

Di bagian dinding, terdapat balon nama berwarna silver yang bertuliskan 'HAPPY ANNIVERSARY', dan di atasnya ditempelkan sedikit balon helium warna pink muda dan putih.

Dan bagian ini lah, yang membuat Ellen terkesan dan terpukau.
Di tengah-tengah ruang tamu, banyak foto palaroid mereka berdua tergantung di balon yang mengapung dan tertahan oleh plafon rumah.

Ellen menatap mata Vio dengan gembira, lalu memeluknya dengan erat.
"Apaan ni??" Sembari menarik sesuatu dari belakang Vio.
Nampak raut wajah Vio kecewa, karena ia tidak bisa mengasih langsung Bunga itu.

Ellen terkejut ketika melihat Bunga yang indah itu. "Waaaaw, indah banget Bunganya... Aku suka." Lalu ia melenggak melihat mata Vio, dan berucap "Makasih yaa sayang..." Sembari memperlihatkan senyum manisnya itu.

Seketika kekecewaan Vio sudah pudar, ketika melihat Ellen tersenyum.
Vio pun memeluknya kembali dengan erat.

"Lagi ngapain sih!? Ko lama banget berduaannya!" Kesal Nona yang sedari tadi membawa kue.

"Buka aja kali." Jawab Harris santai.

"Tau-tau mereka lag---"

Kemal memotong omongan Reza. "Satuu..." Ucap Kemal, sementara yang lain bersiap-siap.
"Nyebelin banget, gila." Gumam Reza yang stand by memegang pocket camera miliknya. Sisanya, memegang balon warna pink muda dan putih itu.

"Dua..." Kemal membuka pintunya sedikit.
Sembari membuka pintu, mereka berteriak, "Ti...gaaaaa!!!! HAPPY ANNIVERSARY, VIO dan ELLEN!!!!" Teriak mereka yang masih di dalam dengan sangat antusias.

"Astaga..." Terkejutnya Ellen, lalu melepaskan pelukannya dengan Vio dan menutup mulutnya dengan kedua tanganya.

Lalu mereka bergegas ke hadapan Ellen.
Ellen terpukau ketika melihat kue yang di bawa Nona.
Kue berbentuk bulat dan dihiasi dengan bentuk-bentuk mawar warna pastel, dan coklat putih yang bertuliskan Happy Anniversary Vio dan Ellen.

Dan tak lupa, Vio memberikan sebuah harta karun romantik yang abadi, penuh cinta dan secercah keajaiban. Dipersembahkan dengan elegan dalam sebuah kotak berisi bunga mawar merah dan coklat.

Vio menggengam tangan Ellen dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Terkurung dalamnya cinta mu, membuat ku ingin berlama-lama di hatimu.
Terimakasih sudah mau menempatkan aku di hati mu.

"So sweet bangeet siiii" Terharunya Ellen dan matanya mulai berkaca-kaca.

Vio memeluk Ellen kembali. "Makasiih... Hiks hiks" Ellen memeluk kembali Vio.
Ellen tak bisa berkata-kata lagi, ia terlalu senang untuk kejutan hari ini.

31 Desember 2018.
Tahun baru.

Pagi hari yang cerah.

Vio terbangun oleh suara alarm yang nyaring itu. Ia langsung bergegas ke kamar mandi, dan selanjutnya minum teh hangat di pinggir kolam.
Seperti biasa, sesudah meminum teh hangat ia langsung berenang untuk menyegarkan tubuhnya kembali.

Vio berdiri di pinggir kolam renang, dan hanya memakai celana renang warna hitam bergaris merah.
Sesegera mungkin ia meluncurkan badannya dan, byuuuuuur...... Ia berenang dengan gaya bebasnya.

Semua keluarga termasuk Mami dan Papah Vio sudah berangkat menuju Villa. Hanya Vio saja yang belum, karena ia harus menjemput Ellen dari bandara.

2 hari yang lalu, Ellen berangkat ke Bali untuk menggantikan salah satu model fashion show.

Vio menepi ke pinggir kolam, dan...

Ting...

Ting...

Ting...

Dering telfon handphone Vio yang di simpannya di kursi malas rotan. Ia keluar dari kolam renang dan jalan menuju handphonenya itu.

Ia melihat nama siapa yang menelfonnya.
"Ellena. Pasti udah di bandara dia" Ucap Vio dan langsung mengangkat telfon itu.

"Udah sampai, El??" Tanya Vio sembari memakan Blueberry Croissant Bake yang sudah di pesannya.

"Iya udah sampai. Kamu jemput sekarang yaa, aku mau makan dulu shabu shabu." Pinta Ellen. Yang berjalan sembari menarik kopernya menuju tempat shabu-shabu.

"Siaap"

"Eh iyaaa, kamu langsung ke shabu-shabu aja yaa"

"Iya. Aku ganti baju dulu, soalnya aku abis berenang" Seraya mengunyah Croissant itu.

"Oke. Ditunggu, ya." Ellen mematikan telfonnya. Sementara Vio, ia menyenderkan tubuhnya dan memakan Croissant lagi dengan lahap.

***

Vio turun dari mobil dan langsung berjalan ke restoran Jepang itu.

Sesampainya di tempat, Ellen melambai-lambaikan tangan ke arah Vio. Lalu Vio mendatangi tempat duduk Ellen. Dimana, Ellen sedang melahap shabu-shabu itu. Mereka pun berpeluk kangen serta cipika-cipiki.

"Emang bakalan habis makanan segitu?? Tanya Vio sembari duduk di sebelah Ellen.

"Kan berdua sama kamu" Celetuk Ellen.

"Aku udah makan, El" Sembari menyender di kursi.

"Makan apa??" Tanyanya tak percaya, seraya menengok ke belakang dan menyuapkan daging sapi tipis ke mulutnya.

"Croissant" Sambil menatap mata Ellen.

"Mana kenyang makan Croissant ajaaa" Gumam Ellen.

Vio mendekatkan tubuhnya ke tubuh Ellen, dan berbisik. "Kalo aku ga kenyang, aku bakal makan makanan kamu sedari tadi"

***

S

iang menjelang sore pun tiba.
Vio segera bersiap-siap untuk pergi ke Villa, hanya saja ia menunggu Ellen menelfonnya.

Ting...

Ting...

Ting...

Vio langsung mengangkatnya.

"Halo El? Udah siap??" Tanya Vio sembari mencari kunci mobil di kasurnya.

"

Em... Maaf Vi. Tadi Kak Gladies telfon aku, terus dia minta ketemuan" Lirih Ellen.

"Yaudah aku anter kamu" Pinta Vio yang sedikit meninggikan suaranya.

"Ga usah, aku di anter Pak Tejo kok. Lagian aku udah di jalan" Terang Ellen.

Vio mengernyit. "Kenapa ga bilang?" Ketus Vio.

"Aku buru-buru, Vi. Dia minta untuk datang sekarang juga."

"Emangnya penting banget, ya?!" Ketus Vio kembali.

"Mungkin. Biasanya kalau di suruh datang cepet-cepet sama Kak Gladies, akan mengobrolkan hal yang penting." Jawab Ellen.

Biasanya juga kamu ga seperti ini. Batin Vio.

"Terus? Jam berapa aku jemput kamunya???" Tanya Vio, yang lagi-lagi sedikit meninggikan suaranya.

"Nanti aku kabarin lagi" Terang Ellen.

"Yaudah, aku tunggu ya.."

"Iyaa"

Vio pun mematikan telfonnya.
Lalu menjatuhkan badannya di tempat tidur, dan berkata. "Huh... Ada-ada aja"

Bunga di hari ke-8 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang