11

353 32 1
                                    

   Setelah melewati masa-masa yang lumayan cukup sulit, Raesha akhirnya bisa kembali menjalani hidup seperti hari-hari sebelumnya.

Beruntunglah Raesha, karena memiliki sahabat serta kekasih yang tidak pernah meninggalkan dirinya saat dalam keadaan terpuruk. Tidak pernah sebelumnya, terutama bagi Fariz, melihat Raesha yang begitu rapuh. Kekasihnya itu benar-benar seolah kehilangan arah. Fariz menyaksikan sendiri bagaimana seorang Raesha hancur setelah perpisahan kedua orangtuanya. Raga gadis itu seperti terpisah dari jiwanya. Risya dan Zila sering menangis melihat betapa mirisnya kondisi Raesha. Hati sahabat mana yang tidak pilu melihat sahabatnya hancur?

Hanya disayangkan, Afif yang juga sahabatnya menghilang dan belum ada kabar hingga detik ini. Bukan hanya Raesha, Risya dan Zila pun turut penasaran dan kuatir tentunya, tentang keberadaan dan keadaan Afif saat ini. Laki-laki itu menghilang bak ditelan bumi. Sama sekali tidak bisa dihubungi.

Allah nyatanya memang sangat adil. Raesha mungkin memang telah kehilangan kasih dari orangtuanya, tapi Allah mengirimkan begitu banyak pengganti yang melimpahkannya lebih dari sekadar kasih.

"Echa tadi beneran cuman mau minjem uang, lho Kak. Kenapa jadi malah begini, sih?"

Raesha dan Fariz saat ini tengah berjalan santai mengitari sebuah mall ternama di kota tempat Raesha dan Fariz kuliah. Awalnya, Raesha yang kebetulan tidak ada shift kerja menemui Fariz dan berniat meminjam uang untuk membeli satu dua kebutuhan pribadinya yang sudah habis dan berjanji akan menggantinya begitu Raesha gajian. Tapi yang terjadi malah seperti sekarang. Fariz ngotot ingin menemaninya berbelanja dan membebaskan Raesha membeli apa saja, dia yang akan membayarnya. Bagi Fariz, ini momen yang sangat-sangat langka. Raesha bukan tipe yang apa-apa pacar, apa-apa pacar. Dia gadis mandiri yang memiliki sifat manja tersembunyi. Hanya Fariz yang mengetahuinya. Jadi, ketika Raesha mengatakan jika gadis itu ingin berbelanja, Fariz langsung memutar otak dan tidak lama kemudian, otak geniusnya sudah menemukan cara yang ampuh.

Raesha sudah berhenti dari kafe tempatnya kerja part time, omong-omong. Dan sekarang, dia bekerja paruh waktu di kafe milik kekasihnya.

"Sekali-kali, nggak bakal bikin aku bangkrut juga, kog." Fariz menyahut santai sembari merangkul Raesha.

"Akunya yang nggak enak," cicit Raesha.

Selama ini Fariz sudah banyak berkorban untuknya. Membantu ini itu, segala keperluan Raesha yang lazimnya dilakukan oleh orangtua. Kasih sayang yang tidak bisa Raesha dapatkan dari orangtuanya, tergantikan oleh kasih dan cinta yang Fariz berikan. Perlakuan laki-laki itu terhadapnya membuat Raesha merasa amat disayangi … dan diinginkan.

Raesha akui, jika Fariz termasuk lelaki mapan bahkan pada usianya yang masih sangat muda. Tapi, bukan berarti dengan itu Fariz bebas membelanjakannya. Bukannya sombong karena menolak, Raesha hanya tidak mau lebih menjadi parasit dalam kehidupan Fariz.

"Aku laper, nih. Kita makan dulu, yuk!" Tanpa menunggu persetujuan dari Raesha, Fariz langsung menarik tangan gadis itu hingga memasuki sebuah restoran.

"Kak!" Tatapan Raesha menghunus tajam.

"Hm," sahut Fariz cuek. Laki-laki itu malah asik membolak-balik buku menu. Tidak menghiraukan protesan yang Raesha lampiaskan lewat bahasa tubuh.

Hembusan napas berat keluar begitu saja. Percuma. Hanya akan membuat malu nantinya, jika mereka keluar lagi dari restoran ini, tidak jadi makan. Kali ini, Fariz menang. Tapi, lihat saja nanti. Raesha akan memberikan kekasihnya itu sebuah pencerahan khusus yang amat berarti.

🌻

    "Mama ...." Fariz langsung menoleh ke arah tatapan Raesha. Di sana, di sebuah tanah lapang yang memang sering digunakan untuk umum, ada sebuah keluarga yang nampak bahagia. Salah satu anggotanya ialah Maulina, yang tidak lain tidak bukan merupakan ibu Raesha.

Surga Yang DiImpikan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang