17

881 42 24
                                    

     Tok tok tok

"Masuk!"

Ceklek

"Udah cantik aja."

Kepala seorang gadis yang tadinya tengah mematut diri di depan sebuah cermin full body menoleh ke arah sumber suara.

Seorang wanita paruh baya menatapnya hangat. Kedua sudut bibirnya ditarik, membentuk sebuah senyuman. Sorot matanya berbinar, melihat sang anak yang perlahan tapi pasti, kondisinya mulai membaik. Lihatlah, sekarang anak sulungnya itu sudah bisa berdiri, bahkan berjalan seperti sedia kala. Meski harus tetap berhati-hati, takut tersandung atau semacamnya.

"Ma ...." Raesha berjalan pelan mendekati sang ibu yang sudah dibalut gaun berwarna maroon dengan jilbab syar'i berwarna senada. Nampak cantik dan bersinar di usianya yang sudah mulai memasuki kepala lima.

"Pas, 'kan?" tanya Maulina sembari menatap sang anak yang dulu sempat ia tolak kehadirannya.

Mengangguk, Raesha menjawab, "pas kog, Ma. Pas banget. Echa suka," ungkapnya yang membuat lengkungan di bibir sang ibu semakin lebar.

"Waahh, Kak Echa cantik banget!" Seruan seorang gadis di ambang pintu membuat keduanya menoleh.

Pipi Raesha bersemu kemerahan mendengar pujian dari adiknya. "Oya juga cantik, kog," balasnya.

"Papi sama Abang udah nunggu di ruang tamu," beritahu Zoya yang mengenakan gaun serupa seperti Maulina dan Raesha.

"Ya udah, yuk!" Maulina menggiring kedua anaknya menuju ruang tamu, di mana suami dan anak tirinya sudah menunggu.

"Zila bareng kamu atau Risya?" tanya Raesha saat sudah sampai di ruang tamu.

"Echa!" tegur Maulina sambil menggelengkan kepalanya.

Raesha menyengir. "Zila bareng Abang atau Risya?" ulangnya.

Afif terkikik geli sebelum menjawab. "Abang," jawab Afif terdengar sedikit kikuk. Belum terbiasa. "Bareng Papi sama Mama dan Zoya," lanjutnya.

Raesha mangut-mangut mengerti. Perhatian mereka kemudian teralihkan oleh suara klakson mobil. "Itu pasti Kak Fariz!" tebak Zoya.

Tidak lama, seseorang mengucap salam. "Kak Fariz," gumam Raesha sembari menatap sosok laki-laki yang mengenakan kemeja maroon, selaras dengan mereka.

Fariz tersenyum. Menyapa Hendra, Maulina, Zoya, Afif sebelum menghampiri kekasih hatinya. "Hai," sapanya.

"Ganteng," gumam Raesha lagi tanpa sadar.

Fariz terkekeh mendengarnya. Tangannya terulur, menunggu balasan.

Dengan senang hati, Raesha menerimanya.

"Zila sama kalian 'kan, Kak?" Afif bertanya pada Fariz.

"Ada, di mobil."

"Berangkat sekarang aja, yuk! Takutnya telat sampainya. Taulah, jalanan makin hari makin macet," ujar Maulina.

Setuju, semuanya mulai melenggang.

Hendra, Maulina, Afif, Zila, dan Zoya berada di satu mobil. Afif yang menyetir. Di sampingnya, duduk seorang gadis cantik sang pujaan hati, Khaila Fazila. Di jok tengah, kedua orangtuanya. Syarif Mahendra dan Nurmaulina. Di jok paling belakang, Zoya Ayudia duduk tenang dengan ponsel canggih di tangannya. Gadis itu mulai asik dengan dunianya sendiri.

Di lain mobil, Fariz menyetir. Raesha duduk manis di sampingnya. Di jok tengah, ada Alvin dan Risya. Dua sejoli yang sifatnya benar-benar bertolak belakang. Kabar gembiranya, mereka bisa saling melengkapi. Menjadikan perbedaan di antara mereka sebagai bumbu dalam sebuah hubungan. Unik, tapi nyata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surga Yang DiImpikan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang