16

1K 136 13
                                    

So Eun hanya diam mematung ketika tubuhnya ditarik ke dalam pelukan pria di sampingnya yang tak lain ialah Kim Bum.

Pria itu masih terpejam. Mengarahkan wajahnya tepat di depan wajah So Eun. Bahkan So Eun bisa merasakan nafas panas dari hidung Kim Bum.

Jantung So Eun berdetak semakin cepat.

Apa maksudnya ini? Kenapa semua ini terjadi?

"Sunbae.."

"Diamlah, biarkan seperti ini."

So Eun kembali diam tak berkutik. Pelukan Kim Bum terasa makin erat. So Eun merasakan tubuh Kim Bum yang masih hangat. Hingga pada akhirnya, mereka sama-sama tertidur dalam pelukan.

*****
Alarm berbunyi. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi.

So Eun membuka matanya. Ia baru menyadari jika ia tidur di dada Kim Bum. Dengan pelan, ia menyingkirkan sedikit demi sedikit tangan Kim Bum yang memeluknya. Setelah terbebas, ia pun bangkit dan langsung berlari ke kamarnya.

So Eun memegangi dadanya terus menerus. Entah apa yang terjadi ia merasa jantungnya sangat berdebar mengingat kejadian semalam.

Bagaimana jadinya jika semua orang tahu, seorang Kim Sang Bum, sang bintang di sekolah tidur dengan gadis biasa seperti So Eun. Pasti memalukan!

So Eun memperhatikan wajahnya di cermin. Sangat merah. Ia mendudukkan dirinya di pinggir ranjang tempat tidurnya.

"Kim So Eun, apa yang sudah kau lakukan?!" So Eun mengusap wajahnya dengan kasar.

"Kim Bum sedang dalam kondisi tidak sadar. Ia tidak mungkin mengingatnya," So Eun meyakinkan dirinya sendiri.

"Tenanglah Kim So Eun. Anggap saja semuanya tidak pernah terjadi."

Gadis itu mengambil nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Mengulanginya terus menerus.

"Kau salah, jika berfikir seperti itu Kim So Eun. Kali ini kau harus fokus mengurusnya. Pria itu sedang sakit, dan fikiranmu tidak boleh kemana-mana."

Setelah dirasa cukup tenang, So Eun kembali berdiri lalu menuju ke kamar Kim Bum.

Baru ia sadari jika kamar itu sangat teduh dan menenangkan. Warna dominan disini adalah abu-abu dan coklat. Dipenuhi dengan lukisan-lukisan kuno yang menggambarkan pemandangan di pegunungan. Entah siapa yang melukisnya, tapi itu sangat bagus.

So Eun duduk di pinggir ranjang Kim Bum. Pria itu masih memejamkan matanya dengan banyaknya peluh keringat di wajah. So Eun menempelkan tangannya di dahi pria itu.

Masih hangat. Tapi sudah lebih baik dibandingkan tadi malam. So Eun tersenyum. Tangan So Eun masih ada di wajah Kim Bum. Menelusuri ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Andai saja, semua berjalan lebih mudah, andai saja Kim Bum memang benar menyukainya, andai saja Kim Bum tidak sedingin itu, mungkin, ah sudahlah.

So Eun mengambil lagi satu mangkuk air yang kemudian ditambahkan es batu. Lalu mengompresnya kembali pada dahi Kim Bum.

"Aku ingin bubur."

So Eun membulatkan matanya kaget ketika pria itu tiba-tiba berbicara. Matanya masih terpejam. Lalu pelan-pelan terbuka.

"Kau sudah bangun?"

Kim Bum sedikit menggerakkan tubuhnya.

"Jangan banyak bergerak. Aku akan membuatkanmu bubur. Aku bersyukur setidaknya selera makanmu tidak hilang."

So Eun mengiyakan permintaan Kim Bum. Setelah buburnya jadi, ia langsung menyuapi bubur itu pada Kim Bum.

Kegiatan itu berlangsung dengan penuh kecanggungan. Hingga So Eun teringat pembicaraannya dengan So Hyun kemarin.

ReunitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang