Masih sama kaya kemarin, bedanya hari ini hari Minggu. Pada hari keesokannya di pagi yang cerah secerah senyumannya hoseok, sang pangeran pun terbangun dengan tidak elit.
Gedebuk!
Badannya berguling jatuh dari kasur king size. Tenang, biasa gitu emang. Namun, jam tidurnya kali ini ngga senikmat biasanya. Pasalnya dia terus dihantui sama taruhan yang di-iyakannya mentah mentah kemarin gegara kesulut emosi.
Bukan masalah isi dompet yang bakal habis gegara enam box pizza. Kalo itu mah gampang, dompetnya udah kaya kantong doramomon. Bukan itu, melainkan menyangkut perihal hati.
Dari sekian taruhan yang Hoseok alami selama hidupnya, cuma taruhan ini yang ngga bisa disebut main main karena hal tersebut.
Hati Hoseok lembek sumpah. Orang orang yang nganggep dirinya kuat, malaikat, pangeran dan semacemnya cuma kenal dia dari luar.
Miris. Namun ia masih bisa bersyukur karena ada lima teman segengnya yang kenal dia luar dalam, dan...Yoonji sebenarnya juga.
Waktu bukanlah tolak ukur seberapa kenal orang lain kepadanya, tetapi sebuah rasa saling memahami yang muncul diantara sebuah pertemuan dan dialog. Itulah yang dililhami Hoseok selama ini dilihat dari pengalamannya sendiri.
Hoseok masih ingat betul, dimana hujan sedang turun sangat lebat dan dia cuma bisa berlindung di bawah rumah rumahan plastik di taman bermain komplek. Hoseok kecil nangis, takut sama petir dan ngga bisa pulang, mana udaranya dingin banget sementara Hoseok cuma pake kaos kuning tipis sama celana jeans pendek selutut. Hoseok nangis sesenggukan sambil remet kaos minion kesukaannya itu.
Awal dari tragedi tersebut sih cuma gegara main petak umpet. Nah, Hoseok ini ngumpet di pekarangan yang lumayan jauh sama taman bermain gitu biar ngga gampang ketahuan. Tapi pas Hoseok jadi orang terkahir yang harus dicari dan paling susah dicari, tiba tiba hujan turun lebat. Jadi teman temanya pun nyerah dan milih pulang ninggalin Hoseok sendirian. Hoseok yang merasa hujan makin lebat pun langsung bergegas pulang tapi oleh karena ia ngumpetnya mblesek ditambah jarak ke rumahnya lumayan jauh, dan hujan keburu lebat serta banyak petir yang Hoseok takutin banget, akhirnya si kuda kecil memutuskan untuk berteduh di bawah atap rumah rumahan plastik sembari nunggu hujannya mereda.
Dan sekali lagi, Hoseok masih ingat betul sekelebat sosok berpayung merah berjalan ke arahnya dengan senyuman hangat nan mahalnya. Siapa lagi kalo bukan Min Yoonji, sang putri salju.
Seketika tangisnya Hoseok terhenti, terus langsung berdiri dan meluk tubuh Yoonji yang udah berteduh di dalem.
Statusnya mereka disini kaya saudara. Deket banget. Dan, kabar hati Hoseok saat itu masih ukuran cinta monyet anak anak esde yang manggil mamah papah gitu.
Yoonji pun meluk balik tubuh kecil Hoseok. Baju mereka dingin dan sedikit basah, tapi atmosfer yang menyelimuti mereka sangat hangat.
Hoseok ngga ada pikiran buat tanya alasan kenapa Yoonji tahu kalo dia ada di sini dan berani jalan diantara lebatnya hujan dan petir. Ngga ada. Kalo dia kesini jemput dia pulang ya udah nurut aja gitu. Sesimpel itu. Menikmati alur hidup.
Hah....Hoseok rindu suasana itu. Banget.
Bahkan ia harus milih jalan muter yang panjangnya hampir keliling komplek perumahan guna menghindari taman bermain komplek yang bikin hati Hoseok makin dihujam rindu. Sakit banget. Pernah dia pulang nangis gegara lewat tuh taman.
Apalagi sekarang lagi musimnya hujan, Januari-hujan berhari hari membuat kenangan semakin terasa di awal tahun ke enam belasnya ini.
Sad boi.
"Hoseokie! Waktunya sarapan. Sini turun!" Teriakan mamah langsung memecah lamunan Hoseok. Sang pangeran yang masih mengenakan piyama biru bergambar kuda biru berambut ungu pun turun ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan [SOPE; GS]
FanfictionKetika hujan, Hoseok dan Yoonji ingat semuanya. Start; 200504 End; 📌NOTE : • Bahasa campuran (formal+informal) • SOPE (gs; jh top sg bott) • cover ©pinterest ✿