Pintu kayu berukir itu terbuka pelan, menyembulkan seorang pemuda di baliknya.
"Mamah...Hoseok pulang." Ucap pemuda itu sedikit lantang kemudian melepas satu persatu sepatunya dan meletakkannya rapih di rak sepatu.
Tak lama kemudian seorang wanita berapron muncul menghampiri putranya dengan berjalan tergesa gesa. "Hoseokie sayang ternyata sudah pulang. Cepat mandi dan ganti baju lalu pergi ke meja makan untuk makan malam, ya." ucap wanita itu lembut sembari memeluk bayi besarnya yang sudah tumbuh tinggi menjulang dan mengelus punggung Hoseok penuh kasih sayang.
Hoseok sedikit tidak rela diperlakukan seperti anak kecil sebenarnya, tapi ia akan lebih tidak rela lagi jika ibu sedih karena putranya tidak mau dipeluk. Bagaimanapun pula, hatinya takkan mengelak dengan kehangatan dan kebahagiaan yang dirasakan ketika ibu memeluknya. Hoseok suka. Maka dari itu ia lebih membiarkan sang ibu untuk memeluknya lebih lama.
Kedua lengan Hoseok pun turut melingkar pada tubuh kurus wanita tersebut. Memeluknya semakin erat dan semakin tenggelam dalam kehangatan.
"Maaf Hoseokie." Tiba tiba wanita itu meregangkan pelukannya.
Kemudian sepasang anak dan ibu itu bertemu pandang. Onyx cokelat tua keduanya beradu, bentuknya pun sedemikian mirip. Mereka sama sama memiliki lengkung mata yang menawan saat tersenyum, namun dua sepasang mata itu memiliki kisahnya tersendiri. Kebahagiaan, kesedihan, dan pandangannya terhadap dunia, masing masing berbeda.
Dan, untuk ibu, sepertinya wanita itu terlalu banyak menangis. Lihat saja mata merah bengkaknya. Lingkar hitam pun baru baru ini terbentuk membuat Hoseok semakin khawatir, tapi sang anak terlalu takut untuk bertanya.
Hingga satu bulir air mata lolos dari ujung mata sang ibu, Hoseok reflek membuka suara,
"Mah-"
Namun dengan cepat wanita itu menyela dan menyeret anaknya untuk masuk ke dalam.
"Ah Hoseokie cepet mandi dan ganti baju sana. Mamah udah buatin sup ayam kesukaanmu."
"I, iya mah..." Hoseok akhirnya menurut. Ia pun bergegas untuk mandi, mengenakan piyama motif kuda favoritnya-lagi, dan pergi ke dapur.
Begitu sampai di dapur, bau harum masakan ibu menguar menusuk hidung, membuat perut kosong Hoseok semakin berteriak untuk diisi.
"Wahh enak sekali."
Hoseok menepis pendapat teman temannya tadi siang. Masakan mamah adalah hidangan terenak di dunia dengan bukti konkrit; cinta kasih sayang. Mau sesederhana apapun masakan ibu, pasti akan selalu terasa nikmat di lidah.
Sop ayam, tempe goreng, sambal, kangkung tumis, tahu bakso goreng, dan beberapa lalapan memenuhi meja keramik persegi panjang itu.
"Banyak banget, mah...ayah mau pulang, ya?"
Ibu yang baru saja duduk di kursi di hadapan Hoseok pun terpaku. Irisnya menatap telak mata Hoseok dan lidahnya kelu untuk menjawab.
"Ma, maaf." Hoseok merasa dirinya sudah kelewatan.
"Kenapa minta maaf?" Timpal ibu dengan pertanyaan, suaranya terdengar bergetar.
"A, Anu..." Lidah Hoseok turut mengelu. Beralih mengulum bibir dan memutus kontak mata dengan ibu.
Ibu (berusaha) tersenyum, kemudian ia mengambil tiga centong nasi dan menaruhnya di atas piring Hoseok. "Makan yang banyak, ya. Semua ini mamah masak buat kamu." Ibu berkilah.
Hoseok berhenti bergelut dengan pikirannya, beralih atensi pada sang ibu yang menaruh semua lauk pauk ke atas piringnya, membuat mata Hoseok membola seketika. "Mamah ihh jangan banyak banyak! Nanti mamah sendiri ga kebagian!" dengan cepat Hoseok menyingkirkan tangan ibu sebelum wanita itu membuat isi piringnya terlihat seperti gunung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan [SOPE; GS]
FanfictionKetika hujan, Hoseok dan Yoonji ingat semuanya. Start; 200504 End; 📌NOTE : • Bahasa campuran (formal+informal) • SOPE (gs; jh top sg bott) • cover ©pinterest ✿