🌧️-7

60 12 16
                                    

Layaknya sihir, baru kehadiran sang tercinta saja sudah menjadi obat mujarab penghilang segala rasa sakit bagi Hoseok. Apalagi dihadapkan dengan pelukkan hangat dan tulus darinya.

Sungguh Hoseok sangat malu mendapati dirinya banjir air mata dengan ingus meluber keluar saat itu. Rasanya ingin buang muka saja.

Namun, sebenarnya dengan tidak sengaja Hoseok menunjukkan segala sisi gelapnya yang selama ini ia pendam. Sisi dimana ia begitu lelah, putus asa, dan merindukan seseorang. Segalanya ia tumpahkan langsung kepada seseorang yang selama ini menjadi alasan dibalik sisi gelapnya itu, Min Yoonji.

Bagaimanapun tabiat Yoonji begitu dingin dan sinis, ia sama sekali merelakan pundaknya basah oleh air mata pemuda di dekapannya. Ia begitu pasrah akan semua afeksi yang diberikan oleh teman kecilnya itu. Cengkeraman, pelukkan, dan bahkan ciuman di pipinya sekalipun tidak mengindahkannya untuk memberontak. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang selama ini Hoseok temui.

Hoseok sangat bahagia. Sekali kehadiran saja sudah cukup, apalagi jika dihadirkan kembali untuk yang kedua kalinya?

Seperti yang Hoseok lihat saat ini dengan mata kepalanya sendiri.

Hah mimpi apa semalem nyampe Hoseok kedapetan untung bertubi tubi kek gini?

Awalnya sih Hoseok tidak mengira jika sebuah gantungan kunci berwujud squishy kucing yang tergeletak mengenaskan di atas jalan menjadi alasan mereka untuk bertemu. Begitu Hoseok menghampiri gadis bertas merah itu, seketika Hoseok speechless dengan apa yang dilihatnya.

Mata sipit bermanik boneka, hidung mancung namun kecil, kulit putih porselen, dan bibir merah sewarna ceri Dan tipis menjadi suguhan terindah-

Ah tidak. Terlampau indah untuk dilihat pagi pagi begini. Bisa bisa Hoseok kena serangan jantung.

Sungguh, Yoonji lebih indah dari dewi manapun.

Tak mau pikir panjang, dengan cekatan Hoseok menyodorkan benda menggemaskan tersebut dengan posisi masih menunggangi sepedanya, sedangkan Yoonji berdiri di sampingnya dengan wajah begitu sumringah.

"Makasih, Hoseok. Aduh...napa bisa jatuh sih.." Ucap gadis itu seraya mengambil squishynya dari tangan Hoseok dan memasukannya ke dalam tas merahnya.

Kemudian gadis itu mengulas senyum tanpa permisi kepada Hoseok membuat pemuda berhoodie hitam itu hampir berteriak.

Senyum yang terbilang sangat manis dan langka itu menjadi penggugah semangat Hoseok pagi ini. Iris cokelat tuanya tak segan segan untuk meniti lebih dalam karya Tuhan yang terulas cantik di depannya. Pemuda itu terlalu bucin untuk dibilang waras.

"Kamu udah sembuh?" Seketika sebuah pertanyaan terlontar dan memecah lamunan Hoseok.

Hoseok pun terkesiap di tempatnya, tingkahnya luar biasa gugup. "A, ahh I iya! Haha..kaya yang mbak lihat sendiri, kan?"

Yoonji terheran heran, sedari tadi matanya terus bergulir dari atas ke bawah mendapati perbedaan mencolok penampilan Hoseok dibandingkan dengan kemarin sore. Dari yang begitu lemah dan pucat sampai sehat segar bugar begini...masa iya sih sembuhnya cuma dalam waktu semalem doang?

Yoonji yang tak mau ambil pusing pun menghela napas dan kembali fokus pada perjalanannya.

"Uhmm...ngomong ngomong tumben mbak jalan kaki. Kan biasanya naik bus...apa ngga kejauhan, mbak?" Tanya Hoseok basa basi sembari turun dari sepeda dan menuntunnya, lalu berjalan menghampiri Yoonji yang mendahuluinya.

Terdengar kekehan pelan dari gadis bertas merah di depan sebelum akhirnya ia menimpali dengan pertanyaan kembali, "Pengin aja. Lah kamu sendiri kenapa ikut jalan kaki?" Yoonji menoleh ke belakang untuk sekedar ingin mengetahui ekspresi pemuda Jung di sana.

"Uhmm....pengin sama Mbak aja. Hehe." Jawab Hoseok pelan, kepalanya ia tundukkan guna menyembunyikan semburat merah padam yang tak tahu permisi itu.

Yoonji yang melihat tingkah malu malu Hoseok pun mengkekeh kecil, kemudian fokusnya kembali ke jalanan berpalfon di depan.

Masih dengan berjalan berdampingan, tapi bedanya kali ini keheningan menyelimuti mereka. Mereka terdiam, hanya ada suara derap langkah dari keduanya dan deru mesin alat transportasi di jalan raya. Sesekali kicauan burung burung di dahan pepohonan pinggir jalan terdengar merdu menghiasi suasana canggung yang tercipta.

Ya, mereka canggung. Sudah sekian lama mereka tak lagi berbicara sebegini banyaknya. Waktu yang terlalu pelik, atau ego yang terlalu mendominasi?

Namun, daripada memikirkan hal itu Hoseok lebih memilih kebahagiaan yang didapatkan karenanya. Ia bahagia karena masih bisa melihat senyum Yoonji, dan bahagia karena masih diberi kesempatan untuk meraih pujaan hatinya.

"Anu...omong-omong, squishy kucingnya lucu banget mbak...hehe. Ung...beli dimana?" Tiba tiba Hoseok bertanya random guna memecah kecanggungan.

"Ngga beli, itu dikasih."

"Mwo? Dikasih sama siapa?"

"Jimin."







.

"AAAAAAAA."

Jangan tanya siapa yang membuat teriakan sebegitu melengkingnya saat melihat Hoseok berjalan memasuki kelas. Persis seperti kemarin, pemuda itu menghantam keras tubuh Hoseok yang baru saja mendaratkan pantatnya di bangku, membuat pemuda yang dihantam pun hampir terjungkal.

"Seokjin!"

"Hoseookk our sunshineeeee selamat datang kembaliii."

Tak hanya teman teman segengnya, seisi kelas pun turut bersorak senang atas kehadiran kembali sang pangeran, idola sekolah.

Namun tidak untuk pemuda berjersey yang duduk di pojok kelas. Dilihat dari sorot matanya, sepertinya pemuda itu benar benar membenci Hoseok.




TBC







Chapter sebelumnya panjang panjang tp kali ini pendek bat:"v sowwy hehe

Makasih dah baca💕
Jangan lupa kritik dan sarannya ya
Vomentnya juga sekalian^^

Lopyuuu~💜💜💜

200605

Ketika Hujan [SOPE; GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang