Rintik rintik permata mengguyur kebahagiaan yang kalbu, mengenang kembali kenangan yang membiru, dan membuat seorang pemuda penuh mentari itu menangis tersedu.
"Hoseok? Kamu ngga papa, kan?"
Dilihatnya pemuda itu berjongkok dan menyembunyikan wajah di balik kedua lengan dalam derasnya hujan.
Perasaan baru saja Hyori melihat senyum lebar Hoseok persis saat ia melangkah keluar dan membiarkan dirinya diguyur air hujan, tapi seketika gadis itu dikagetkan dengan sikap temannya yang tiba tiba seperti itu.
Hyori pun menghampirinya. Ia merunduk melihat bagaimana pundak pemuda itu bergetar, seluruh tubuhnya basah, dan telinganya memerah padam kedinginan.
Hyori tahu apa yang membuatnya merasa serapuh itu.
Ia pikir semua ini akan berjalan dengan baik. Kali ini Hyori salah perhitungan. Tidak seharusnya ia dengan mudah mengajak seseorang bernostalgia akan kenangan birunya dengan berdalih meredakan rasa rindu.
Suara seenggukan tangis pun terdengar tak lama kemudian, dan kedua bahu pemuda itu semakin bergetar hebat.
Hyori yang merasa bersalah pun turut mengalirkan air mata, berjongkok dan memeluk erat tubuh bergetar itu.
.
"Hoseok ngga ada, kak. Dia sakit."
Gadis itu sedikit melebarkan mata mendengarnya dan langsung dibalas anggukan pelan dari sang lawan bicara.
"Memangnya ada urusan apa, kak?"
"Kamu tidak perlu tahu." balas Yoonji cepat, kemudian ia melenggang pergi begitu saja dari sana, membuat pemuda tinggi di depan pintu kelas itu keheranan. Orang lain pun tak kalah herannya, namun mereka tidak menanggung nanggung untuk terus membicarakan adegan itu di belakang.
Keributan menjadi semakin runyam ketika presensi Jimin datang ke kelas setelahnya. Namjoon tahu maksud dari langkah terburu buru temannya itu. Oleh karenanya, pemuda Kim yang masih berada di depan kelas pun mencegat langkah Jimin dengan mencengkeram bahunya erat.
"Mau kemana kamu?"
Jimin mendecak kesal, kemudian smirk terulas mantap di bibir tebalnya. Kali ini bukan mata sabit penuh kehangatan yang Namjoon dapatkan dari Jimin, melainkan sorot mata penuh benci. Namjoon melihat jelas hal tersebut dengan mata kepalanya sendiri, ia tidak yakin bahwa pemuda bersurai cokelat di sampingnya ialah Jimin. Ia bukanlah Jimin yang Namjoon kenal.
Bukan.
Namjoon yakin itu.
"Jim..."
"Emangnya aku harus mundur demi Hoseok gitu?! Joon, sumpah aku ngga ada apa apa sama dia. Minggir."
"Bukan itu maksud-"
"Maksud apa? Nyempetin waktu buat ngumpul bareng lagi, gitu? Cih. Kamu ngga berhak ngatur hidup orang lain! Ngga selamanya kita akan terus bersama, Joon. Aku ngelakuin ini demi masa depanku. Minggir sekarang."
Mendengar hal itu, Namjoon pun melonggarkan cengkeramannya. Namjoon masih berdiri kaku disana hingga Jimin kembali keluar dengan jersey oren di tangannya.
Namjoon hampir menangis. Sialan cengengnya. Ia tidak peduli bagaimana pandangan orang orang di sekitarnya, yang ada di pikirannya sekarang ialah bagaimana Jimin bisa berubah se...jahat itu?
"Joon, kita pindah tempat dulu ayo." ucap Seokjin lirih sembari menepuk nepukan punggungnya bermaksud menenangkan. Taehyung dan Jungkook pun turut melangkah mengekori mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan [SOPE; GS]
FanfictionKetika hujan, Hoseok dan Yoonji ingat semuanya. Start; 200504 End; 📌NOTE : • Bahasa campuran (formal+informal) • SOPE (gs; jh top sg bott) • cover ©pinterest ✿