Ayo-ayo jangan lupa untuk memasukan cerita ini di reading list kalian ya!
Vote+komen jangan diabaikan!
###
Langkah kakinya yang anggun membuat siapapun pasti akan menunduk hormat padanya. Bai Lu bahkan tidak mengerti kenapa dirinya bisa melangkah seperti itu?
Bukannya ketukan langkah akan selalu berirama? Bai Lu memilih mengenyahkan seluruh pikiran yang bersarang dalam kepalanya.
Sejak ia mengalahkan Bai wei dan Bai fang dalam pertandingan memanah kecil. Kedua adiknya itu tidak luput dari pertanyaan yang timbul.
Padahal Bai Lu sudah berusaha menjelaskan pada mereka, Kalau Bai Lu pernah belajar di perguruan Emei. Mereka malah berkata yang tidak-tidak.
Bai Lu melangkah kearah penjara bawah tanah. Menemui An Lib yang sekarang sudah bebas dari masa hukumannya.
"Nona!" An Lin memekik senang mengetahui kedatangan nona muda ya itu. Bai Lu membalas dengan senyuman kemudian mengajak An Lin untuk kembali.
"Bagaimana rasa cambukan itu An Lin?" Bai Lu bertanya.
An Lin mengerucutkan bibirnya kesal, "kalau saya bilang rasanya sangat enak, apa Nona akan menganggap saya gila?" An Lin bertanya dengan wajah menunduk kesal.
Bai Lu tersenyum, "Tak perlu kujawab bukan?" Bai Lu menang lagi, An Lin hanya bungkam.
Langkah kaki Bai Lu terhenti ketika melihat dua adik laki-lakinya menanti didepan paviliun.
"Ada apa?" An Lin bertanya dengan ekspresi wajah bingung.
Bai Lu tidak menjawab, memilih untuk memutar arah. Adik-adiknya itu membuat kepalanya berdenyut sakit.
"Nona, kenapa malah memutar arah, bukankah ada pangeran Bai wei dan Bai fang yang menunggu kehadiran Nona?" An Lin bertanya.
Bai Lu merasa jengkel, "Bukan urusanmu An lin!" Tegasnya yang mampu membuat An Lin terdiam.
"Ah, Tiba-tiba aku merasa ingin keluar istana, Bagaimana menurutmu An Lin?" Bai Lu tersenyum penuh kemenangan ketika melihat para pengawal gerbang istana sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
An Lin menggeleng dengan gerakan pelan, Percuma saja Bai Lu bertanya ketika jawabannya hanya Iya. An Lin merasa akan ada sesuatu aneh yang terjadi.
"Ya Dewa semoga nona Bai Lu tidak kembali menbuat ulah." Ucapnya berdoa dalam hati sebelum akhirnya mengikuti langkah Bai Lu keluar istana.
"Aiyoo!" Pekik Bai Lu saat menyadari pakaian yang dikenakannya. "Aku harus mengganti pakaianku!" Tambahnya dengan wajah kesal.
An Lin memiliki firasat buruk tentang ini, Apalagi tatapan mata Bai Lu tiba-tiba mengarah kepadanya.
"Mari kita bertukar pakaian." Mau tidak mau An Lin menurut.
Mereka berdua berjalan beriringan melewati keramaian di tengah senja. Malam semakin menarik pasukannya untuk menyelimuti bumi dalam kegelapan.
"N-nona, Sepertinya kita harus segera kembali." Ujar An Lin setengah berbisik kedapa nonanya itu.
Bai Lu menggeleng, "Festivalnya bahkan belum mulai dan kau mengajak untuk kembali ke istana? Oh tidak akan semudah itu." Ungkap Bai Lu.
An Lin tidak berkata apapun setelahnya, Ia hanya bisa berdoa dalam hati semoga tidak ada sesuatu yang terjadi kepada dirinya dan nonanya.
Hingga ketika puncak acara dimana malam ini banyak lampion yang diterbangkan. Bai Lu segera menarik tangan An Lin untuk mendekat lebih dekat lagi ke pinggir danau.
Karena keramaian yang ada, Bai Lu sepertinya salah menarik seseorang. Bahkan setelah mereka berhenti dipinggir danau, Tangannya ditepis dengan kasar.
"An Lin mengapa kau--" Bai Lu tertegun melihat seseorang yang sangat familiar.
Wajahnya yang tampan membuat Bai Lu terdiam, Jantungnya berdegup kencang. Saat pria dihadapannya ini berdiri dengan tegap dan melayangkan tatapan tajam untuk Bai Lu.
"A-aku... M-maaf tuan." Bai Lu menunduk memberi hormat.
Pria yang ia yakini bernama Zhao Han itu hanya diam. Tidak membalas tidak pula menolak, Bai Lu yang penasaran hanya perlahan mendongak untuk melihat sedikit wajah tampan itu.
Bai Lu semakin terkagum melihat pria yang kini mendongak menatap banyak lampion yang diterbangkan. Senyumnya mengembang, Darahnya berdesir dengan sangat kuat, bahkan pipinya tanpa sadar merona.
"Apa yang kau lihat?" Nafas Bai Lu tercekat ketika wajah mereka berdekatan. Bahkan Bai Lu bisa merasakan hembusan nafas itu dengan sangat jelas.
Oh Dewa, Bisakah sekarang kau menghentikan waktu untukku. Aku ingin lebih lama melihat wajah tampannya, Batin Bai Lu berkecamuk.
Sepertinya Dewa mengabulkan permintaannya. Karena waktu seakan berhenti ketika sorot mata tajam nan tegas itu menatap kedua manik matanya.
"Siapa kau sebenarnya?" Suara dingin itu menyapa indra pendengaran Bai Lu. Ia kemudian tersadar dan kembali pada posisi semula.
"M-maaf tuan." Ujar Bai Lu yang gugup sembari menutup wajahnya yang memerah lalu berlalu dari sana.
###
"Kau menghilang!" Fang Len menggeleng menatap tak percaya kearah rajanya ini. Mereka pergi ke festival lampion untuk mencari si lotus merah yang kemungkinan hadir disana.
Tapi tiba-tiba Zhao han malah menghilang, Fang len bahkan sudah puas mencari ke seluruh titik. Hingga ia bertemu dengan Zhao Han dipinggir danau.
"Diamlah!" Fang Len hanya bisa membatin dan memberikan tuannya ini sumpah serapah.
"Aku merasakan kehadirannya untuk sesaat."
Fang Len berhenti membatin saat Zhao Han berdiri lalu membawa kedua tangannya kebelakang.
"Aku yakin dia datang saat itu. Bahkan aku ingin segera melahap darahnya yang mungkin akan terasa sangat manis." Iris mata sang Raja Iblis berubah merah.
Membuat Fang Len bergidik ngeri, Karena Rajanya itu tak segan-segan mengoyak apa yang ia inginkan. Fang Len akan turut berduka kepada siapapun yang memiliki Lotus merah.
"Aku sudah jauh-jauh turun tangan mencari keberadaan lotus merah itu. Aku tidak akan mungkin membiarkannya lolos!" Tegas Zhao Han.
Fang Len terhenyak, Ia kembali menunduk. Menunggu aba-aba yang dikeluarkan oleh Zhao Han.
"Ketika aku menemukannya, aku tidak akan pernah memberikan ampun untuknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Of Red Lotus Princess
Исторические романы[BUKAN TERJEMAHAN! SEQUEL THE PRINCESS MASK] Bai Lu,Gadis yang memiliki darah keturunan lotus merah terakhir.Putri sulung kerajaan bai yang lahir dari rahim seorang permaisuri agung bernama Yue Fei. Diasingkan oleh keluarganya di sebuah perguruan be...