8. Bola Kasti

355 172 209
                                    

Matahari akan bersinar terang begitu badai telah memporak-porandakkan dirimu. Itulah alasan mengapa skenario Tuhan selalu baik.

***

Sebagian orang beranggapan kalau cinta pada pandangan pertama hanyalah mitos belaka. Tapi bolehkah Akia menyangkalnya sekarang? Salahkan lelaki yang mengusirnya kemarin karena sudah membegal, menyopet, menjambret, dan menggondol hatinya. Mendadak ia tertawa, setengah miris setengah berbunga-bunga. Selama tujuh belas tahun mengabdi pada negara, baru kali ini Akia merasakan rasanya jatuh cinta.

Entah efek samping atau apa, semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak. Akia begitu heboh saat menceritakan bagaimana hatinya seolah ditaburi mercon banting, meletup-letup asique. Lebay memang, tapi itulah yang Akia rasakan.

"Kayanya gue tau siapa cowok yang lo maksud," sahut Vaca usai mendengar Akia bercerita.

"Gerombolannya Delvin gak semuanya anak hits," Vaca mulai menjelaskan, melirik Bu Yahya yang masih sibuk dngan laptopnya.

"Ada yang cupu gitu?" tanya Akia penasaran.

"Iye ada, elo."

"Cupu-cupu gini banyak yang mau," Akia menyombongkan diri.

"Iye banyak, banyak yang mau muntah!" cetus Vaca, anehnya Akia malah mengangguk setuju.

"Gale itu yang paling kalem, gak suka buat rusuh, anti senioritas banget anaknya. Dia atlet tenis meja jebolan PTMSI Jawa Barat, empat kali menang di turnamen nasional, pernah ikut pelatihan khusus di China. Kabarnya juga pernah ketemu langsung sama Ma Long, salah satu pemain tenis meja terbaik kelas dunia. Keren kan?" lanjut Vaca panjang lebar.

Dari penjelasan Vaca saja, Akia dapat menyimpulkan kalau 'Mas Doi' merupakan orang yang sangat fantastis. Tunggu, tadi Vaca bilang kalau gerombolan si sengak Delvin tidak semuanya hits. Mana mungkin orang sehebat Gale tidak kecipratan hits?

"Gak mungkin lah Mas Doi kagak famous," lirih Akia pelan, masih terbawa akan kekagumannya pada sosok Gale.

"Gale jelas famous, tapi gak kaya Delvin--baik di depan busuk di belakang, busuk mah busuk aja kali." Vaca menoleh pada Akia, "Terus kemarin gimana?"

Mengingat kejadian dirinya cekcok dengan Delvin, Akia langsung cemberut. "Pulang-pulang aku langsung gatel-gatel,"

"Lah, kok?"

"Iya, alergi sama orang gak ada otak."

"Hah? Maksudnya? Gagal paham gue,"

Akia menghela napas, kemudian mulai bercerita lagi. Menyebut nama Delvin membuat amarahnya seperti dipancing. Mantap mancing, mania!

Mati-matian Akia menahan agar suaranya tidak keluar seperti motor knalpot blombongan. Alias ngegas. Bu Yahya memang bukan tipikal guru sekali senggol auto bacok, tapi sekalinya marah bisa geger satu benua.

".... untung aja masih ada keimanan di hatiku ini. Coba kalau engga, udah kubanting kesana-kemari dia!" Vaca setia mendengarkan hingga akhir, beberapa kali mengusap wajahnya karena ludah Akia bertebaran.

"Biasa aja kali ngomongnya, gausah pake air surga! Bisa rabies gue," kata Vaca jengkel.

"Bersyukur dong, bisa luntur dosa-dosa kamu." Akia mengambil botol minumnya, menegak airnya sampai habis. Kehausan.

"Hilih, itu juga gara-gara si Galeleo Galelei ngusir elo!"

"Betul sekali, Sahabat. Yakali orang ganteng gak diladenin,"

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang