Di setiap perbuatan selalu tersisip resiko di dalamnya.
***
"Kerjakan tanpa ada dusta di antara kita, oke?"
Para murid mengangguk mendengar perintah Pak Rahmadi, kecuali Akia yang memasang muka malas-malasan. Ingat kan, Akia pernah bermasalah dengan guru itu?
Hari ini adalah hari di mana seluruh warga kelas 11 IPS 5 selaku anak didik Pak Rahmadi siap melaksanakan ulangan harian. Sistem yang digunakan adalah 'ganjil genap'. Sebagai perwakilan, absen 1 dan 2 maju untuk melakukan permainan suit. Yang kalah akan ujian lebih dulu, sedangkan yang menang menunggu di luar kelas.
Sialnya hari ini kelompok ganjil terpaksa ujian lebih dulu dan Akia menyesal mengapa sejak SMP absennya selalu nomor 3.
"Anjir apa-apaan nih soal beranak semua?"
"Bangsat, burem mata gue baca soalnya!"
"Rahmadi gak ada akhlak, ini soal matematika apa cobaan hidup?"
"Barang siapa yang menyusahkan orang lain, kelak di Akhirat nanti akan disulitkan oleh Allah."
"Tau gini mending ikutan kawin massal di kampung nenek gue!"
Berbagai umpatan keluar dari mulut para murid begitu membaca soal yang diberikan. Sedangkan Akia santuy seperti di pantuy, ia sedikit tenang karena sudah menyiapkan strategi tadi malam. Harap jangan ditiru pemirsa.
Setelah memastikan Pak Rahmadi duduk di kursinya dengan penuh kedamaian, Akia segera melancarkan aksinya. Semalam, ia menempel kertas memo di bagian bawah disgrip, menulis rumus di penghapus, tip-ex dan di alat tulis lainnya. Akia juga menaruh ponsel di dalam disgrip sebagai kalkulator darurat. Sungguh murid biadab.
Ada untungnya juga dalam mencontek, disamping nilai ujian dijamin mantap, mencontek bisa meningkatkan kewaspadaan, melatih kecepatan dan gerak refleks, meningkatkan kreatifitas juga kepercayaan diri dalam keberanian mengambil resiko.
"Ki!"
"Akia!"
Tuk!
Sebuah cuilan penghapus menghantam wajah Akia secara tiba-tiba, refleks Akia melayangkan tatapan tajam kepada si pelempar. Bagaimana tidak? Ia sedang menghitung dengan kalkulator, kalau ketahuan bisa panjang umur urusannya.
"Apaan sih?!" gerutu Akia kesal. Petrus––seseorang yang melemparinya dengan anakan penghapus itu menyuruh Akia diam dengan menaruh telunjuk di depan mulut.
"Bagi jawaban, gue kurang sepuluh nomor!"
"Lah si bego, soalnya aja sepuluh." Akia tertawa ngakak karena Petrus belum mengerjakan apapaun.
"Gue tau ya kebusukan lo, bagi jawaban buru!"
Akia menyeringai sambil menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri, "Tidak semudah itu, Ferguso."
"Nama gue Petrus, bukan Ferguso. Cepet!"
"Enak aja tinggal minta. Segitu doang usahamu, Pet?"
"Ya iyalah segini, pingin banget gue perjuangin ya lo?"
"Perjuangin dedek dong bang!"
Petrus langsung merinding, "Najis anjeng!"
"Aku kasih jawaban tapi traktir selama seminggu, deal?"
"Lo pikir gue kaya?"
"Kaya monyet, sih iya."
Kalau saja sekarang sedang tidak ujian, mungkin Petrus akan memiting leher Akia sampai gadis itu menyerah dan memohon ampun. Definisi teman iblis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SULUNG
Teen Fiction[DIREVISI setelah TAMAT] Rasa sayang, cinta, terbiasa bersama, dan takut berpisah terkadang menjadi alasan mengapa kita sulit merelakan orang yang sangat berarti di hidup kita. Baik itu pasangan, sahabat, maupun keluarga. Awalnya hidup Akia sekelua...