Chapter 18

3.5K 350 25
                                    

Happy reading

.

.

.


Persahabatan Off, Tay, dan Gun mulai berantakan semenjak Off pergi meninggalkan Tay dan Gun ditengah acara camping mereka. Tak ada kalimat teguran yang keluar dari mulut ketiganya semenjak hari itu. Bahkan, sudah hampir seminggu Off tidak masuk kuliah. Membuat teman sekelas Off bertanya tanya apa yang sedang terjadi diantara mereka tapi Tay hanya menggelengkan kepalanya tak peduli

Jangan tanya. Tay masih sangat marah atas apa yang Off ucapkan tentang hubungannya dengan Gun. Ia tak menyangka sahabatnya sendiri akan mengatakan kalimat menyakitkan itu tepat didepan wajahnya

Bahkan meskipun ia sudah menduga kalau sahabatnya akan menolak hubungannya, ia tak tau kalau akan berakhir berantakan seperti ini

Menghela nafas kasar, Tay bangkit dari duduknya saat bel pulang berbunyi. Ia terlalu malas mengurus pikiran tentang persahabatannya dengan Off sekarang. Dengan gontai ia melangkahkan kakinya untuk menjemput pria kecil yang pasti sedang menunggunya sekarang

Ia mentap punggung kecil yang sedang berdiri membelakanginya dengan handphone ditangannya

Tersenyum kecil, Tay menghampiri pria itu dan memberi kecupan singkat di pipinya. Membuat si pria kecil menoleh kesamping

"Sudah lama menunggu?" tanya Tay sambil mengintip apa yang dilakukan pacarnya dengan handphonenya

"Belum lama. Gun juga baru keluar" jawab Gun tenang

"Apa phi Off masih belum masuk kuliah?" tanya Gun lebih lanjut

Tay menggelengkan kepalanya  malas. Entah ini sudah pertanyaan keberapa yang ditanyakan Gun tentang Off

"Berhenti membahasnya Gun. Kau tau dengan pasti apa yang sudah ia lakukan. Bukan kita yang salah, tapi dia" ujar Tay sarkas. Kentara sekali kalau ia sedang manahan emosinya

"Aku tau phi, tapi tidak kah kau khawatir? Hampir seminggu ia tak masuk kuliah phi. Aku hanya takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. Dia juga sahabat kita phi"ujar Gun mencoba membuka pikiran Tay yang saat ini penuh dengan kekesalan

"Sahabat? Sahabat macam apa yang mengatakan sahabatnya sendiri menjijikan? Apa ia tak punya otak untuk memikirkan perasaan orang lain? Kalau saja kau tidak menghentikanku waktu itu, sudah kupastikan ia sedang menginap dirumah sakit saat ini" Tay menerawang jauh. Tanpa ia sadari alisnya sudah mengerut tajam

Gun menghela nafas, ia tau saat ini Tay masih dalam fase sakit hati. Perlahan ia berjinjit dan menyisir rambut Tay yang sedikit berantakan dengan tangannya. Gun tersenyum. Lantas menangkup sebelah pipi Tay

"Aku tau. Kau pasti terluka atas apa yang phi Off katakan. Aku juga merasakannya. Tapi ingatlah satu hal. Kita tak kan bersama tanpa adanya phi Off. Jangan terlalu membenci. Belajarlah untuk memaafkannya hmm. Mungkin ia punya alasan tersendiri saat mengatakan hal seperti itu" ucap Gun lembut. Tangannya masih setia mengusap pelan pipi Tay

Sekali lagi. Tay membuang nafasnya kasar. Ia tak akan pernah menang dengan sikap lembut milik Gun. Ia merasa seperti peliharaan yang mudah luluh pada perlakuan manis tuannya

Tatapan mereka beradu. Gun mencoba mengirim sinyal penuh keyakinan lewat matanya

"Hahh,,, baiklah baiklah. Akan kucoba saat moodku sudah membaik" ujar Tay pada akhirnya

"Tapi ingat, cobalah untuk tidak terlalu baik pada seseorang Gun. Bisa saja orang itu berakhir menyakitimu dengan sangat dalam. Terutama Off. Aku tidak suka. Aku cemburu" lanjutnya

PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang