Happy reading
.
.
.
Tay benar benar menepati ucapannya. Sudah terhitung 4 hari ia menjauh dari sahabat- ah maksudnya mantan sahabat yang telah menyakiti kekasihnya. Ia bahkan bersikap dingin dan tak acuh pada orang lain yang mulai penasaran dengan apa yang terjadi pada mereka
Sementara Tay memilih untuk bungkam, Gun diam diam malah berusaha memperbaiki roda persahabatan mereka yang rusak. Meskipun setelah diingat ingat usahanya terakhir kali justru membuatnya terhempas dengan anggun di lantai kantin. Gun tidak menyerah
Beberapa kali ia mencoba mengajak Off bicara tanpa diketahui Tay. Dan itu selalu berakhir sia sia. Pria itu tak mau mengeluarkan suaranya. Bahkan bertemu dengannya pun tak ingin
Gun sudah beberapa kali mencoba bicara pada Tay tentang masalah mereka. Tapi Tay terlalu keras kepala. Ia bilang bahwa luka dihatinya lebih penting dari apapun. Jika Off tidak datang sendiri padanya untuk melantunkan perdamaian, ia tak akan memaafkan pria itu
Ia hanya bisa menghela nafas ketika melihat Off makan sendirian dikantin. Entah kenapa perasaan aneh itu datang ketika melihat Off sendiri. Ia tak bisa mendefinisikan perasaan apa itu. Apa kah itu hanya sebatas rasa kasihan, atau ada rasa yang lain. Intinya Gun ingin mereka kembali seperti dulu
Gun sadar, perasaannya belum benar benar menghilang. Ia jatuh cinta dalam waktu yang lama, dan butuh proses untuk melupakan Off
Tak bisa Gun pungkiri, jantungnya masih sedikit berdetak ketika melihat paras china milik Off. Meskipun ia milik Tay sekarang, itu tak merubah fakta bahwa Off pernah menduduki posisi istimewa dihatinya
"Gwun" panggil Tay dengan mulut penuh
Merasa terpanggil, Gun mengangkat kepalanya
"Hmm?"
"Besok lusa aku harus pergi ke Phuket, mae bilang kondisi nenek semakin memburuk"
"Benarkah?"
"Iya, dan mungkin aku akan menginap satu atau dua hari disana"
Bibir Gun melengkung kebawah dengan sisa sisa nasi di sekitarnya. Membuat Tay yang melihat itu jadi tak tega
Dengan lembut Tay mengelap bibir chery Gun. Pandangannya seolah berkata; semua akan baik baik saja sayang
"Phi Tay...."
"Hahh, baiklah baiklah. Aku akan tinggal satu hari saja disana"
Tapi Gun masih sama. Bibir itu tak ubah ubahnya melengkung keatas. Membuat Tay berpikir ekstra untuk menenangkan hati pasangannya
"Ah bagaimana kalau besok kita pergi ke mall? Kau suka dengan permainan yang ada disana kan?"
Mata Gun mulai berbinar mendengar tawaran Tay. Sekejap, imajinasinya mulai aktif dan membayangkan keseruan apa saja yang bisa ia dapat disana
"Bagaimana? Kau tertarik kan Gun" Tay menggerakkan kedua alisnya dengan tangan yang saling bertautan. Persis seperti orang penting yang sedang melakukan negosiasi
"Dan satu lagi, aku akan mentraktir mu eskrim, coklat, dan beberapa makanan manis yang kau suka" tawar Tay dengan senyum mengembang
Gun menimbang nimbang tawaran tersebut. Adalah hal bodoh jika ia menolak eskrim dan coklat gratis yang ditawarkan pacarnya