Happy reading
.
.
.
Off tak mempedulikan dering handphone yang seakan tiada hentinya. Itu Tay Tawan. Pria yang terus menerus menelpon seperti orang gila
Ini sudah pukul 11 tapi Off belum bisa memejamkan matanya. Pikirannya masih terus berputar tentang obrolannya dengan Gun beberapa jam yang lalu
Keadaannya jauh dari kata baik. Ia pulang ke rumah dengan segenap luka didada, membuat sang mae menatapnya khawatir. Wanita paruh baya itu mencoba merangkul Off saat melihat putranya pulang dalam keadaan berantakan. Matanya sembab, rambutnya berantakan. Namun pria keturunan China tersebut hanya memandang maenya kosong. Dengan nada yang menyedihkan ia berkata
"Kau benar mae. Aku jatuh cinta. Dan kini Gun membenciku"
Lantas ia segera menarik diri dari maenya dan mengurung diri didalam kamar. Membanting beberapa benda yang terperangkap dalam penglihatannya sebagai upaya menyalurkan rasa marah
Ia menggeram frustasi, menjambak rambutnya sendiri hingga merasakan helaian rambutnya tercabut. Lantas dengan kasar ia membanting dirinya ke kasur. Berusaha untuk menata emosinya kembali
Sesaat matanya mulai terpejam, namun lagi lagi dering handphonenya mengganggu ketenangan yang susah payah ia bangun. Dengan kasar ia mengambil benda persegi tersebut lalu membantingnya kesembarang arah. Membuat benda bernama handphone tersebut pecah menjadi beberapa bagian
Off tak peduli. Yang ia inginkan hanyalah ketenangan untuk sekarang
___
Tok tok tok
Lagi lagi, Off menggeram marah. Rasanya ia baru saja jatuh tertidur tapi maenya sudah mengetuk pintu kamarnya berkali kali. Membuat ia mau tak mau akhirnya bangun dari tidurnya
Matanya mengerjap. Melirik jam yang berada diatas nakas
"Mae pergilah, ini bahkan masih jam 2 malam" teriak Off
Tak ada sautan dari balik pintu. Bahkan orang tersebut semakin mengetuk pintu kamarnya dengan tidak sabaran
"Mae berhenti mengetuk pintuku! Aku ingin tidur!" teriak Off dengan suara yang lebih kencang
Tapi hasilnya sama. Orang dibalik pintu tersebut masih saja mengetuk pintunya
'Ck, shit!' umpat Off dalam hati
Dengan malas, ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamarnya. Bersiap memprotes tentang apa yang dilakukan maenya
Ceklek
"Mae sudah kukatakan-" ucapan Off terhenti
Ternyata orang yang mengetuk pintu kamarnya dengan tidak sabaran bukanlah maenya. Melainkan sahabatnya
Tay Tawan
"Dimana Gun?" tanya Tay penuh penekanan. Penampilannya tak jauh berbeda. Mereka berdua sama sama kalihatan berantakan
"Apa maksud-"
"Ku ulangi, dimana Gun?" aura kemarahan mulai menghiasi sekitar tubuh Tay
"Bagaimana aku tau?"
"Aku tak sedang main main Off" tatapan tajam milik Tay menandakan bahwa ia tak sedang bercanda
"Hell, aku juga tak sedang bercanda. Apa apaan kau, datang kemari dengan cara tidak sopan lalu bertanya seolah aku mencuri kekasihmu. Dimana akal sehatmu dude!" Off sendiri mulai emosi