Goresan cat

25 7 1
                                        

Saat ini aku sudah di depan rumah dalam hatiku ayah dan ibu pasti khawatir dengan penampilanku yang sekarang tapi mau tak mau aku harus masuk untuk ganti baju dan mandi karena sebentar lagi aku harus bekerja, saat masuk suasana rumah sepi aku lihat kanan dan kiri masih aman aku pun langsung masuk dan pergi ke kamar mandi tapi perkiraan ku salah Ibu sudah memantauku dari tadi

"..." menatapku dengan kasihan

"Aku tidak apa - apa bu sungguh" tidak berani menatap ibuku

"Sheina aku sangat paham kau suka sekali seni tapi kenapa harus begini? Aku gak tega lihat kau pulang dalam keadaan seperti ini"

"Maaf bu aku harus bekerja sampai jumpa" pamitku langsung ke luar rumah

Aku selalu berjalan kaki dari rumah ke tempat kerja setiap hari aku sudah terbiasa berjalan kaki walau cuaca di luar terik aku sudah pakai topi dan masker yaaah beginilah penampilan ku, aku tidak peduli apa kata orang asal aku nyaman tidak masalah sebenarnya bosku sudah beberapa kali memberi tahuku untuk berubah penampilan tapi aku tetap tidak berubah karena aku memilih apa yang membuatku senang bukan orang lain inginkan jadi bosku sudah mengerti karaterku, aku bekerja di majalah aku di bagian disain grafis dan sketsa gak jauh dari keahlianku aku senang dengan pekerjaan ini

Aku gak pernah meminta uang dengan orang tuaku untuk mencukupi kebutuhanku tapi aku yang membantu mereka dalam mencukupi kebutuhan sehari - hari aku ingat dulu saat aku masih SD aku lebih suka di rumah untuk menggambar dan ngabisin banyak kertas buku tulis cuman untuk gambar saja yaaah ibu selalu memarahiku karena buang - buang kertas cuman buat gambar tapi ayahku yang selalu mendukungku dan dia lah yang selalu menemani ku gambar, saat pertama kali aku kasih ayahku kado adalah gambar saat dia baca koran, saat itu aku diam - diam menggambarnya saat itu aku bisa lihat ayahku kagum dengan keryaku

"Ayah yakin kau bisa jadi seniman terkenal nanti dan ayah akan jadi penggemar pertamamu nanti" kata ayah sambil mengelus rambutku

"Terima kasih ayah aku akan banggain ayah dan ibu pasti" aku memeluk ayah dengan erat

Itu adalah moment yang membuatku termotivasi sampai sekarang dan tetap bertahan sampai sekarang, aku selalu bekerja hingga larut malam dan selalu pulang belakangan pegawai di sini memperingati aku agar pulang cepat tapi karena aku terlalu asik dan fokus sampai lupa waktu, tapi akhirnya aku pulang juga jam 11 malam semua sudah sepi cuman ada lampu jalan yang menerangi sepanjang jalan aku terbiasa begini

"Seru juga ya kalau ada yang bisa nemenin jalan pas malem gini tapi apa daya aku masih single yang cuman fokus dengan duniaku sendiri" 

Aku selalu melihat bintang dan di sana ada satu bintang yang selalu ada setiap aku pulang, bintang yang paling bersinar setiap malam aku mencurahkan hatiku padanya, banyak orang bilang aku gila bicara dengan bintang tapi aku pikir bintang itu seperti mengerti perasaanku, setiap aku bicara bintang itu selalu berkelip seolah dia bicara padaku

Tidak terasa aku sudah di depan rumahku aku masuk dan langsung kunci pintu karena aku selalu masuk terakhir, semua orang sudah tidur dan aku baru pulang, setelah mandi dan ganti baju aku langsung tidur, karena besok libur aku akan bangun siang senangnya itu kebahagiaan yang haqiqi dan besok paginya

Sheina POV End

"Pasti jam segini anak itu masih molor kapan mau bantu ibunya di rumah, boro - boro mau masak ke dapur aja jarang gimana mau jadi istri orang nanti" gumam ibu Sheina kesal

"Kau kayak gak paham saja anakmu itu dia selalu pulang larut malam jadi wajar kalau dia bangun siang" jelas ayah Sheina sambil membaca koran

"Aku cuman gak mau dia gak ngerti kerja di rumah Van malu - maluin kalau anak perempuan gak ngerti masak"

Pain( t ) [ Continue ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang