BAB 12

40 8 4
                                    

Danial sangat khawatir dengan keaadan michel saat ini. Ketika Anggota pmr datang, dengan sigap danial langsung menyerahkan michel ke salah satu Anggota pmr agar cepat diobati.

"Tolong cepet diobati ya" Ucap danial. Keadaan dirinya kini juga tidak karuan. Jika saya hal ini tidak terjadi, michel tidak akan seperti ini.

"Maaf, kak danial juga harus diobati. Karena luka di bibir kakak cukup memar" Sahut tania, salah satu anggota pmr.

"Nggak usah, saya bisa ngobatin sendiri. Ambilin saya es batu aja. Biar nggak makin parah" Jawab Danial. Lalu tania dengan sigap mengambilkan es batu dan memberikannya ke danial.

"Butuh bantuan kak?" Tawaran tania membuat danial semakin emosi.

"Udah gue bilang. Nggak usah, lo fokus aja sama michel, gue nggak mau dia kenapa kenapa. Lo ngerti!!!" Jawab Danial dengan emosi.

"Mmmm i-i-ya kak" Ucap tania, lalu pergi meninggalkan danial.

"Danial kan?" Tanya Arga. Salah satu anggota pmr.

"Ya? Kenapa?" Jawab danial.

"Itu teman lo?" Tanya arga.

"Bukan. Dia sahabat gue, kenapa nanya gitu?" Ucap Danial heran.

"Sebagai sahabat, seharusnya saling melindungi, bukan saling menyakiti!! Kalau lo tau dia takut sama darah, kenapa lo malah lanjutin aksi tawuran lo tadi?!" Ucap Arga penuh emosi.

"Maaf, gue nggak mau memperkeruh suasana. Sedalam apa lo tau tentang michel? Udah gue jelasin kan, tadi gue kebawa suasana, sampai gue lupa kalau michel punya phobia sama darah. Sekarang lo ngerti?!" Jawab Danial. Arga hanya ingin memberitau danial saja, tapi mengapa arga semakin memanas kali ini.

"Michel cewek bro!! Meskipun lo sahabatnya, bukan berarti lo bisa seenaknya kayak gitu. Intinya lo harus lindungi dia sebisa lo!!!" ucap arga, lalu meninggalkan danial sendiri. Arga langsung melihat kondisi michel, dengan hitungan detik, michel pun mulai tersadar.

"Tania, ambil teh hangat, michel udah sadar" Seru arga. Lalu Tania memberikan teh hangat kepada arga. Danial yang mendengar itu, langsung menghampiri michel.

"Chell, alhamdulillah lo udah sadar." Ucap danial sambil mengusap lembut tangan michel.

"Dan, tolong dong. Ini Uks, lo nggak ngerti apa? Ada banyak anggota pmr yang lain, bukan gue doang. Jaga sikap lo, michel baru sadar. Biarin dia ngehirup udara segar dulu dan bernafas dengan nyaman." Sahut Arga. Danial semakin emosi dengan sikap arga yang sok peduli. Tapi kali ini, danial harus sabar dan tahan emosinya. Karena danial tidak mau memperkeruh suasana.

"Benar kata kak arga, kak." sahut tania.

"Chel, ini minum dulu teh nya. Biar badannya lebih anget." Ucap Arga sambil memberikan teh hangat kepada michel.

"Sini chel, gue bantu" Sahut danial, lalu Michel meminumnya.

"Makasih semuanya. Aku ngerepotin kalian banget ya? Oh iya, nil kamu gpp kan? Tadi bibir kamu banyak darahnya." Ucap michel. Terlihat jika michel sangat khawatir dengan danial.

"Gpp ko chel, yang penting kondisi kamu harus stabil ya. Maafin aku juga, tadi aku refleks dan kebawa suasana" Jawab Danial. Lalu michel mengangguk.

"Oke, guys. Sekarang michel udah sadar, sebaiknya kita balik ke kelas masing-masing. Aku nggak mau, michel nggak bisa hirup oksigen dengan nyaman. Jadi kita langsung balik aja ke kelas." Ucap Arga kepada anggota pmr yang lain. Arga adalah ketua pmr di SMA WIJAYA. Oleh karna itu, dia terlihat seperti pemimpin yang tegas dan tanggap.

"Dan, jagain michel. Gue sama teman-teman yang lain balik dulu. Oh iya chel, cepet sembuh ya. Jangan lupa habisin teh hangat nya." Ucap arga sambil tersenyum simpul.

DISTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang