1. Hati yang Gelap

169 26 1
                                    

"HUEEEKKK...." Kalla berjongkok menghadap kloset, darah segar keluar dari mulutnya. Wajahnya pucat, tubuhnya terasa berat sekaligus lemas, tidak demam tapi rasanya sekujur tubuhnya panas sekali.

Energinya tersedot banyak selesai melakukan pembersihan tadi malam di sebuah gedung kosong yang akan dijadikan gudang konveksi. Kalla hampir menyerah mengatasi mereka sendirian, tapi ketika mengingat bayarannya yang hampir seharga satu buah sepeda motor semangatnya muncul lagi sampai melupakan kapasitas energinya sendiri. Akhirnya Kalla tumbang sesampainya di kost dini hari dan efeknya masih terasa sampai pagi ini. Kalla belum tidur sama sekali.

"Aaaargh... daraaah!" Lulu mondar mandir di sekitar toilet lebih histeris daripada Kalla yang tampak sakit, "Apa kamu bakal mati?" kata Lulu panik.

Kalla menoleh ke arah Lulu dengan memicingkan matanya sebal. Lulu adalah hantu cantik berambut lurus panjang, hidungnya mancung dan wajahnya tirus, sedikit tampak darah campuran eropa, mengenakan bergaun warna salem. Usianya mungkin sekitar 30 tahun. Ya, Lulu sosok wanita yang bertemu dengan Kalla 2 tahun lalu di depan gedung apartemen.

"Kalau aku mati, kamu senang?" kata kala judes, sambil menekan tombol flash closet yang sering macet dengan susah payah.

Lulu mendesah pelan, "Apa aku kelihatan senang, aku ini panik, aku ini khawatir."

"Iya, iya terima kasih. Senggaknya ada yang khawatir dengan hidupku, walaupun cuma hantu." Kalla nyengir sebentar melihat wajah Lulu yang ikutan ditekuk.

"Kamu perlu sesuatu? Perlu aku ambilkan sesuatu?" ucap Lulu masih khawatir di sisi Kalla yang sedang berusaha berjalan sambil terhuyung ke arah kasurnya.

Tangan Lulu coba menyentuh tubuh Kalla ingin memijat atau setidaknya mengusap punggungnya, tapi Lulu hanya bisa menyentuh udara.

Kalla menghempaskan tubuhnya ke kasur, "Kamu kan nggak bisa pegang benda."

"Aku lupa kalau sudah mati." Lulu menekuk wajahnya lagi dan duduk di sebelah Kalla.

"Udah ah nggak usah lebay, nanti sorean juga sembuh nih, aku cuma perlu tidur aja. Kamu selama dua tahun juga udah sering lihat aku kayak gini, masiiiih aja panik. Kayak ibu-ibu tau nggak!" Kalla menarik selimut menutupi tubuhnya.

Lulu membuang napas, "Mending kamu berhenti jadi pengusir hantu, ini nyawamu juga bisa terancam kalau setiap habis ngusir hantu jadi sakit begini." Ucap Lulu prihatin.

"Aku nggak pernah mengusir hantu atau mengusir siapa pun. Manusia lain yang kasih istilah kayak gitu. Sudah ah, aku mau tidur." Kalla memejamkan matanya.

Lulu tersenyum sebentar, "Iya, aku tahu kamu nggak pernah mengusir siapa pun. Bahkan aku yang nggak bisa apa-apa ini juga nggak pernah kamu usir."

Lulu duduk di sebelahnya, rasanya ingin melakukan sesuatu untuk membuat Kalla merasa lebih nyaman dan segera pulih. Membuat teh hangat, memasakkan bubur, memijat atau membeli obat ke apotek, sayangnya dia hanya sosok arwah yang tidak bisa melakukan banyak hal saat ini. Lulu hanya menemani Kalla di sebelahnya dengan perasaan was-was dan berharap Kalla segera pulih dan sehat kembali.

**

Hampir pukul empat sore, di salah satu gerbong KRL yang cukup penuh sesak. Kalla berdiri sambil berpegangan, tubuhnya sesekali masih terasa limbung. Lulu merengek minta ikut karena khawatir.

"Kamu betulan udah sehat sampai maksain ketemu klien hari ini? Kan bisa besok aja. Kamu masih pucat, Kall." Lulu menatap sedih Kalla yang berdiri di salah satu gerbong KRL yang penuh sesak sore ini. "Nyari uang kok kayak gini banget sih, Kall...."

Kalla mendesah pelan, "Cerewet banget, ih! Kalau cerewet besok-besok aku kunci di kamar lho ya supaya nggak bisa ikutin aku ke mana-mana," ancam Kalla.

"Dasar, nggak bisa dibilangin!" Lulu masih ngedumel.

"Firasatku bilang ini bukan klien sembarangan, masa dia mau bayar aku 10x lipat dari bayaranku biasanya? Makanya aku penasaran. Kalau betul kan lumayan, itu uang bisa buat biaya hidup berapa bulan coba?"

"Bayaran uang yang kemarin juga besar, memang uangnya sudah habis? Harusnya bisa buat biaya hidup berbulan-bulan! Lagipula aku bingung, bayaranmu banyak tapi kok habis mulu. Jangan-jangan kamu pake beli narkoba!" Lulu memelototkan matanya menatap Kalla.

Kalla cuma nyengir, "duh, ngantuk banget nih...." Kalla menguap, Lulu hanya menggeleng tahu bahwa Kalla mengabaikan pertanyaannya.

"Atau kamu mau pakai uangnya untuk operasi plastik?" Lulu masih berusaha mengorek informasi kemana uang-uang Kalla pergi selama ini. Namun, bagaimana pun usaha Lulu sejak 2 tahun tak pernah membuahkan hasil, Kalla tidak pernah mau memberitahunya.

Kalla tertawa terbahak-bahak, "kamu kebanyakan ikut nonton Drama Korea di kamar kost sebelah!"

Beberapa orang di KRL menatap aneh kepada Kalla yang tampak asyik ngobrol sendirian sambil menatap ke arah pintu gerbong. Beberapa orang berbisik-bisik dengan orang di sebelahnya. Gaya pakaian Kalla juga tampak mencurigakan, jaket hitam di cuaca Jakarta yang super panas ini walaupun menjelang sore, ditambah dengan masker dan topi menutupi wajahnya rapat, seperti seorang teroris.

"Omong-omong, Lu, hantu botak yang mukanya hancur lebur di pojok kiri sana dari tadi ngelihatin kamu mulu deh. Jangan-jangan dia naksir. Cieee..." Kalla terkikik menggoda Lulu sambil menunjuk hantu di pojok gerbong KRL.

"Ih, apaan sih! Serem bangeeettt! Hush.. hush.. hush..." Lulu merapat ke tubuh Kalla.

"Bawa aja nih Mas, jadiin istri," Kalla membuka sebelah sarung tangan hitamnya dan melambai ke arah hantu lelaki itu. Hantu itu memelotot tampak terkejut ke arah Kalla, sempat menunjukan wajah seramnya tapi beberapa detik kemudian hantu lelaki itu seperti ketakutan lalu menghilang. Lulu menghela napas lega.

"Makasih, Kall," ucap Lulu dalam hati, karena Lulu tahu kalau diucapkan langsung Kalla pasti tidak akan menerima ucapan terima kasihnya malah mungkin akan menertawakannya.

Bagi Lulu, walaupun jail Kalla adalah gadis yang hatinya sangat baik. Kalla menganggap semua makhluk ciptaan Tuhan baik manusia ataupun bukan dengan cara pandang yang sama. Berada di sebelah Kalla seperti punya pelindung, meskipun jika masih hidup usia Lulu lebih dewasa daripada Kalla. Tapi di dunia barunya ini Lulu benar-benar merasa asing dan seringkali terancam dengan keberadaan makhluk lain yang tak kasat mata. Entah sudah berapa kali Kalla menyelamatkannya sejak 2 tahun lalu supaya tidak 'mati dua kali'.

Lulu tidak tahu seperti apa kisah hidupnya dulu, mungkin sangat menyedihkan bahkan memalukan. Nama Lulu pun pemberian Kalla, yang katanya adalah nama anak anjing peliharaannya dulu yang mati tertabrak becak. Lulu yang tak ingat apa pun tentang kisah masa hidupnya, bertekad tidak ingin membenci atau menyesali hidupnya.

Seperti kata Kalla padanya dua tahun lalu, yang membuat setiap makhluk berbeda bukan jenisnya tapi hatinya. Jika rasa-rasa yang gelap memenuhi hati entah manusia atau hantu maka merekalah yang disebut setan.

Ya, bagi Lulu ini adalah kehidupan keduanya dan dia bersyukur bertemu Kalla. Si gadis jail yang suka seenaknya dan sepertinya rela melakukan apa pun demi uang.

**Bersambung

Semoga enjoy dengan bagian pertama ya.. selamat mulai berkenalan dengan Lulu, jika ada masukan2 untuk bab selanjutnya silakan komen ya.. ;)

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang