2. Seseorang dari Masa Lalu

169 20 11
                                    

"Selamat datang di Toko Kue Matahari, mau pesan apa, Kak?" Seorang pelayan toko kue menghampiri Kalla yang duduk di kursi paling pojok, lalu memberikan buku menu kepada Kalla. "Menu spesial kita hari ini, Kue Putri Mandi." Ucap pelayan toko yang menggunakan kaca mata dan rambut dikuncir di samping kiri kepalanya, menggunakan seragam warna oranye muda, Lesta yang tertulis di papan nama seragamnya.

Toko Kue Matahari salah satu Toko Kue paling legendaris, nuansa warna pastel memberi kesan hangat sekaligus manis di dalam toko. Ada beberapa meja dan kursi yang disusun untuk pelanggan yang sengaja datang untuk menikmati kue atau minuman di tempat.

Lulu menikmati suasana di dalam toko dengan takjub, dalam hati dia bertanya-tanya apakah semasa hidupnya pernah datang ke sini. Kalau tidak, sayang sekali, ini tempat yang cantik. Sementara Kalla, tampak nyaris tidak punya ekspresi apa-apa, tidak peduli tokonya seperti apa, di pikirannya hanya satu 'bekerja dan uang'.

"Pesan air putih aja 2 gelas, Mbak. Makasih." Kalla menggeser buku menu tanpa tertarik melihat isinya.

Si pelayan toko melongo sejenak, lalu buru-buru kembali memasang wajah senyum sesuai SOP toko yang mengharuskan pegawai selalu tersenyum kepada pelanggan, "Air putih saja 2 gelas, Kak? Air putih di sini gratis Kak, mungkin mau tambah menu lain?"

"Kalla! Yang benar aja sih! Kita masuk toko kue keren begini masa cuma pesan air putih? Aku sudah lama nggak makan cake, kemarin kan habis dapat uang. Ayo dong pesan apa aja yang enak, yang paling murah juga nggak apa-apa." Lulu merengek, Kalla bergeming menatap ponsel bututnya yang hanya bisa menerima telepon dan SMS, sejak tadi tidak ada tanda-tanda kehidupan. Klien yang mengajaknya janjian belum memberi kabar lagi.

"Kall... pesan yang lain ya, please..." Lulu masih merengek.

Kalla menoleh ke arah Lulu yang kebetulan duduk di hadapannya, pas di belakang kursi yang diduduki Lulu adalah pelayan toko yang sedang berdiri sambil memasang wajah senyumnya.

"Berisik amat sih! Air putih aja cukup, toh makan atau minum apa juga akan sama kok kalau sudah masuk perut. Lagian kamu kan nggak pernah laper, ngapain pengin makan?" Kalla mengomel ke arah Lulu. Lulu membuang napas sebal.

"A... a... maaf Kak, baik saya siapkan air putihnya, ya," si pelayan toko tampak terkejut dan buru-buru melesat meninggalkan meja Kalla.

"Si pelayan tokonya kayaknya salah paham deh, Kal, dia kira kamu marahin dia. Aku kan nggak kelihatan." Lulu terkikik melihat ekspresi si pelayan toko yang mendadak pucat karena kena bentak Kalla tiba-tiba. Kalau Lulu sih sudah biasa diomelin Kalla selama tinggal dengannya. Yah, mau gimana lagi walaupun Kalla usianya lebih muda daripada usia Lulu ketika meninggal, tapi Kalla sepertinya menganggap mereka sebaya atau Kalla memang tidak terlalu peduli dengan sopan santun. Beruntung Lulu adalah hantu yang lebih legowo. Makanya mereka lumayan cocok. Yang satu ngomel melulu, yang satunya pasrah aja.

Di balik etalase kue seorang lelaki dengan apron hitam di pinggangnya membawa senampan roti yang masih hangat, wanginya memenuhi seisi ruangan. Lingga adalah pemilik Toko Kue Matahari.

Lidah Lulu tergelitik rasanya ingin mencicip roti-roti yang masih hangat di nampan tersebut.

"Namanya nyuri lho, makan roti nggak bayar. Kamu mau jadi roh jahat? Terus mukanya ancur semua serem!" celetuk Kalla yang tahu niatan Lulu.

Lulu hampir bangun dan berjalan ke arah roti-roti tersebut, lalu kembali duduk. "Kalau aku makan kan rotinya tetap utuh, memang itu termasuk mencuri?" Lulu mencari pembelaan.

"Rasa rotinya jadi hambar kalau sudah kamu makan. Itu sama aja mencuri. mencuri rasanya." Jelas Kalla.

"Kalau gitu pesan apa kek selain air putih, lidahku sudah lupa rasa makanan nih." Rengek Lulu.

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang