12. Tolong...

36 7 4
                                    

Kalla membawa nampan makanan ke meja kantin. Masih suasana libur tahun baru sehingga kantin siang ini cukup sepi. Sepi dari manusia tapi ramai oleh makhluk tak kasat mata yang bisa dilihat Kalla. Kalla mendengus sebal karena para arwah yang ada di gedung dan sekitar gedung duduk memenuhi kursi kantin.

Kalla mencoba mencari kursi kosong agar waktu makan siangnya bisa terasa nyaman.

Kalla memutuskan duduk di meja pojok yang menghadap dinding. Melihat dinding lebih baik daripada melihat pemandangan hantu di area kantin yang berseliweran dan menatap ke arah Kalla dengan penuh rasa penasaran.

Kalla membuka sarung tangannya, saat itulah para hantu yang ingin mendekat pun mundur teratur. Di mata para arwah tersebut, telapak tangan Kalla memancarkan cahaya yang membuat mereka merasa terganggu.

Kalla mulai menyuap bakso. Bertepatan dengan itu, satu sosok perempuan mencoba mendekat ke arah Kalla. Kalla terkejut karena arwah itu sepertinya memaksakan diri mendekat ke arahnya walaupun tangan Kalla tidak menggunakan sarung tangan hitam.

Arwah perempuan itu tampak menyedihkan, tubuhnya penuh kotoran dan darah. Wajahnya pucat dengan beberapa bagian terlihat biru entah bekas benturan atau pukulan. Kalla menggeser mangkok bakso karena seketika selera makannya lenyap, tercium bau amis darah bercampur bau busuk yang membuatnya mual.

Kalla menarik napas menahan rasa kesalnya.

"Oke, mari coba meditasi yang diajarkan Pak Dirga supaya nggak lihat hantu..." gumam Kalla.

Pusatkan pikiran untuk tidak melihat mereka... ucap Kalla dalam hati sambil memejamkan matanya rapat-rapat. Akan tetapi, bukannya bayangan arwah tersebut hilang justru semakin jelas. Bayangan arwah tersebut semakin jelas bahkan ketika Kalla menutup matanya.

"Ah, sial, nggak berguna!" Kalla kesal.

"Bisa nggak ganggunya jangan pas orang lagi makan?" Kalla menoleh ke arah kirinya di mana arwah itu berdiri sekarang.

Arwah itu melihat ke arah telapak tangan Kalla dan mundur sedikit, tapi arwah itu tidak menyerah dengan menahan rasa sakit dia terus mencoba mendekat ke arah Kalla.

Kalla merasa iba melihat arwah itu kesakitan tapi justru mencoba meraih tangannya.

"Tolong..." ucap arwah tersebut dengan suara lirih, darah menetes seperti air mata dari kelopak matanya yang sayu.

Kalla menarik napas panjang, "Nekat juga kamu. Oke, ceritakan apa yang terjadi padamu, tapi akan sangat menyakitkan," Kalla mengulurkan tangannya meraih tangan arwah perempuan itu.

Arwah itu menjerit dengan suara memekikan telinga bagi yang mendengar. Lulu menutup telinganya dan menjauh dari Kalla yang sedang berinteraksi dengan arwah perempuan di kantin tersebut. Kalla memejamkan mata berusaha mengabaikan suara terikan arwah tersebut dan fokus melihat serta merasakan memori yang diberikan oleh arwah tersebut kepada Kalla.

Kalla melepaskan tangannya dan arwah itu terjatuh duduk sambil menangis dengan suara yang begitu menyedihkan.

"Sial! Kenapa aku nggak bisa makan dengan tenang?" Kalla berdiri dan berlari, meninggalkan mangkok baksonya yang isinya masih utuh.

Lulu bingung apa yang terjadi pada Kalla. Di satu sisi dia ingin mengikuti Kalla tapi di sisi lain dia berpikir untuk memberitahu Pak Dirga di ruang kerjanya. Sebab, Lulu khawatir Kalla akan melakukan hal aneh di kantor untuk membantu arwah perempuan itu.

Kalla menekan tombol lift buru-buru. Namun, dua lift di hadapannya seolah tidak bergerak. Kalla menuju ke tangga darurat dan berlari menaiki tangga dari lantai 7 ke lantai 10.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang