5. Menjaga

104 21 2
                                    

Daru berada di ruang divisi personalia yang berbeda ruangan dengan tempat kerjanya. Berdiri di depan mesin fotokopi, memperhatikan kertas yang keluar dari mesin apakah sudah sesuai dengan yang diperlukan. Daru sedang mengecek sambil menghitung lembar-lembar kertas berisi storyboard untuk proyek komik baru yang akan dipresentasikan siang ini.

Ibu Dahlia HRD yang kantornya berada di ruangan ini, menepuk pundak Daru.

"Fotokopi apa, Ru?" tanya Bu Dahlia.

"Selamat siang, Bu. Ini untuk presentasi nanti siang," jawab Daru sopan.

Bu Dahlia mengangguk, sambil tangannya membawa cangkir teh, bersandar ke dinding di sebelah Daru.

"Omong-omong, adikmu itu... saya penasaran," kata Bu Dahlia hati-hati. Daru menghentikan kegiatan menghitung lembar kertasnya dan menatap Bu Dahlia dengan wajah penuh tanya.

"Penasaran? Ada apa ya, Bu?" Daru tahu, yang dimaksud adiknya adalah, Kalla. Daru sempat memberitahu Bu Dahlia ketika Kalla pertama kali datang ke kantor untuk interview bahwa Kalla adalah adiknya.

"Iya, sepertinya Pak Dirga tertarik sekali dengan adikmu itu. Padahal... aduh, sebelumnya maaf nih, Ru," Bu Dahlia tampak tidak enak. Daru mengangguk mempersilakan omongannya dilanjutkan. "Soalnya, pelamar yang lain itu portofolionya banyak yang lebih bagus, menurut saya. Dan biasanya Pak Dirga menyerahkan seratus persen pemilihan pegawai ke saya. Tapi, kali ini berbeda, Pak Dirga sendiri yang menghubungi saya dan meminta Kalla yang diterima di kantor ini."

Daru terdiam sejenak, mencoba mencerna satu per satu yang dikatakan Bu Dahlia, "Hm... mungkin karena proyek komik selanjutnya sesuai dengan style desain Kalla."

"Iya sih, aduh, ini maaf loh ya, Ru. Kamu jangan tersinggung kata-kata saya," kata Bu Dahlia.

Daru coba tersenyum, lalu menggeleng pelan, "Tidak Bu, santai saja."

"Masalah lainnya, adikmu itu sepertinya nggak terlalu minat kerja di sini. Sampai sekarang saya masih diminta Pak Dirga menunggu jawaban adikmu itu. Loh, ya kan aneh? Biasanya kalau pegawai nggak mau nerima ya kita hubungi yang lain. Ini nggak, Pak Dirga minta saya menunggu kabar dari Kalla, seolah yakin sekali Kalla akan masuk ke sini."

Daru hanya mengangguk bingung harus merespon apa.

Bu Dahlia melanjutkan, "Waktu interview pertama adikmu terlihat antusias, tapi saat saya hubungi via telepon kedua kali sepertinya dia nggak terlalu tertarik. Apa dia ada lamar pekerjaan di tempat lain? Barangkali kamu tahu?"

Daru menarik napas, "Setahu saya tidak ada."

"Ya, sudah. Ya bagaimana pun keputusan tetap ada di tangan Pak Dirga. Saya yakin walaupun Pak Dirga terlihat seperti bos yang nggak perhatian dengan pegawai dan keadaan kantor, sebenarnya beliau sangat perhatian sampai ke hal-hal detail. Saya yakin, ada potensi dalam diri adikmu yang dilihat Pak Dirga dan belum saya sadari."

Daru mengangguk seraya tersenyum, "Terima kasih Bu, nanti saya coba tanyakan juga ke adik saya agar segera memberi jawaban untuk menerima atau tidak pekerjaan ini. Jadi Bu Dahlia tidak khawatir lama-lama."

"Aduh, kamu tuh ya, sudah sopan, baik, pengertian lagi. Adikmu pasti beruntung punya kakak kayak kamu. Ya sudah saya mau balik ke ruangan, mau cek laporan untuk gaji bulan depan," Bu Dahlia menepuk pundak Daru dua kali dan pergi menuju ruangan khususnya di sebelah pojok kanan ruang personalia.

Daru kembali ke meja kerjanya, pikirannya kembali ke sekitar dua pekan yang lalu. Pak Dirga berkeliling dari satu kubikel ke kubikel lain. Matanya awas mengamati satu per satu pegawainya yang duduk menatap serius ke arah laptop, tangan kanannya memegang payung seperti membawa tongkat. Beberapa pegawai merasa tidak nyaman setiap kali Pak Dirga berkeliling area kantor. Aura lelaki tinggi dengan rambut panjang itu memberi sugesti seram bagi pegawainya. Terkecuali Daru, anak magang yang baru beberapa bulan bekerja di perusahaan ini. Daru cuek saja dan berpikir semua akan baik-baik saja selama Daru berusaha bekerja dengan sebaik-baiknya. Selama ini Pak Dirga juga tidak pernah komplain dengan pekerjaan Daru dan membuat Daru merasa cukup nyaman.

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang