PROLOG: kamu sudah mati

255 26 5
                                    

Dua tahun lalu...

Seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut seleher, mengenakan sarung tangan hitam dan kemeja putih, berjalan pelan menyurusi trotoar ibu kota, payung biru melindungi tubuhnya dari hujan deras. Kalla.

Terdengar suara azan isya pertanda hari mulai malam. Kalla haus, setelah berkeliling dari satu kantor ke kantor lain mencari pekerjaan dengan ijazah SMA-nya, namun masih saja tanpa hasil. Kalla berhenti di depan gedung apartemen untuk meneguk air mineral.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...." Sebuah suara teriakan panjang terdengar diikuti suara dentuman keras, orang-orang langsung berlarian ke arah sumber suara.

"Ada yang loncat dari apartemen!" teriak seseorang sambil berlarian.

Kalla masih mematung, dengan matanya sendiri dia menyaksikan wanita dengan gaun tidur warna salem seolah terbang dan ambruk ke tanah. Kejadiannya tak jauh dari tempat Kalla berdiri sambil meneguk air mineral tadi. Kalla melihatnya dengan jelas.

Sadar dengan apa yang baru saja terjadi, Kalla buru-buru menjauh dari tempat peristiwa, tubuhnya sangat lelah jangan sampai bertemu arwah wanita tersebut. Menurutnya arwah yang mati bunuh diri adalah yang paling merepotkan selama ini.

"Anda tidak mendengar saya? Bisa tolong saya?" Sesosok wanita tampak kebingungan mondar-mandir di dekat halte, berusaha menyapa semua orang yang ada di sana namun diacuhkan. Sosok wanita itu hanya pakaian tipis dan tubuhnya terguyur hujan.

"Sial!" Kalla membuang napas berat, tidak bisa mengabaikan rasa ibanya dan terpaksa menghampiri sosok wanita tersebut.

Kalla menepuk pundak wanita tersebut dengan tangannya yang dibalut sarung tangan hitam, tangan kirinya memayungi wanita tersebut, wanita itu menoleh dan wajahnya mendadak cerah.

"Kenapa masih di sini?" tanya Kalla.

"Tidak tahu, aku tidak tahu sedang apa di sini. Aku tidak tahu ini di mana. Aku coba menghentikan beberapa taksi yang lewat dengan melambaikan tangan tapi tidak ada satu pun taksi yang berhenti dan bersedia mengangkutku. Apa kamu bisa membawaku ke kantor polisi? Mungkin polisi bisa membantuku pulang." Ucap wanita itu panjang lebar pada Kalla.

"Bukan ke kantor polisi, Anda harus pulang ke alam arwah." Ucap Kalla hati-hati.

Wanita itu tertegun, lalu tertawa keras-keras, "Hahaha... kok kamu malah bercanda. Dasar anak remaja nggak sopan!"

Kalla menarik napas mencoba menenangkan batinnya, "Kamu sudah meninggal..."

"Ma... maksudmu...." Wanita itu kebingungan. Kalla menarik lengannya ke arah jasad wanita itu tergeletak.

"Itu kamu, kamu sudah mati. Dan aku satu-satunya yang bisa melihatmu saat ini." Kalla menunjuk jasad kaku bersimbah darah dengan wajah dan pakaian yang sangat mirip dengan yang dikenakan wanita itu.

Sosok wanita itu diam, merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Remuk. Teriris. Marah. Bingung. Rasanya sakit sekali sampai ingin menangis tapi tidak ada air mata yang keluar dari matanya. Karena, dia sudah mati.

Rasanya semakin menyedihkan ketika Kalla menghilang dari sisinya, sendirian, kesakitan, tak ada yang bisa melihatnya.


-- bersambung

Terima kasih sudah membaca bagian prolog cerita ini, semoga bisa konsisten menulis cerita ini sampai akhir, untuk menemani waktu2 luang kita di rumah atau di mana pun. Jaga kesehatan. Selamat puasa untuk yang menjalankan :)

StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang