Hari ini, izinkan aku menjadi buku untukmu. Buku yang kau buat tamat, tepat setelah judul tersemat. Barangkali aku tak pantas dikisahkan, barangkali kau bahagia menyaksikanku dilarungkan.
Apapun,
Apa saja aku sanggup selagi kau bahagia. Segera kucumbu kiamat dan kisah kita lekas berkarat; menemui ajalnya yang bertagar tamat. Aku tersenyum masam, sedang kau tersenyum tentram.
Tidak apa-apa,
Lagipula duniaku ada pada sosokmu; kau harus bahagia agar duniaku tak tutup usia. Begitu seharusnya. Begitu seterusnya.Maka, izinkanlah aku menjadi buku untukmu.
Tak usah kau simpan di rak. Cukup persilahkan aku menggigil dan menguning di atas meja paling sudut. Jangan sampai buku lain mengintip kisah kita; nanti kita bisa jadi yang paling melegenda di semesta—karena punya rasa cinta serupa dusta.
Tak kau sampuli pun aku tak apa. Biarkan debu menjadi bajuku. Biarkan saja dia menebal hingga satu, dua senti; menjadi lebih tebal dari kisah kita.
Tinggalkan aku di sudut kamarmu. Aku akan berkawan dengan sepi, agar tak kesepian. Debu kan kuizinkan menjadi baju, agar tak menggigil kedinginan.
Dan abaikan aku disana
Menjadi buku lawas dengan halaman kuning dan sampul berdebu
Buku yang tak tersentuh
Aku yang tak kau sentuh
Halamanku lembab, mataku sembab
Aku makin;
tersentuh tak kau sentuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Meracik Kita
Poetry#sehimpunsajak Kalau rasamu sedang tenggelam di dasar hatinya; bersegeralah kau kembali ke permukaan--sebab di sana tak ada apa-apa selain pemicu luka. sampul luar biasa oleh @rawniesw ©woomeya, 2020