Dua ribu lima ratus enam puluh lima meter di atas permukaan laut; tidak setinggi puncak hatimu. Kau kuberi dua ratus mililiter cokelat panas dalam sebuah cangkir; setara dua liter keringat saat ku bertahan agar tak tergelincir.
Naas... cairan itu berakhir dalam lambung pujaan hatimu. Setelah berjibaku dengan medan terjal; yang membuat betisku serasa lekas patah. Kini aku harus berjibaku dengan kenyataan sial; dan hatiku segera menyusul patah.
"Terima kasih," ucapmu.
"Kembali,"
Iya,
aku sungguh ingin kembali. Agaknya aku naik untuk dijatuhkan; agar patahku sungguhan."Setelah ini tolong menanak nasi, ya? Bisa?"
Aku mengangguk.
Katamu, kita semua butuh makan. Katamu, kita semua butuh asupan. Katamu, begitulah energi harus dikembalikan. Katamu, kuat harus dipertahankan.
Energi untuk terus mencintaimu; atau kuat untuk disakiti olehmu?
Aku segera menanak hati;
biar makin matang saja nanti waktu patah hati,
KAMU SEDANG MEMBACA
Meracik Kita
Poetry#sehimpunsajak Kalau rasamu sedang tenggelam di dasar hatinya; bersegeralah kau kembali ke permukaan--sebab di sana tak ada apa-apa selain pemicu luka. sampul luar biasa oleh @rawniesw ©woomeya, 2020