Hati Saya Tidak Buta, Dia Tidak Punya Mata

542 54 14
                                    

Lagi,
Lagi-lagi hati ini mengecam dirinya sendiri.

Semenit yang lalu; hati ini merasa telah melakukan yang terbaik. Merasa dirinya pantas dan tepat berdiri di sisi kirimu. Merasa semuanya sedang berjalan dengan baik dan akan selalu baik-baik saja.

Sekarang tidak lagi. Entah mengapa hati ini merasa dirinya gagal; menyebut dirinya payah. Merasa tak memiliki satu kesempatan untuk berusaha. Tidak juga kesempatan kedua untuk mengulang awal yang memang tidak pernah dimulai. Tidak juga dengan kesempatan ketiga, keempat, kelima, dan kesempatan kesekian yang memang mustahil ada.

Hati ini, memang selalu begini saat sosokmu hadir disini.
Iya...
Selalu saja begini.

Menimang-nimang hal ini dan hal itu. Menebak-nebak sisi ini juga sisi itu.
Entah bagaimana hati ini bisa senaif ini.
Entah mengapa hati ini bisa sebahagia itu; menyiksa diri sekadar tuk mempertahankan sosokmu--padahal di dalam sana sedang luar biasa porak.

Hati ini memang tak banyak berpikir. Kiranya sosokmu itu legowo, tidak rewel, tidak pilih-pilih, juga tulus. Kiranya sosokmu adalah makhluk di muka bumi dengan kadar baik yang tak kira-kira; tidak juga pura-pura.

Ya Tuhan, kenapa kau hanya beri mata di kepala dan kaki saja?
Andai hati ini juga kau beri mata, pasti dia tak akan sebuta ini.

Padahal saya masih punya akal yang cukup rasional tuk meloloskan sebuah tanya seperti; Baikkah dirimu untukku? Atau pertanyaan semacam; Adakah saya di hatimu?

Dan akal saya yang cukup rasional ini juga masih mampu menilai secara objektif. Kepala saya tahu pasti bahwa kau telah memiliki duniamu sendiri. Dan di hatimu, tidak ada saya. Tidak juga di matamu. Tidak juga di hidupmu. Tidak juga duniamu. Atau bahkan semestamu.

Walaupun kau serupa semesta bagi duniaku. Namun saya tahu pasti bahwa saya hanyalah satu bagian dari ribuan makhluk semesta yang memang bermukim di duniamu.

Ya, hati ini memang segoblok itu.
Sudah buta, goblok pula.

Kalau saya suruh berhenti dan istirahat juga ngeyelnya setengah mati.

Hati... Hati...
Apa kamu tidak capek sakit sendiri?

Meracik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang