: tentang kucingku si Ipus dan kamu
Semalam aku pulang ke rumah, kucingku mengeong dan menyambut ramah. Katanya aku tampak lelah.
Kucingku bilang harusnya aku istirahat dari mencintaimu.Meong...
Edan, katanya.
Kucingku bilang kalau aku sudah tidak waras karena hatiku didera dan diperas.Kamu salah, Pus,
Meong...
Goblok, katanya.Kucingku terus-terusan bilang bahwa aku butuh liburan.
Lantas harus berlibur kemana? Kalau diam di sini saja sudah bahagia karena serupa di surga.
Hatiku sama sekali tidak sedang didera, tidak juga diperas. Sebab mencintaimu aku ikhlas. Kalau kamu jauh aku mati lemas.
Kamu adalah sebaik-baiknya destinasi wisata yang ada di seutuh semesta; yang hanya ada satu dan bukan dua.
Kalau pikiranku sedang kacau, aku lebih memilih menghampirimu daripada mengunjungi pantai. Aku betah bila harus mendengar celotehmu seharian. Suaramu jauh lebih menenangkan dari debur ombak di mulut samudra.
Saat tubuhku pegal-pegal terbentur realita jalanan, dekapmu berubah menjadi tempat pulang ternyaman. Tahu tidak? Dekapanmu itu suatu keajaiban. Kadang terasa hangat, kadang juga sesejuk udara pegunungan. Terima kasih, berkat hadirmu, aku tak perlu berjalan ribuan meter lagi. Atau mau ikut aku mendaki ke sana?
Saat akhir pekan terasa menyebalkan, aku tak perlu lagi pergi ke taman hiburan.
Sebab duduk berdua bersamamu di teras depan dengan secangkir kopi dan sepiring mendoan, sudah menjadi sangat menyenangkan. Kita tak perlu menaiki wahana yang membuat kepala berputar-putar. Kita tak perlu membuang uang untuk membayar kesenangan. Kita hanya butuh kita; aku dan kamu bersama.Sederhana kan?
Pintaku juga cukup sederhana;
Tidak bisakah kau jadikan wisatawan ini sebagai tuan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Meracik Kita
Poesia#sehimpunsajak Kalau rasamu sedang tenggelam di dasar hatinya; bersegeralah kau kembali ke permukaan--sebab di sana tak ada apa-apa selain pemicu luka. sampul luar biasa oleh @rawniesw ©woomeya, 2020