1. Antara Sore dan Petang

1.7K 66 0
                                    

Oleh: Sembur Banyu

***
Surup (menjelang magrib, saat mega memerah dan mulai menjalar di ufuk barat) merupakan waktu yang dipercaya sebagai pusat mobilisasi mahluk gaib. Di mana masyarakat Jawa menghindari waktu tersebut untuk bepergian maupun melakukan aktivitas lainnya. Karena tak sedikit kejadian-kejadian di luar nalar yang terjadi begitu nyata, bahkan sampai di depan mata bertepatan dengan waktu tersebut.
***

EPISODE 1

Sore menjelang petang, di sebuah sekolah yang sepi. Tepatnya sebuah kelas yang berada hampir di ujung bangunan lantai dua. Menunjukkan masih ada aktivitas di dalamnya. Samar-samar terlihat dua orang siswa sekolah lanjutan tingkat pertama sedang beraktivitas di jam yang sedemikian ini. Benar saja, Trubus bersama Archi masih berkecimpung dan larut dalam tugas sekolah.

Ya, mereka berdua memang sahabat karib yang selalu bersama. Bahkan oleh teman-temannya dianggap menjalin hubungan yang lebih dari sekadar pertemanan. Meskipun mereka kompak untuk tidak membahasnya. Sehingga sampai saat ini masih menjadi misteri dikalangan teman-temannya, khususnya tentang hubungan mereka.

Dalam keasyikan mereka, tanpa sadar setiap sudut kelas menunjukkan ratapan dan pekikan sinis saat hanya ada mereka berdua dalam kelas yang begitu sepi. Bahkan tanpa disadari mereka hanya berdua di sekolah. Tak tampak satupun batang hidung siswa lain, guru ataupun penjaga sekolah.

Udara sore mulai mendesis dengan sinis. Itupun tak mereka rasakan di sela kesibukan yang sedang dilakukan. Mereka masih terlihat sibuk untuk menyelesaikan tugasnya. Terlihat Archi sedang membantu Trubus. Ya, memang Archi terkenal sebagai siswa yang rajin dan tergolong pandai di kelas sehingga tak ayal jika sering diminta untuk membantu mengerjakan tugas teman-temannya yang merasa kesulitan. Tak terkecuali dengan Trubus yang memang sahabat dekatnya.

Sesekali tampak Trubus mencuri pandang pada Archi yang sedang fokus. Sehingga membuat Trubus sedikit menahan senyum dan pipi merahnya yang mulai merona.

Desisan udara sore mulai semakin menjalari seluruh ruangan kelas bersamaan dengan selesainya tugas mereka berdua. Trubus mulai membereskan buku maupun peralatan yang mereka gunakan tadi untuk mengerjakan tugas, kemudian mereka segera beranjak untuk keluar dan berniat pulang.

"kamu pulang sama siapa?", tanya Archi membuka percakapan sambil berjalan dengan beriringan.

"aku dijemput sama bapak, kalo kamu?", dengan wajah memerah Trubus menjawab sekaligus melontarkan pertanyaan serupa.

"aku jalan kaki saja, kan dekat", balas Archi bersamaan dengan turunnya mereka menyusuri tangga dan kemudian duduk pada kursi di pinggiran laboratorium komputer yang berjarak beberapa meter dengan pos satpam yang biasanya dipakai sebagaitempat bercengkerama anak-anak maupun menunggu jemputan orang tua saat pulang..

Entah mengapa sore ini tak seperti biasanya, udara sedikit terasa mendesis yang mampu membuat bulu kuduk berdiri segera tanpa diperintah. Belum lagi posisi tempat duduk memang berdekatan dengan toilet sehingga mulai membaui mereka dengan wangi khas toilet yang belum dibersihkan. Terlebih mereka mulai sadar tak ada siapa-siapa lagi di sekolah. Dengan hanya ditemani daun-daun yang entah mengapa mulai banyak beterbangan ditiup angin yang tak lagi dapat dikategorikan sepoi-sepoi sehingga menambah suasana menjadi semakin tak mengenakkan.

Archi kemudian membuka ponselnya untuk melihat jam saat ini. Dia kaget, ternyata waktu sudah benar-benar larut. Ia tersadar sejak tadi mereka belum menjalankan sholat ashar karena terlalu asyik mengerjakan tugas.

"Sudah jam segini, aku pulang dulu ya. Belum sholat nih. Nanti dimarahin ortu malah gawat", kata Archi.

"Ya sudah loh, aku nanti saja sekalian nunggu bapak", jawab Trubus. Maklum, Trubus memang terkenal sebagai anak yang sedikit bandel dan suka mengulur waktu untuk sholat. Tak terkecuali hari ini padahal waktu sudah begitu petang. Entah memang karena benar-benar malas atau dia mulai sadar dengan keadaan sekitar yang rasanya kurang bersahabat hari ini sehingga membuatnya sedikit takut untuk sholat sendirian.

Archi pun berjalan pulang meninggalkan Trubus yang sedari tadi sebenarnya sudah bergidik merasakan kejanggalan. Matanya mulai melirik dari ujung ke ujung, dari atas hingga bawah sambil mengomel mengapa bapaknya belum datang sampai jam sekian.

"Ssshhhhhhhh.......", angin yang sudah tak lembut lagi menerpa tengkuknya dan segera menaikkan level kejanggalan pada suasana tanggung antara sore dan petang itu.

"Khi...khi...khi...", tiba-tiba Trubus merasa seakan-akan tak sendiri. Ia tiba-tiba merasa mendengar tawa-tawa kecil yang menurutnya sedikit aneh padahal ia duduk sendiri di sekolah. Pelan-pelan ia melirik mencari arah sumber suara.

Disertai angin yang semakin terasa tak bersahabat dan seolah menyerang bulu-bulu di tangan dan tengkuknya, ia tetap berusaha mencari sumber suara tersebut. Semakin lama, angin membawa wangi bunga melati yang busuk disertai bau amis yang menyengat hidung. Trubus menahan bau tersebut yang terasa semakin menyengat saja memenuhi hidung dan dadanya yang mendadak terasa sesak. Ia semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Belum pernah sekalipun ia mengalami hal yang demikian selama ini. Terlebih saat ini ia ingat jika sedang sendirian di sekolah.

Antara kaget dan tak mampu bergeming, kepala Trubus tiba-tiba terdiam kaku dengan posisi mendongak sedikit miring ke atas, matanya terbelalak menuju pada lantai atas tepat di sebelah kanannya. Di mana lorong sebelum tangga yang ia lewati sebelumnya. Terlihat sangat jelas sesosok perempuan asing berbaju putih yang melotot tajam tertuju padanya. Matanya memerah dengan pinggiran lebam yang menghitam, ditambah mulut yang robek penuh darah seperti mayat bekas disiksa yang sudah terbangun dari kuburnya.

Seolah mengingatkan pada film-film hantu Suzanna. Trubus bangun dari kebekuannya dalam kekagetan. Ia pun berteriak kencang sambil menutup wajahnya yang ketakutan setengah mati.
"Hiiiiiiii....apa itu?!!!!!!!!!!!!!!!!!"

***

BERSAMBUNG

Visit
IG: semburbanyu
TikTok: semburbanyu
Youtube: semburbanyu

SURUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang