Oleh: Sembur Banyu
***
Apa yang terjadi pada kita, manusia, terkadang tak selalu seperti yang terlihat. Atau bahkan malah tak dapat dilihat sedikitpun, namun begitu terasa. Begitulah yang gaib bekerja, silent but deadly. Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk menggambarkan, khususnya untuk kejadian gaib yang mengganggu, atau bahkan mencelakai. Maka dari itu selalu berhati-hatilah di manapun berada.
***
EPISODE 8
***
Suasana malam masih tergambar dengan jelas, rembulan malam masih menyebabkan bayang-bayang yang begitu tampak terlihat oleh mata. Bahkan tanpa sorot lampu sedikitpun. Di kejauhan masih terdengar pekikan hewan-hewan penghuni malam yang masih seramai tadi.
Selepas kejadian mengerikan yang selama hidupnya tak pernah ia saksikan. Bapak Trubus seolah masih berjibaku dengan kebekuan tubuh dan pikirannya. Tak mampu berkata sedikitpun. Menyaksikan kejadian gaib yang begitu mencengangkan seumur hidupnya. Bahkan kita sekalipun, jika berada pada posisinya akan mengalami dan merasakan hal yang serupa atau bahkan bisa lebih merasa terintimidasi daripada dirinya.
Beruntung Mbah Yai segera menyadari apa yang terjadi dengannya. Sontak ia segera menyentuh tengkuk Bapak Trubus dan meniupkan udara yang disertai sedikit doa dengan lirih.
“Jiwa garwaning raga, ndang balio. Eseme urip taksih anggodho tinimbang pati.”, begitulah mantra dan doa yang dilantunkan dengan Bahasa Jawa oleh Mbah Yai. Kemudian diikuti segeranya ia berikan tiupan kecil tepat pada dinding-dinding kulit tempat bulu kuduk Bapak Trubus bersemayam.
Seperti memiliki magnet tersendiri, seketika itu kepala Bapak Trubus tiba-tiba mendongak ke atas dan mulutnya terbuka dengan sendirinya mengeluarkan kepulan seperti asap yang dihembuskan oleh seorang perokok namun dengan warna asap yang menghitam pekat.
Secepat kilat tangan Mbah Yai segera berusaha menangkap kepulan asap itu, kemudian segera ia hempaskan tepat pada tanah yang berada di depannya.
“Jeduuuuuuummmmmmm!!!”
Tubuh Bapak Trubus sontak terlihat begitu lemas dan ia terjatuh dengan posisi terduduk bersamaan kepalanya yang masih mendongak ke atas. Kemudian Mbah Yai berusaha merengkuh dahi Bapak Trubus dan memberikan tiupan kecil tepat di dahinya serta berusaha mengajaknya berbicara. Aneh memang, Mbah Yai yang sudah terlihat berumur masih sanggup melakukan gerakan-gerakan secepat kilat layaknya seorang pemuda yang masih bugar.
“Ngger, bangun. Wes keroso enteng to kepalanya?”, tanya Mbah Yai yang tetap dengan ketenangannya sedari tadi.
“Nggih……………….., Mbah. Kena apa kepala saya Mbah kok terasa berat begini?, dengan sedikit terbata Bapak Trubus berbicara seperti orang yang kebingungan setelah ia merasa bahwa kepalanya seperti telah tertimpa sesuatu yang berat.
“Lho, ora kelingan to ngger?”, dengan tersenyum Mbah Yai mengajak berbicara Bapak Trubus dan berusaha menjelaskan semuanya dengan pelan-pelan atas apa yang sebenarnya terjadi.
Sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sakit, Bapak Trubus sangat terkejut mendengarkan penjelasan Mbah Yai tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi. Ternyata sedari tadi dia sudah dalam keadaan tak sadarkan diri dengan posisi tetap berdiri. Jiwanya diambil sosok Genderuwo yang sedari tadi dihadapi Mbah Yai. Genderuwo itu tahu bahwa Bapak Trubus memiliki jiwa yang rapuh. Yang mudah untuk dimanfaatkan oleh bangsa gaib. Sehingga Genderuwo itu mengambil jiwanya untuk disesatkan dalam dunia gaib supaya berpisah dari raganya sehingga sedari tadi yang tampak tercengang dalam posisi berdiri itu sebenarnya hanyalah tubuh tanpa jiwa. Karena jiwanya telah tersandera.
Dengan tubuh yang masih lemas, Bapak Trubus menyaksikan Mbah Yai yang ternyata masih melakukan ritual tambahan. Yaitu mengambil barang “Pasangan (syarat)” atau barang yang dipasang dengan sengaja oleh dukun jahat sebagai media untuk menyalurkan aksinya yang ingin mencelakai orang yang diinginkan.
Mbah Yai terlihat berdiri dan mengitari pohon besar yang dipakai sebagai tempat tinggal mahluk besar yang sempat dihadapinya sebelumnya. Namun, Bapak Trubus menyadari ada yang terlihat berbeda dari apa yang dilakukan Mbah Yai. Mbah Yai mengitari pohon besar itu melalui arah yang berlawanan dengan jarum jam.
Kemudian ia terlihat berhenti tepat di tempat asap hitam yang ia hempaskan sebelumnya. Tangan Mbah Yai dengan cekatan seperti mengambil sesuatu dari tanah tersebut. Tak ayal, tiba-tiba terlihat dengan jelas tangan Mbah Yai seperti memegang sesuatu yang terbungkus oleh sejenis daun yang sudah mengering.
Ya, dengan mata kepala yang jelas Bapak Trubus menyaksikan sebuah bungkusan yang ternyata berisi gumpalan rambut yang diikat dengan potongan kain yang terlihat sangat usang.
“Mbah, niku nopo?!”, tanya Bapak Trubus yang memang begitu penasaran dengan kejadian itu. Bagaimana mungkin ada benda yang demikian muncul secara tiba-tiba di dalam tanah yang sedari tadi terlihat tak ada apapun selain rumput dan batu kerikil.
“Iki ngunu syarat ngger. Sing digawe alat nggo nyilokoi uwong sing dipingini. (Ini namanya syarat nak. Yang biasanya dipakai sebagai alat dan media untuk mencelakai orang yang diinginkan)”, sahut Mbah Yai menjelaskan.
“Kok bentuk e ngoten Mbah? (Kok bentuknya seperti itu Mbah?)”, Bapak Trubus sepertinya benar-benar penasaran dengan benda tersebut.
“Iki rambute wong sing duwe tanah iki sak durunge kowe. Terus kain iki, suwek ane sempake uwong e. Syarat sing paling ampuh kanggo media ala ngene iki pancen loro kuwi, rambut karo barang pribadi sing bendinane digawe. Podo karo yen kowe pingin nyantet, guna-guna, pelet lan sak piturute. (Ini rambut milik orang yang punya tanah ini sebelum kamu. Kemudian kain ini, adalah potongan celana dalam miliknya. Media yang paling ampuh untuk dipakai melancarkan aksi gaib yang jahat seperti ini memang dua hal itu. Rambut dan barang-barang pribadi yang sehari-hari selalu dipakai. Sama seperti yang dibutuhkan jika misalnya kamu ingin menyantet, guna-guna, pelet atau lain-lainnya)”, begitulah Mbah Yai memberi penjelasan singkat pada Bapak Trubus yang sedari tadi penuh pertanyaan dalam benaknya.
Kemudian terlihat Mbah Yai tiba-tiba duduk bersila dan membacakan beberapa doa yang disertai beberapa ayat Al-Quran. Peristiwa itu kembali membuat Bapak Trubus terheran-heran, ternyata banyak hal di dunia ini yang sama sekali belum ia ketahui.
Tak lama setelah itu, Mbah Yai mengambil sebuah korek api dari sakunya. Kemudian ia pantikkan hingga api menyembul dari tempatnya. Dibakarlah bungkusan “syarat” tersebut sambil menjelaskan pada Bapak Trubus jika ia terpaksa harus membakarnya karena jika tidak dilakukan takutnya akan digunakan lagi sebagai wadah oleh mahluk-mahluk gaib lain. Karena benda seperti itu memiliki daya tarik tersendiri bagi mahluk-mahluk alam lain.
Hari ini seperti benar-benar hari yang menegangkan sekaligus spesial bagi Bapak Trubus. Dalam semalam ia melalui kejadian-kejadian di luar nalar yang mengguncang jiwa bahkan imannya. Sambil dibantu Mbah Yai untuk berdiri, Bapak Trubus berusaha mulai mengikuti langkah Mbah Yai menuju rumah tempat Trubus yang sebelumnya mengalami kesurupan.BERSAMBUNG
Visit
IG: semburbanyu
TikTok: semburbanyu
Youtube: semburbanyu
KAMU SEDANG MEMBACA
SURUP
HorrorSurup merupakan waktu yang dipercaya masyarakat Jawa sebagai pusat waktu mobilisasi mahluk gaib.