Sebuah perundingan

20 9 2
                                    


Jangan lupa di vote ,Dan mau ngasih tau kalok ada beberapa part yang dirubah sedikit alur ceritanya kayak prolog kalau mau baca lagi silahkan!

Mereka semua menunggu di luar karena dokter sedang mengecek keadaaan Selly.

Krek

"Kondisi pasiaen sudah stabil tapi biarkan dia istirahat dulu" perintah dokter.

"Baik dok" jawab mereka serempak.

"Kantin kuy" ajak Arnold.

"Kuy ayok"

Tanpa sepengetahuan mereka Brosan diam diam masuk ke dalam kamar rawat Selly.

"Ehmm Sell" panggil Brosan.

Selly merespon dengan menoleh ke arah Brosan.

"Siapa yang udah ngelakuin ini Sell?" tannya Brosan yang memandang Selly dengan kasihan karena banyak luka luka di sekujur tubuhnya.

"Paman" lirihnya dan satu tetes air mata lolos dari mata Selly dengan sigap Brosan merengkuh tubuh Selly yang sudah ia anggap sebagai sahabat, kakak dan segalanya bagi Brosan.

"Kalok kakak gak mau cerita sekarang gak masalah kak" panggilan Brosan ke Selly sudah berganti karena bagaimana pun Selly itu lebih tua darinya.

"Kakak istirahat dulu yah nanti kalau udah mau cerita, cerita aja aku siap untuk di jadiin tempat cutrhat buat kakak" ucap Brosan sumringah dan berefek ke Selly karena ia sudah tak terisak lagi.

Cklek

Suara pintu rawat inap terbuka.

"Lo kenapa gak ikut,gak laper emang?" tannya Charloth.

"Ehmm gak kok" jawab Brosan kikuk karena ia sedang menahan lapar tapi gengsi untuk mengakuinya.

"Elah bohong,nih" sergah Oliver sambil menyodorkan bungkusan nasi dan sebotol air mineral.

Cup

Brosan mengecup singkat pipi Oliver seraya berkata "Thank you abang yang pengertian"

"Ehm" dibalas dehaman singkat Oliver.

"Kalau mau cium cium liat situasi dong" cibir Charloth.

"Tau tuh kan jadi pengen cium juga" sambung Arnold dengan bibir di majukan seakan sedang mencium seseorang.

"Najis" ucap Nayaka diiringi dengan toyoran dari mereka semua.

"Udah berisik tu Selly lagi tidur ntar keganggu lagi" peringat Sandy.

"Ekm, gue mau ngomong sama kalian semua tapi di luar" ucap Brosan dengan muka datar dan nada serius.

Mereka semua langsung keluar dari kamar rawat Selly, karena mereka tidak biasa mendengar raut dan nada suara Brosan seperti itu.

Mereka sekarang Rooftop rumah sakit namun belum ada satu pun yang membuka suara.

"Lah kok pada diem sih ada yang salah ya" ucap Brosan dengan tampang polosnya.

Mereka yang mendegarkannya ingin mencakar dan mendorong Brosan dari rooftop hingga jatu ke lantai dasar rumah sakit.

Jelas jelas dia yang mengajak untuk keluar kamar rawat Selly dsngan raut dingin pula siapa yang tidak segan mendengarnya.

Akhirnya Oliver yang membuka suara "tadi lo mau ngomong apa".

"Masalah Selly bang kapan boleh pulang?"

"To the point" potong Oliver.

"Oke" sebelum itu ia berdeham sedikit untuk membasahi tenggorokannya.

"Ada yang tau orang tua Selly? orang tua Selly masih hidup kah? Kalok iya kenapa orang tuanya gak tau tentang masalah ini?, apa Selly gak punya siap siapa lagi?, kemana kerabat kerabatnya?" tanya Brosan dengan mengeluarkan pertanyaan pertanyaan yang ada di kepalanya sedari tadi.

Nayaka mengangguk setuju dengan ucapan Brosan. "Nah itu gua juga mikir masa iya dia tinggal di negara ini cuma sendiri"

"Ehm gimana ya, dia gak pernah bicara soal keluarganya bahkan rumah tempat dia tinggal aja gak tau kan? mungkin dia sering curhat sama lo Brosan?" tannya Sandy.

"Pernah sih dia ngomong waktu itu, cuma dia cerita kalau mommy nya udah meninggal, daddynya di Eropa sama istri barunya dan dia tinggal bersama pamannya"

"Kita cari tau aja gimana?" usul Clever  yang sedari tadi hanya mendengarkan saja.

"Boleh tuh, tapi orang yang jadi dalang nyulik Selly siapa?" tannya Charloth kepada Oliver.

"Soal itu dari bukti sih mengarah sama pamannya tapi nanti polisi mau nanya sama Selly buat mastiin" jawab Oliver.

"Berarti ada pamannya dong disini" simpul Arnold.

"Gua ngerasa ada yang aneh deh" desah Sandy.

"Sama"

"Tujuan pamannya melakukan itu apa? setau kita kan Selly itu bukan orang kaya jadi buat apa pamannya sampai nyuliknya" Clever mengutarakan pikirannya.

"Betul juga tuh si Clever gak sia sia juga namanya Clever otaknya encer ternyata"

"Emang lo, otak beku kek ikan" ucap Brosan sambil menoyor kepala Arnold.

"Tapi pamannya itu semacam orang penting gak, semacam pembisnis gitu?" tanya Clever yang tidak memperdulikan omongan Arnold.

"Pamanya punya saham di Science Group tapi gak bannyak" jawab Oliver.

"Kita cari taunya nanti setelah Selly sehat aja giamana? dan harus tanpa sepengetahuan Selly biar enak" usul Charloth.

"Oke" ucap Oliver dan berlalu menuju pintu keluar rooftop.

"Yee yang udah jadi pacarnya mah beda apalah yang jomblo" ucap Arnold dengan nada dramatis.

Mereka semua berlalu meninggalkan Arnold di rooftop sendrian.

Setelah perundingan kecil di rooftop rumah sakit mereka izin kepada Selly untuk pulang dulu.

"Oliver nebeng yak" pinta Arnold sambil menaik turunkan alisnya.

"Cepet"

"Makasih abang Oliver makin sayang deh aku" balas Arnold kembali sambil hendak memeluk Oliver.

"Nyentuh bacok!"

"Sensi amat dah pms ya bang" goda Brosan.

"Galau bebebnya sakit" tambah Sandy mereka semua pun tertawa bersama dan Oliver berlalu meninggalkan mereka.

"Bang woy tunggu, da da semuanya gua duluan" ucap Brosan melambai tangan ke arah Sandy, Nayaka, Clever, Charloth.

"Daaaa Assalamuaalikum " jawab mereka serempak.

"Hehehe Assalamuaalikum" Brosan dan Arnold memberi salam sambil cengengesan.

"Waalaikumsalam"

                          *-* *-* *-*

Hai hai hai kembali lagi neh jangan lupa di Vote ya nanti kayaknya bakal lama up jadi harap ditunggu dengan sabar. (Salam manis)

Science GroupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang