Suara ketikan pelan cukup mendominasi ruangan megah yang di kelilingi rak buku dan bunga lavender di setiap sudutnya. Dengan sosok wanita yang menatap tajam pada sebuah layar besar. Sesekali ia menggumam dengan hasil kerjanya. Melihat lagi sebuah dokumen di samping layar komputernya. Membaca kembali isi dokumen dan menghela nafas dengan kasar. Ia pun meletakkannya dan menghentakan punggungnya pada kursi bagian belakang.
Kembali mengingat percakapannya dengan sang sahabat, bagaimana ia akan bertemu dengan masa kelamnya. Semua motivasi yang ia dengar dan semua bela diri yang ia pelajari takkan mampu meredahkan rasa takutnya. Namun ia harus memaksakan dirinya pada posisi yang baik baik saja. Ia mengingat kalimat Naruto tentang keluar dari rasa takut. Tapi tidak semudah itu....
Ia menutup wajahnya yang mulai gusar. Dan fikirannya berkecamuk memikirkan apa yang akan di lakukannya nanti. Hingga suara ketukan pintu menyadarkannya.
"Masuk!"
Sosok pria tampan berkucir muncul di balik pintu.
"Hinata, aku sudah menyiapkan mobilnya!" Ucapnya dengan pelan.
Hinata pun bangkit dari duduknya. Ia berjalan mengitari mejanya. "Apa kamu tahu, siapa yang datang?"
"Hn. Seperti dugaanku. Dia yang datang!"
Refleksnya Hinata memijat pelipisnya. Sungguh ia masih belum siap menghadapinya. Rasa takutnya masih menyelimutinya dengan jelas.
"Hinata!" Ucap pelan sang pria membuatnya mendongak. "Jika kamu seperti ini terus dia pasti menikmatinya dan akan terus berbuat sesukanya."
"Aku tahu...... Tapi..... tetap saja aku takut, Shika". Ucapnya dengan murung.
Shikamaru menghela nafas dengan pelan. Menghilangkan rasa Trauma sang wanita di depannya lebih sulit dari pada mengajari Naruto matematika dulu. Ia pun berjalan pelan. Mengeluarkan sebuah pisau lipat dari sakunya. Kemudian ia berjongkok di hadapan Hinata. Memegang sepatu Hinata. "Seseorang yang ku kenal selalu melakukan hal siaga dengan meletakan ini di bawah sepatunya". Ucapnya dengan meletakan pisau kecil di bawah sepatu Hinata.
Hingga ia selesei. Dan berdiri di hadapan Hinata. Dan kembali mengeluarkan sebuah botol kecil dan meletakkannya pada telapak tangan Hinata. "Kamu sudah kuajari untuk melawan. Dan jangan lihat dia sebagai manusia melainkan lihat dia sebagai binatang yang kamu benci!" Ucapnya dingin.
Hinata pun terdiam. Melihat kesungguhan sang sahabat dalam melatih keberaniannya. Ia bahkan repot repot menyiapkan alat untuk melindungi dirinya. "Terimakasih, sudah mengingatkanku!" Ucapnya pelan. Ia pun meletakan botol di sakunya. Dan menghela nafas dengan pelan. "Kita berangkat sekarang!" Lanjutnya.
"Tunggu!" Ucap pelan Shikamaru. "Kau harus memakai ini!" Lanjutnya dengan memberikannya paper bag di tangannya.
Hinata pun berdenyit. "Apa itu!". Ia pun mengambil paper bag dari Shikamaru.
"Buka saja!"
Hinata pun membukanya. Ia melihat sebuah celana pendek dengan perekat pisau di samping kanan dan kirinya. Dan juga sebuah kain dengan di kelilingi pisau kecil. Ia pun berdenyit dan memandang wajah sang sahabat. "Apa ini!"
"Alat pelindung diri!" Ucapnya percaya diri.
"Aku rasa ini bukan perlindungan diri tapi..... peralatan untuk membunuh". Gumam Hinata.
"Hehehe....... ya apa salahnya untuk berjaga jaga, Hinata!" Ucapnya dengan menggaruk tengkuknya.
"Darimana kamu mendapatkan ini!"
'Dari Gaara!' Fikir Shikamaru. Namun ia tidak berani mengatakannya. "Aku dapat dari internet!"
"Masa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CDH Season 2
RomanceTerimakasih atas segala rasa yang telah kau beri. Karena rasa ini membuatku mengerti arti cinta yang sesungguhnya. Seperti sebuah lirik lagu yang selalu kudengar. Jika kau ingin cinta, kau harus lalui rasa sakit. Jika kau ingin cinta, kau harus bela...