GNP

446 35 3
                                    

"Ouch!!" Geram Shikamaru. Ia hanya terdiam pasrah ketika jemari lembut mulai membantu luka di bibirnya. Meski luka yang ia dapat hanya sedikit namun cukup membekas hingga ia terpaksa harus mengobatinya. Dan tanpa ia tahu, orang yang sudah membuatnya terluka membantu mengobatinya.

"Luka kecil saja sampai meringis! Gimana kalau dapat luka yang besar!" Gerutu sang gadis. "Setidaknya kau harus bersyukur, aku cuma menamparmu bukan membunuhmu!"

Shikamaru menelan ludahnya dengan kasar. 'Cuma nampar tapi tenaganya bar bar!' Fikirnya. Ia tak lagi berani berkomentar ketika tatapan sang gadis semakin tajam. Dan ia hanya menatap arah lain tanpa melihat sang gadis. Namun ketika sang gadis semakin mendekatinya tanpa sadar aroma sang gadis terhirup. Begitu harum hingga membuatnya tercekat. Meski ia sering bersama Hinata namun ia tak merasakan jantungnya berdebar hanya menghirup aroma parfum.

Dan perlahan matanya beralih menatap sebuah wajah tegas yang membuatnya terdiam. Pandangannya meneliti setiap detail wajah sang gadis. Mata dengan garis yang tajam, hidung yang terlihat sempurna dan bibir yang mampu membuat darahnya berdesir. Ia meneguk ludahnya kasar. Menetralisir nadi yang ada di tubuhnya. Bersikap santai meski libido yang ada di dirinya naik. Dan meracuni fikirannya, agar tak terjebak pada bingkai wajah yang palsu. 'Dia artis. Kaya dan mudah untuk mendapatkan wajah seperti itu!' Fikirnya.

"Jika kau menatapku seperti itu! Kau bisa jatuh cinta padaku!"

Satu kalimat yang mampu menyadarkan Shikamaru. "Ck!" Decihnya dan membuang muka, menatap ke arah lain. "Kalau kau sudah selesei, pergilah!"

Temari menatap tajam Shikamaru. 'Sungguh lidahnya ingin ku kilir sampai mati!' Fikirnya. "Dasar tidak tahu terimakasih!" Gumamnya. Ia pun melempar handuk kecil pada wajah Shikamaru dengan kasar. Dan pergi berlalu meninggalkan Shikamaru yang juga menatapnya.

"Dasar cewek bar bar!" Gumamya pelan. Ia menghempaskan punggungnya pada kursi. Merasa lega atas kepergian gadis yang mampu membuatnya terpesona. Dan hampir saja terjebak pada lubang yang paling ia benci. Sebuah lubang yang berdasarkan cinta namun baginya semua itu hanyalah omong kosong. 'Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya!' Fikirnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pagi hari yang cerah dengan udara yang sejuk serta suara ayam jantan yang saling bersahutan. Bahkan angin
Berhembus dengan pelan memasuki sebuah kamar yang membiarkan jendelanya terbuka dan menggerakan tirai dengan indahnya. Perlahan cahaya matahari ikut memasukinya. Menyapa bingkai gadis indigo yang masih menyelami tidurnya. Ia terlelap dengan manis.

Dap dap dap

Bahkan suara langkah pelan tak membangunkannya. Hingga langkah kaki sosok pemuda tampan tepat berada di sampingnya. Dan berhenti. Ia berjongkok. Melihat sebuah wajah yang meneduhkan hatinya. Menatapnya tanpa ingin mengusik tidur sang gadis.

"Aku pasti akan membuatmu kembali seperti dulu, Hime

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pasti akan membuatmu kembali seperti dulu, Hime...." bisiknya pelan.

Dengan perlahan ia mencium dahi sang gadis dan mengusap rambutnya dengan lembut. Hingga sebuah suara mengusik kegiatanya.

CDH Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang